BERDIRI sejak 8 tahun lalu, restoran Jepang Sumibi sudah memiliki tiga gerai di Indonesia. Berbeda dari gerai di Gandaria, Jakarta, dan gerai di Cikarang, Jawa Barat, gerai yang berada di Thamrin, Jakarta, memiliki sajian dengan teknik genshiyaki style grilled, sebuah teknik memasak tradisional Jepang yang populer pada masa 1603-1868.
Menggunakan arang, pada teknik ini seafood ditancapkan menggunakan bambu atau kayu yang kemudian ditaruh posisi berdiri dengan kayu ditancapkan ke dalam pasir. “Teknik ini awalnya dipraktikkan oleh nelayan di Jepang yang memanggang hasil tangkapan mereka di atas api terbuka untuk dibagikan kepada para pelancong. Penggunaan arang dilakukan untuk menghasilkan cita rasa smoky, menambah kelezatan dari rasa alami makanan laut,” kata Manajer Operasional PT Astowa Food Indonesia, Sohei Ono, di restoran, Kamis (24/10).
Media Indonesia pada kesempatan itu mencicipi ikan salmon, ikan saba, dan udang yang diolah dengan genshiyaki style grilled. Disajikan tanpa bumbu dan hanya menggunakan taburan garam, cita rasa khas seafood pun menonjol. Pembakaran dengan arang nyatanya membuat bagian luar seafood cukup renyah dan juga beraroma smoky yang menambah kenikmatan.
“Teknik ini akan mengunci kelembapan untuk menghasilkan hidangan seafood dengan bagian tengah yang sedikit berair sekaligus menghasilkan bagian luar yang renyah. Penggunaan arang menghasilkan rasa berasap pada hidangan,” sebut Sohei Ono.
Meski yang disajikan ialah hidangan khas tradisional Jepang, Sumbi juga memasukkan unsur Indonesia dengan pendamping kerupuk udang. Disediakan juga spicy miso bagi yang suka dengan rasa pedas-segar pada hidangan.
Selain menghadirkan hidangan seafood, Sumibi juga memiliki sajian menu olahan daging, termasuk di antaranya hidangan Japanese wagyu aburi kakuni, gyu harami garlic steak, hingga beef tongue carpaccio.
“Hidangan Japanese wagyu aburi kakuni menggunakan daging wagyu premium yang terkenal dengan kelezatannya dan lumer di mulut. Diolah dengan teknik slow cooking membuat bumbu meresap dengan sempurna,” terang Sohei Ono.
Selain soal kualitas daging yang premium, pada sajian ini Anda juga bakal merasakan mencicipi hidangan daging yang dicampur dengan irisan nanas dan potongan daun bawang. Menyantap nanas dan daging bersamaan, nyatanya cocok. Gabungan makanan itu menciptakan sensasi manis-manis gurih.
Adapun hidangan gyu harami garlic steak merupakan hidangan daging panggang yang disajikan bersama dengan ubi ungu, baby tomato, paprika, serta putren atau jagung muda. Daging sapi yang digunakan merupakan bagian perut dekat dengan diafragma sehingga teksturnya lembut.
Yang juga tidak boleh ketinggalan untuk dijajal saat menyambangi Sumibi Thamrin ialah hidangan beef tongue carpaccio. Ini merupakan hidangan lidah sapi yang dipotong tipis dan kemudian dibakar dengan torch hingga matang.
Untuk hidangan penutup, rekomendasinya ialah coconut dango azuki. Ini merupakan moci goreng dengan bentuk menyerupai kue onde-onde. Bila kue onde-onde berisi kacang hijau di dalamnya, sajian ini justru berisi olahan kelapa yang disajikan dalam bentuk cair. Saat moci digigit, cairan kelapa bakal bersimbur di dalam mulut.
Buat Anda pencinta matcha, Anda juga bisa mencicipi hidangan matcha basque cheese cake, olahan cheese cake yang ditaburi bubuk matcha di bagian atas. Harum matcha akan sangat terasa ketika hidangan ini disantap. Cita rasa matcha pada sajian ini juga bukan tipikal yang terlalu pahit sehingga cukup nyaman untuk dinikmati.
Seluruh hidangan di Sumibi diolah oleh chef Kishino, seorang juru masak asal Yamagata, Jepang. Dengan menghadirkan juru masak dari ‘Negeri Sakura’, sajian di Sumibi dipastikan memiliki cita rasa yang autentik Jepang, hanya saja dengan beberapa adjustment menyesuaikan lidah Indonesia.
“Chef Kishino sudah lebih dari 15 tahun menekuni profesi sebagai chef profesional. Perjalanan kulinernya telah membawa dia ke sejumlah dapur di berbagai restoran di seluruh dunia. Sebelum di Jakarta, dia pernah bekerja di Tokyo, Singapura, Shanghai, dan Hong Kong,” tukas Sohei Ono. (M-1)