SEBANYAK 30 orang siswa SDN 3 dan SDN 7 di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, mengalami penyakit gondongan atau paramyxovirus sehingga sekolah harus memberlakukan kegiatan belajar dari rumah untuk seluruh kelas selama dua hari mulai Jumat dan Sabtu (1-2/11).
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ciamis, Edis Herdis mengatakan, pihaknya telah menerima laporan dari dinas pendidikan terkait penyebaran virus golongan paramyxovirus. Namun, semua siswa yang telah terserang gondongan langsung ditangani petugas kesehatan dari Puskesmas menuju sekolah.
"Kami mendapat data dari serangan penyakit gondongan tercatat ada 30 anak dan mereka berasal dari SDN 7 berjumlah 10 siswa, SDN 3 berjumlah 20 siswa. Akan tetapi, petugas juga masih melakukan pendataan di sekolah yang lainnya sekaligus memberikan penyuluhan dan edukasi dilakukan oleh petugas Puskesmas," katanya, Jumat (1/11).
Edis mengatakan, penyakit gondongan yang menyerang anak usia 5- 9 tahun dengan penyebaran melalui kontak langsung dengan penderita, bertukar alat makan, melalui percikan lendir dan batuk. Untuk mengatasi penyakit bisa melakukan langkah preventif dengan menjaga kebersihan. Namun, para penderita penyakit gondongan harus beristirahat cukup, banyak minum air dan makan makanan lunak hingga menjaga pola hidup bersih dan sehat.
"Kami telah melakukan sejumlah upaya untuk pencegahan penularan gondongan terutama mengimbau agar orang tua yang anaknya sakit secepatnya melakukan pemeriksaan medis dan menyarankan untuk tidak berangkat ke sekolah, karena dapat menularkan atau rentan tertular penyakit parotitis dan menyarankan agar peserta didik memakai masker terutama saat melakukan aktivitas di sekolah," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Ciamis Erwan Darmawan mengatakan, pihaknya telah menerima laporan sejumlah siswa SDN 3, SDN 7 dan PAUD mengalami sakit dengan gejala klinis gondongan. Namun, penyakit yang menyerang siswa mengalami demam, pipi bengkak, nyeri menelan, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri perut dan tidak nafsu makan.
"Kami dihimbau untuk melakukan pencegahan dan pengendalian partisipasi terutama dengan sosialiasi dan edukasi di sekolah bersama tim UKS dan melakukan surveilans aktif di sekolah melalui jejaring UKS. Akan tetapi, Dinas sudah menerima laporan ada beberapa siswa yang sakit disinyalir penyakit gondongan (Parotitis) meningkat," katanya.
Menurutnya, meningkatnya penyakit tersebut proses kegiatan belajar mengajar tatap muka di sekolah dialihkan menjadi kegiatan belajar dari rumah (BDR) untuk seluruh kelas. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi lebih meluasnya penyakit dan semua harus meningkatkan kewaspadaan, pencegahan, pengendalian penularan serta proses pembelajaran akan dilakukan melalui metode dalam jaringan (daring), pemberian tugas.
"Kami meminta agar sekolah memberlakukan proses pembelajaran melalui metode dalam jaringan (daring) dan pemberian tugas hingga kegiatan belajar dari rumah (BDR). Kegiatan ini dilakukan, untuk membatasi interaksi dan juga pendidik dan tenaga kependidikan yang dinyatakan sakit gondongan harus istirahat 7 hari sejak mengalami gejala," pungkasnya. (N-2)