BONGKAR muat di pelabuhan dulu sangat bising, tapi belakangan, polusi suara tersebut mulai berkurang melalui program eletrifikasi yang dilakukan PT Pelindo berkolaborasi dengan PT PLN (Persero). Pihak pelabuhan sedang gencar mengelektrifikasi peralatannya, untuk menghadirkan green port atau pelabuhan ramah lingkungan di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Langkah ini sekaligus sebagai upaya mewujudkan pelabuhan berkelanjutan untuk mengurangi emisi karbon. Setelah berhasil mengelektrifikasi Makassar New Port (MNP) dan diduplikasi di Terminal Petikemas Bitung, kini penerapan green port tengah diusahakan berjalan di Pelabuhan Pantoloan Palu dan Pelabuhan Kendari.
"Setelah itu, elektrifikasi juga dilakukan di Pelabuhan Balikpapan dan Sorong serta Jayapura. Karena ini sebagai upaya mengurangi emisi karbon, dengan mengganti atau meminimalkan penggunaan bahan bakar jenis minyak atau fosil di seluruh wilayah area Regional 4," jelas Dirut PT Equiport Inti Indonesia (EII), Muhammad Ayub Rizal.
"Perbandingan penggunaan bahan bakar di luar listrik, secara umum dalam satu liter ataupun satu jam rata-rata menggunakan solar 90-120 liter tergantung bebannya. Tapi setelah menggunakan listrik, biaya yang dibayarkan rata-rata itu bisa terjadi efisiensi antara 40% hingga 60% dengan harga minyak yang rata-rata sekarang," sambungnya.
Sementara Direktur Operasi PT EII, Muh Anton Effendy, menambahkan di KTI sedikitnya 500 alat bongkar muat peti kemas yang ada di KTI, mulai dari Kalimantan Timur sampai wilayah Papua. Tugas dan peran PT EII yang merupakan anak cucu PT Pelindo adalah memastikan semua peralatan bongkar muat di setiap pelauhan dalam kondisi baik, dengan elektrifikasi peralatan pelabuhan.
Ada beberapa peralatan yang dielektrifikasi, terutama pada Container Crane (CC) dan Rubber Tyred Gantry (RTG), seperti yang telah diterapkan secara penuh di Makassar New Port. Kemudian kapal yang sandar pun juga sudah menggunakan layanan Onshore Power Supply (OPS) atau layanan listrik darat untuk kapal-kapal yang melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan atau terminal.
"Saat ini setidaknya sudah ada 20 terminal yang menyediakan OPS. Sebanyak 12 terminal di antaranya secara rutin melaksanakan layanan OPS untuk kapal. Tentu kami berharap ke depannya agar semua terminal menggunakan layanan OPS. Ini akan mendukung green port. Selain itu, nantinya bukan hanya CC dan RTG saja yang kami elektrifikasi, tapi peralatan lain juga seperti truk, karena pemeliharaanya juga lebih hemat," sebut Anton.
Petugas PT Pelindo Petikemas New Makassar Jimmy bahkan menjelaskan, keberadaan listrik PLN, mampu menjadi solusi bagi operasional aktivitas bongkar muat yang memobilisasi rata-rata 107 ribu peti kemas per bulan.
Terlebih, pada 2018 muncul analisa kenaikan biaya operasional yang tinggi akibat pengoperasian mesin masih menggunakan diesel. "Awalnya kami berpikir bagaimana turut mendukung program green port yang ramah lingkungan dan memangkas biaya operasional, setelah berdiskusi dengan PLN kami bersinergi untuk menginisiasi program elektrifikasi," jelas Jimmy.
Dia yang bertanggung jawab dalam hal instalasi bidang listrik, pemeliharaan dan perawatan peralatan tersebut mengaku bersyukur, berkat elektrifikasi pihaknya telah melaksanakan program green port, yang merupakan inisiasi pemerintah untuk mengurangi emisi gas buang di pelabuhan.
Jimmy juga mengungkapkan, dibandingkan saat dulu menggunakan diesel apabila terjadi gangguan pada mesin, mereka terpaksa menghentikan operasional sambil menunggu mesin selesai diperbaiki dengan waktu yang tidak sebentar. Terlebih lagi, mesin diesel letaknya di atas crane yang tinggi, sehingg harus naik untuk perbaikan.
Terpisah, Manager Komunikasi dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Sulawesi Selatan Tenggara dan Barat (Sulselrabar) Ahmad Amirul Syarif mengungkapkan, jika electrifying marine adalah program electrifying lifestyle, sebagai dukunan PLN menuju energi bersih di daerah pelabuhan.
"Untuk electrifying marine, PLN bekerja sama dengan pelabuhan menghadirkan anjungan listrik mandiri (Alma) yang jumlahnya sudah sebanyak 51 unit dengan kapasitas daya 413.200 volt ampere (VA). Dan ini adalah wujud transformasi PLN," ungkap Amirul.
Bahkan, tahun 2024 ini, rencananya akan ada penambahan anjungan listrik mandiri lagi. "Sementara kita koordinasikan dengan pihak petikemas di pelabuhan dan menunggu hasil survei kebutuhan pelanggan," tutup Amirul. (LN/J-3)