SEJAK diresmikan tahun 1869, Terusan Suez telah menjadi rute perdagangan yang sangat efisien yang menghubungkan Laut Tengah dan Laut Merah. Dalam artikel ini, akan mengungkap beberapa fakta yang kurang diketahui tentang Terusan Suez yang akan membuat Anda kagum dengan keajaiban arsitektur ini.
Melansir dari Nautilus Shipping, Terusan Suez adalah jalur air yang menghubungkan Samudra Atlantik dengan Samudra Hindia melalui Laut Tengah dan Laut Merah. Oleh karena itu, Terusan Suez menjadi jalan pintas saat bepergian antara Eropa dan Asia melalui jalur laut.
Sebelum kanal dibangun, kapal-kapal akan berlayar mengelilingi Afrika untuk menghubungkan barang-barang antara Asia dan Eropa. Pembangunan kanal ini memangkas waktu tempuh dan biaya yang dikeluarkan sehingga semakin populer.
Terusan Suez dibangun sebagai usaha patungan antara Prancis dan Kekaisaran Ottoman. Ferdinand de Lesseps, seorang diplomat Prancis, menjalankan rencana tersebut pada tahun 1854 dengan memanfaatkan hubungan baiknya dengan Sa'id Pasha, raja muda Kekaisaran Ottoman untuk Mesir dan Sudan.
Setelah sekitar empat tahun persiapan, Ferdinand de Lesseps membentuk Perusahaan Terusan Suez tahun 1858. Pembangunannya dimulai pada 1859 dan memakan waktu 10 tahun untuk menyelesaikannya.
Terusan tersebut, pada awalnya, digali dengan tangan dan diperkirakan telah mempekerjakan lebih dari 1,5 juta orang selama pembangunannya. Terusan tersebut secara resmi dibuka pada bulan Agustus 1869 dan telah beroperasi sejak saat itu.
Fakta-Fakta Menarik tentang Terusan Suez
1. Terusan Suez sudah ada sejak 40 abad yang lalu
Mesir telah menjadi pusat berbagai eksperimen berskala besar sepanjang sejarah. Pada awal tahun 1850 SM, Firaun Mesir Senusret III mungkin telah membangun kanal pertama yang menghubungkan Sungai Nil dengan Laut Merah.
Kanal ini membentang dari timur ke barat dari Laut Merah ke Sungai Nil. Dengan demikian, kapal apa pun yang berlayar antara Laut Tengah dan Laut Merah harus melewati padang pasir menuju Sungai Nil untuk mencapai Laut Tengah.
2. Napoleon Bonaparte ingin membangun Terusan Suez
Setelah menaklukkan Mesir tahun 1798, Napoleon Bonaparte mempertimbangkan gagasan untuk menghubungkan Laut Tengah dan Laut Merah melalui sebuah kanal. Ini terjadi setelah para insinyurnya menemukan gambar-gambar kanal kuno.
Namun, para surveyor kembali dengan fakta bahwa ada perbedaan ketinggian yang signifikan antara Laut Merah dan Laut Mediterania dan setiap upaya untuk menghubungkan keduanya melalui Tanah Genting Suez dapat mengakibatkan banjir besar di Mesir. Perhitungan ini kemudian terbukti salah, hal itulah yang menghentikan Napoleon melanjutkan ide tersebut lebih jauh.
3. Jalur air buatan pertama di dunia yang berada di permukaan laut
Terusan Suez merupakan jalur air permukaan laut pertama yang dibangun secara artifisial dalam skala yang sangat besar. Saat pertama kali dibangun, terusan ini memiliki panjang 164 km dengan kedalaman 8 meter.
Para pekerja menggunakan perkakas tangan dalam penggalian Terusan Suez pada awalnya. Pada akhir pembangunannya, para pekerja telah memindahkan lebih dari 75 juta meter kubik daratan.
Kanal ini awalnya dibangun dengan menggunakan kerja paksa. Namun setelah dilarang tahun 1863, Ferdinand de Lesseps beralih menggunakan mesin bertenaga uap untuk menyelesaikan proyek tersebut.
Selama bertahun-tahun, pengembangan lebih lanjut telah mengubah panjangnya menjadi 193 km, dengan kedalaman sekitar 24 meter dan lebar 205 meter. Setiap tikungan juga dibangun dengan hati-hati agar memiliki radius setidaknya 5.000 meter.
4. Banyaknya kematian selama pengerjaan
Proyek ini sangat besar sehingga setidaknya 30.000 pekerja yang bekerja di Terusan Suez setiap saat. Sebanyak 1,5 juta orang dari berbagai negara dikatakan telah bekerja pada pembangunannya.
Konsentrasi orang yang begitu tinggi di daerah kecil dengan akses terbatas terhadap perawatan kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya berkontribusi terhadap ribuan kematian dalam bentuk epidemi.
Gamal Abdel Nasser, dalam pidato nasionalisasinya, mengumumkan sebanyak 120.000 pekerja telah tewas selama pembangunan. Satu set catatan menunjukkan bahwa jumlahnya mendekati 3000 sementara set catatan lainnya menyebutkan jumlahnya kurang dari 1000. Namun, jumlah sebenarnya kemungkinan besar mencapai puluhan ribu.
5. Pemerintah Inggris menentang pembangunan Terusan Suez
Ketika gagasan Terusan Suez pertama kali dicetuskan, pemerintah Inggris menentangnya. Saat itu, mereka memegang kendali penuh atas rute laut dan darat antara Eropa dan Asia dan Terusan Suez akan menantang status quo tersebut.
Lord Palmerston, yang menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris dari tahun 1858 hingga 1865, meyakini bahwa terusan itu merupakan ancaman nyata bagi perekonomian Inggris Raya. Ia khawatir Kekaisaran akan kehilangan perdagangan dengan India seperti yang dialami Venesia. Yang ketika negara-negara Eropa menjual lebih murah kepada para pedagang Venesia meskipun telah berlayar mengelilingi Tanjung Harapan. Kerajaan Inggris kemudian membeli saham Mesir di Terusan Suez (44%) pada 1875. Namun, Prancis tetap menjadi pemegang saham mayoritas.
6. Banyaknya kapal yang kandas di awal pelayaran
Terusan Suez menyaksikan ribuan insiden kapal kandas dalam 15 tahun pertama beroperasi. Dari tahun 1870 hingga 1884, Terusan Suez menyaksikan hampir 3000 kapal terdampar di dalam terusan karena di beberapa tempat, lebar atau dalamnya tidak cukup.
Frekuensi kejadian yang begitu tinggi menyebabkan dimulainya proyek perbaikan yang difokuskan pada pelebaran dan pendalaman kanal sejak tahun 1876.
Saat ini, frekuensi insiden telah berkurang secara signifikan. Dari 75 insiden yang dilaporkan selama satu dekade (antara tahun 2010 dan 2019), hanya 25 yang merupakan insiden kandas.
7. Perang pernah terjadi di Terusan Suez
Meskipun Mesir memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1922, Inggris tetap mempertahankan kehadiran militernya di terusan tersebut. Ketegangan akhirnya mencapai titik kritis pada bulan Juli 1956 ketika Presiden Mesir saat itu Gamal Abdel Nasser menasionalisasi Terusan Suez.
Keputusan tersebut memicu reaksi keras dari Israel, Inggris, dan Prancis. Saat itu mereka melancarkan agresi tiga pihak terhadap Mesir untuk mendapatkan kembali kendali Terusan Suez bagi Barat dan menyingkirkan Gamal Abdel Nasser dari kekuasaan. Perjuangan ini, yang dikenal sebagai krisis Suez (atau Krisis Terusan Suez) mengakibatkan kerugian besar di pihak Mesir.
Namun sebelum dikalahkan, pasukan Mesir menenggelamkan 40 kapal di Terusan Suez sehingga tidak dapat digunakan lagi. Ketiga agresor tersebut terpaksa mundur karena malu dan titik ini sering dianggap sebagai awal kejatuhan Kekaisaran Inggris sebagai salah satu negara adikuasa.
8. Pernah ditutup selama 8 tahun dari tahun 1967-1975
Setelah Perang Enam Hari (Perang Arab-Israel ke-3) yang dimulai 5 Juni 1967, Mesir menutup Terusan Suez selama 8 tahun. Keputusan tersebut berdampak buruk pada perdagangan minyak global dan memicu krisis energi tahun 1970-an serta krisis minyak tahun 1973. Baru setelah puing-puing dan ranjau dibersihkan oleh pihak berwenang, mereka membuka kembali terusan tersebut pada tanggal 5 Juni 1975.
9. Waktu terlama kapal terjebak di Terusan Suez adalah 8 tahun
Ketika Perang Enam Hari yang disebutkan di atas meletus, empat belas kapal yang melintasi Terusan Suez diperintahkan oleh penguasa Mesir untuk berlabuh di bagian terluas Danau Pahit Besar Terusan Suez.
Namun, Mesir memblokir Terusan Suez dengan menenggelamkan kapal dan memasang ranjau selama perang, kapal-kapal tersebut tidak dapat keluar dari Terusan Suez dan tetap berada di dalamnya selama penutupan. Keempat belas kapal tersebut milik Bulgaria, Polandia, Cekoslowakia, Prancis, Jerman, Polandia, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Karena pemilik kapal tidak ingin kehilangan muatan berharga di atas kapal, mereka terus merotasi awak kapal hingga kanal akhirnya dibuka tahun 1975. Namun saat itu, 12 kapal tidak lagi mampu menggerakkan mesin dan harus ditarik keluar. Sebanyak 3000 awak kapal mengawaki kapal-kapal tersebut antara tahun 1967 dan 1975.
Armada kapal tersebut kemudian dikenal sebagai Armada Kuning karena pasir yang melapisi kapal saat mereka terjebak selama delapan tahun.
10. Pembaruan besar pada tahun 2015
Untuk meningkatkan kapasitas kanal, Otoritas Terusan Suez membangun kanal kedua yang sejajar dengan kanal lama untuk memudahkan lalu lintas dua arah. Pekerjaan dimulai tahun 2014 dan selesai satu tahun kemudian.
Kanal baru ini memungkinkan transit kapal tanker modern di kedua arah yang sebelumnya tidak memungkinkan. Pelebaran jalan pintas Ballah juga akan mempercepat waktu transit kanal.
Perluasan ini diperkirakan akan meningkatkan jumlah kapal yang melewati kanal dari 49 menjadi 97 kapal per hari dan menambah US$7,5 miliar untuk pendapatan tahunan kanal. Total US$9 miliar dihabiskan untuk proyek ini. (Z-3)