EKSPRESI bahagia ditunjukkan Fadli Rahman Mahendar saat duduk berhadapan dengan Muhammad Farhan, calon Wali Kota Bandung nomor urut 3. Fadli adalah seorang anak berkebutuhan khusus yang saat ini berusia 17 tahun.
Fadli sejak lahir mengalami keterbatasan setelah dinyatakan menyandang autistic spectrum disorder (disabilitas intelektual). Namun, keterbatasan itu tidak menyurutkan semangat ibunya, Endang Marwati, untuk terus merawat dengan kasih sayang meski seorang diri, setelah ayah Fadli meninggal dunia sejak 2020.
Hal inilah yang menggugah Farhan untuk mendatangi rumah Fadli, di kawasan Jatihandap, Kelurahan Jatihandap, Kecamatan Mandalajati, Kota Bandung, Selasa (29/10). Dia pun menceritakan awal mula kehadirannya di kediaman tersebut.
"Saat saya kampanye di Jatihandap, tiba-tiba ada seorang ibu (Endang Marwati) yang mendatangi saya. Dia mengeluhkan bahwa selama ini tidak ada perhatian dari pemerintah untuk anaknya yang disabilitas," jelas Farhan.
Tidak sulit bagi Farhan untuk menjawab keluhan Endang, karena selama ini anggota DPR RI periode 2019-2024 itu sudah lama aktif di organisasi nirlaba yang khusus membantu persoalan anak-anak.
Dia pun memenuhi janjinya untuk datang menjenguk ke rumah Fadli. "Saat itu saya berjanji ke ibu itu akan datang ke rumahnya," katanya.
Kepedulian warga
Bersama asesor dari Yayasan Biruku Indonesia, Farhan mendatangi kediaman Fadli dan orangtuanya. Kepada Farhan, mereka menyampaikan soal kebutuhan alat bantu jalan, karena sudah setahun ini Fadil tidak bisa berjalan atau lumpuh.
Namun, menurut Farhan, terdapat hal lain yang harus diperhatikan dalam menangani persoalan seperti ini. Kesadaran dari orang sekitar akan keberadaan anak-anak seperti Fadli menjadi hal yang jauh lebih penting.
"Harus ada awareness dulu dari orang-orang sekitar. Tidak hanya untuk disabilitas, tapi juga untuk orang-orang tidak berdaya lainnya, seperti lansia," katanya.
Dengan adanya tingkat kesadaran dan pengetahuan yang tinggi dari orang-orang sekitar, Farhan optimistis keberadaan anak disabilitas bisa lebih terperhatikan dengan baik. Hal serupa pun harus dimiliki pemerintah, sehingga persoalan serupa maupun kelompok minoritas lainnya bisa teratasi dengan baik.
"Karena saya menemukan di setiap RW ada lansia atau anggota keluarga yang tidak berdaya, atau disabilitas. Hampir di setiap RW," katanya.
Para pembuat kebijakan, lanjut dia, harus meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam mengatasi persoalan tersebut. "Apalagi ini kan kasuistik. Kita harus lebih kenal dalam membuat kebijakan. Karena sudah tugas kita memberikan bantuan ke semua orang dengan cara keberpihakan dan melibatkan. Mengetahui apa kebutuhannya, itu jauh lebih mengena," jelasnya.
Terapi
Ketua Yayasan Biruku Indonesia, Djulaiha Sukmana, menjelaskan, pihaknya langsung mengidentifikasi untuk mengetahui informasi mendalam terkait permasalahan, kebutuhan, dan potensi penyelesaian masalah yang dihadapi Fadli dan keluarganya. Pihaknya langsung melakukan asesmen komprehensif.
Berdasarkan pengamatannya tersebut, Fadli akan segera dibawa ke rumah sakit untuk menjalani pengobatan, terlebih setelah mengalami kelumpuhan. "Kita bawa ke rumah sakit untuk diperiksa apa penyebab Fadli tidak bisa jalan," katanya.
Selain itu, Djulaiha mengatakan pihaknya akan rutin mendatangkan terapis ke rumah Fadli untuk terapi berkelanjutan. Terapi harus setiap hari, karena sang ibu berjualan makanan keliling. Repot sekali jika harus melakukan terapi ke rumah sakit atau panti.
Untuk mengatasi persoalan seperti ini, lanjut dia, diperlukan pengamatan yang mendalam. "Karena tentu hambatan dan faktor pendukungnya pun berbeda-beda. Jadi langkah penyelesaiannya tidak mungkin semuanya sama."