TERUSAN Suez adalah saluran air yang menghubungkan Laut Mediterania dengan Laut Merah, terletak di Semenanjung Suez, Mesir. Saluran ini memisahkan benua Afrika dari Asia dan merupakan salah satu rute pelayaran paling penting di dunia.
Dengan panjang sekitar 193 km (120 mil), terusan ini membentang dari Port Said di utara hingga Suez di selatan. Berkat posisi strategisnya, Terusan Suez memungkinkan kapal-kapal untuk menghindari perjalanan panjang yang harus dilakukan mengelilingi benua Afrika, menjadikannya rute maritim terpendek antara Eropa dan kawasan sekitar Samudra Hindia serta Pasifik bagian barat.
Perkembangan Terusan Suez
Ide menghubungkan Laut Merah dan Laut Mediterania pertama kali muncul pada masa pemerintahan Firaun Mesir, Senusret III, dari Dinasti Kedua Belas. Firaun ini merencanakan pemanfaatan Sungai Nil dan cabang-cabangnya untuk memfasilitasi perdagangan dan komunikasi antara Timur dan Barat.
Jalur pertama kali digali sekitar 1850 SM melalui Wadi Tumelat, sebuah lembah sungai kering. Jalur yang dikenal sebagai Jalur Firaun ini berfungsi sebagai saluran irigasi saat banjir, tetapi hanya dapat dilalui kapal pada waktu-waktu tertentu. Firaun menginginkan jalur yang lebih permanen untuk memperlancar perdagangan antara Mesir dan kawasan lainnya.
Pada 1869, Terusan Suez yang kita kenal saat ini resmi dibuka setelah dilakukan penggalian besar-besaran. Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja paksa dan teknologi kapal keruk, yang mempercepat proses penggalian. Terusan ini kemudian mengalami berbagai pembaruan, termasuk perluasan pada 2015 untuk meningkatkan kapasitas dan mempercepat transit kapal modern.
Fungsi Terusan Suez dalam Perdagangan Global
Terusan Suez berperan sebagai jalur vital dalam perdagangan internasional. Sejak dioperasikan, terusan ini telah menjadi salah satu rute pelayaran tersibuk di dunia.
Pada 1870, hanya ada 486 kapal yang melewati terusan ini. Jumlah itu meningkat drastis pada 2018, menjadi lebih dari 18.000 kapal, dengan tonase tahunan melebihi 1,1 miliar metrik ton. Proyek perluasan yang selesai tahun 2015, dengan biaya US$8,5 miliar (sekitar Rp136 triliun), menambah panjang terusan sebesar 29 km dan memungkinkan transit dua arah. Hal ini memungkinkan kapal yang lebih besar untuk melintas, meningkatkan kapasitas dan efisiensi perdagangan global.
Dampak Sosial dan Ekonomi Terusan Suez
Pembukaan Terusan Suez tidak hanya berdampak pada sektor perdagangan, tetapi juga mempengaruhi perkembangan sosial dan ekonomi di Mesir. Wilayah sekitar terusan, seperti Port Said, Ismailia, dan Suez, mengalami pertumbuhan pesat setelah pembangunan terusan.
Infrastruktur modern seperti jalan tol, terowongan, dan jalur kereta api dibangun untuk mendukung aktivitas perdagangan yang semakin meningkat. Pertumbuhan kota-kota ini juga menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.
Selain itu, Terusan Suez menjadi simbol kekuatan ekonomi Mesir yang terus beradaptasi dengan dinamika perdagangan global. Keberadaannya mempermudah jalur perdagangan antara negara-negara besar dan mempererat hubungan antara berbagai wilayah di dunia.
Terusan ini bukan hanya sekadar jalur pelayaran, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya infrastruktur dalam memperlancar hubungan internasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi. (britannica/diplomacy.state/suezcanal/Z-3)