KEMENTERIAN Lingkungan Hidup bersama dengan Kementerian Kehutanan melaksanakan rapat persiapan Conference Of the Parties (COP)-29 yang akan dilaksanakan di Baku, Azerbaijan pad 11 - 22 November 2024. Pada kesempatan itu, Ketua Delegasi RI pada COP-29 Hasyim Djojohadikusumo mengungkapkan, ia optimistis tujuan pemerintah Indonesia dapat tercapai
“Saya telah ditunjuk presiden sebagai utusan khusus beliau utusan khusus presiden dalam COP-29. Ini sebenarnya kami di sini baru selenggarakan suatu rapat persiapan dan dihadiri oleh dirjen dari Kementerian LH dan juga dari dirjen Kemlu saya kira semakin matang, semakin kita bikin masak-masak, dan saya optimistis tujuan dari pemerintah Indonesia,” kata Hasyim di gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, Selasa (29/10).
Hasyim yang juga ditunjuk oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai Special Envoi for Energy and Environment itu juga mengungkapkan Indonesia akan menawarkan dan menunjukkan banyak capaian dalam konferensi tersebut. Salah satunya ialah nilai ekonomi karbon.
“Jadi jika dihitung dari 2020, 2021, 2022 itu ada kurang lebih 600 juta ton CO2 ekuivalen. Ini nani akan ditawarkan menteri pada dunia internasional. Ini kontribusi kita dan nilainya lumayan, US$10 juta per ton. Ini potensi penerimaan negara di luar APBN yang nilainya kurang lebih Rp190 triliun,” beber Hasyim.
Pada kesempatan itu, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengungkapkan, Indonesia sudah melakukan berbagai langkah serius dalam penurunan emisi gas rumah kaca yang juga telah dilaporkan dalam UNFCCC. Ia juga menyatakan bahwa Indonesia telah membutikan banyak hal, salah satunya ialah implementasi artikel 6 pada Paris Agreement yakni pengembangan pasar karbon.
“Kalau nanti dieksekusi, nanti Indonesia jadi satu-satunya negara yang mengimplementasikan Paris Agreement target di artikel 6. Jadi sebelumnya belum ada yang lain. Ini capaian yang akan kita bawa di sana,” ucap Hanif.
Selain itu, dalam COP-29 Indonesia akn menjajaki perjanjian bilateral dengan sejumlah negara potensial dan akan terus berjuang menangih komitmen negara maju dalam hal pendanaan. “Itu misi-misi yang kita bawa. Indonesia akan menyampaikan kepada dunia apa yang diperjanjikan dalam NDC kami telah coba turunkan itu dalam aksi-aksi yang telah di-recognize dalam UNFCCC,” pungkas Hanif.
Adapun, dalam pernyataan bersama, negara-negara ASEAN masih akan menagih komitmen pendanaan dari negara maju ke negara berkembang. Dalam keterangan yang diakses dari website resmi ASEAN, negara-negara tersebut bersepakat untuk memberikan dedikasi yang teguh untuk menghadapi tantangan global perubahan iklim melalui persatuan dan upaya kolaboratif.
Negara-negara ASEAN mengaku khawatir dengan kemajuan yang marginal dan lambat dalam pengurangan emisi serta aliran pendanaan untuk adaptasi iklim ke negara-negara berkembang, khususnya negara-negara yang paling tidak berkembang dan negara-negara kepulauan kecil, berdasarkan hasil Peninjauan Global pertama.
“Menegaskan kembali dedikasi kami terhadap tujuan-tujuan UNFCCC dan Perjanjian Paris, terutama dengan menjunjung prinsip kesetaraan dan tanggung jawab bersama namun berbeda (CBDR-RC), sesuai dengan kondisi nasional masing-masing,” demikian dikutip dari web ASEAN. (S-1)