PERTUMBUHAN pesat ekonomi seluler di Indonesia disertai dengan tantangan keamanan yang mendesak seiring dengan perkembangan yang cepat.
Saat ini, Indonesia muncul sebagai salah satu ekonomi berbasis seluler terkemuka di kawasan ASEAN, kebutuhan akan keamanan aplikasi seluler yang kuat pun menjadi semakin penting. Hal itu diungkapkan Mobile App Security Evangelist di Appdome, Jan Sysmans, baru-baru ini.
Sysmans menyoroti bahwa Indonesia diperkirakan akan memiliki 381 juta pengguna smartphone pada 2030, dengan banyak individu memiliki beberapa perangkat.
Lonjakan penggunaan smartphone ini telah menghasilkan 7,5 miliar unduhan aplikasi seluler dalam setahun terakhir. Namun, pertumbuhan ini juga disertai dengan peningkatan ancaman siber yang mengkhawatirkan, termasuk serangan canggih yang menargetkan aplikasi seluler.
Pada paruh pertama 2024, lebih dari 1,5 miliar serangan tercatat terhadap aplikasi yang dilindungi oleh Appdome di kawasan ASEAN, menegaskan perlunya langkah-langkah keamanan yang lebih baik.
Lebih lanjut, Sysmans menjelaskan jenis jenis serangan yang saat ini memengaruhi aplikasi seluler, dengan Sysmans mencatat adanya peningkatan signifikan dalam penipuan yang menggunakan rekayasa sosial dan penipuan berbasis kecerdasan buatan.
Ancaman ini tidak hanya membahayakan data pengguna tetapi juga merusak kepercayaan konsumen terhadap merek.
Sysmans menekankan seiring dengan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap isu keamanan siber, mereka semakin menuntut transparansi dari merek mengenai praktik keamanan yang diterapkan.
“Untuk mengatasi tantangan ini, kami mendorong adopsi solusi keamanan tanpa kode dari Appdome, yang memungkinkan merek untuk meningkatkan keamanan aplikasi mereka tanpa memerlukan sumber daya pengembangan yang ekstensif,” kata Sysmans.
Ia menjelaskan langkah-langkah keamanan tradisional sering kali ketinggalan zaman dan tidak memadai menghadapi ancaman modern, sehingga sangat penting bagi merek untuk mengintegrasikan solusi canggih seperti Appdome untuk melindungi aplikasi mereka secara efektif.
Sysmans juga mengungkapkan pentingnya peran kecerdasan buatan dalam meningkatkan keamanan aplikasi seluler.
Ia mencatat AI dapat membantu mengidentifikasi pola perilaku penipuan dan mengotomatiskan respons terhadap ancaman yang muncul, sehingga meningkatkan keamanan secara keseluruhan sambil mempertahankan pengalaman pengguna yang positif.
“Keseimbangan antara kegunaan dan perlindungan ini sangat penting saat merek berusaha memenuhi harapan konsumen di lanskap digital yang semakin kompleks,” ujarnya.
Seiring dengan semakin berkembangnya ekonomi berbasis seluler di Indonesia, wawasan yang dibagikan oleh Sysmans menjadi pengingat yang tepat tentang pentingnya memprioritaskan keamanan dalam pengembangan aplikasi seluler.
Dengan strategi dan alat yang tepat, merek tidak hanya dapat melindungi konsumen mereka tetapi juga membangun kepercayaan dan loyalitas di pasar yang kompetitif. (Z-1)