11 Pahlawan Perempuan Indonesia yang Berperan dalam Sejarah Perjuangan Bangsa

1 week ago 2
11 Pahlawan Perempuan Indonesia yang Berperan dalam Sejarah Perjuangan Bangsa Ilustrasi - RA Kartini(Dok.MI)

SEJARAH perjuangan Indonesia, tidak semata dikuasai para pejuang pria. Sejumlah pahlawan perempuan terlibat dalam perlawanan fisik terhadap penjajah dan bidang lainnya seperti pendidikan, hak-hak perempuan, dan pemberdayaan bangsa. 

Pada peringatan Hari Pahlawan, mari kita mengenang jasa para perempuan hebat ini yang telah mengubah wajah Indonesia, memerjuangkan hak-hak dan kesejahteraan sesama. 

11  pahlawan perempuan Indonesia

1. R.A. Kartini

Raden Ajeng Kartini adalah salah satu sosok yang tidak bisa dilepaskan dari pergerakan emansipasi wanita Indonesia. Lahir di Jepara pada 21 April 1879, Kartini berjuang untuk hak-hak pendidikan bagi perempuan pribumi. Dalam surat-suratnya yang berisi pemikiran mendalam tentang kemajuan perempuan, Kartini menantang tradisi yang membelenggu perempuan di zamannya. Ia memimpikan Indonesia di mana perempuan dapat merdeka dalam pendidikan dan berkarya.

Kartini menjadi simbol kebangkitan perempuan Indonesia. Hari lahirnya, 21 April, diperingati sebagai Hari Kartini, sebagai wujud penghargaan atas semangat perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan.

2. Dewi Sartika

Di tanah Sunda, Dewi Sartika muncul sebagai salah satu pionir pendidikan untuk perempuan. Lahir di Bandung pada 4 Desember 1884, Dewi Sartika mendirikan Sekolah Kautamaan Istri pada tahun 1904, sekolah pertama yang mengajarkan perempuan keterampilan dasar. Sekolah ini bertujuan untuk memberikan pendidikan dasar kepada perempuan agar mereka bisa mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.Perjuangan Dewi Sartika di dunia pendidikan menjadikannya sebagai pahlawan nasional pada tahun 1966.

3. Martha Christina Tiahahu

Martha Christina Tiahahu adalah pahlawan perempuan dari Maluku yang dikenal berani melawan penjajah Belanda. Pada usia muda, ia bergabung dengan ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu, dalam pertempuran melawan pasukan Belanda. Meskipun usianya baru menginjak 18 tahun, ia sudah mengangkat senjata dan berperang di medan laga. Namun, Martha Christina Tiahahu harus menghadap ajalnya di atas kapal dalam perjalanan menuju pengasingan ke Jawa. 

4. Cut Nyak Dhien

Cut Nyak Dhien, seorang pahlawan perempuan dari Aceh, menjadi simbol perlawanan rakyat Aceh terhadap penjajahan Belanda. Setelah suaminya, Teuku Umar, gugur dalam pertempuran, Cut Nyak Dhien melanjutkan perjuangan dengan semangat yang luar biasa. Ia memimpin pasukan gerilya di pedalaman Aceh, menggunakan taktik yang cerdik dan penuh perhitungan. Pada 2 Mei 1964, Cut Nyak Dhien diangkat sebagai pahlawan nasional, mengenang perjuangannya yang tak kenal lelah untuk Tanah Air.

5. Cut Meutia

Cut Nyak Meutia, pahlawan dari Aceh lainnya, juga berjuang melawan penjajahan Belanda. Setelah suaminya, Pang Nangroe, wafat, ia melanjutkan perlawanan dengan semangat dan keberanian yang tiada tanding. Pemimpin pasukan Aceh ini terus mengobarkan semangat perjuangan rakyat Aceh sampai akhirnya gugur dalam pertempuran di Alue Kurieng pada 24 Oktober 1910. Pengorbanannya menjadikannya sebagai pahlawan nasional yang diakui atas jasa dan dedikasinya.

6. Maria Walanda Maramis

Maria Walanda Maramis adalah tokoh perempuan dari Sulawesi Utara yang berperan dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, terutama dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan ekonomi. Ia mendirikan organisasi PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya) untuk mengedukasi perempuan dalam keterampilan rumah tangga dan pengasuhan anak. Melalui PIKAT, Maria berjuang agar perempuan dapat berperan aktif dalam pembangunan bangsa, dan ide-idenya terus menginspirasi hingga kini.

7. Nyai Ahmad Dahlan

Nyai Ahmad Dahlan, atau Siti Walidah, adalah istri dari KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Sebagai tokoh penting dalam gerakan pendidikan di Indonesia, Nyai Ahmad Dahlan mempelopori pemberdayaan perempuan melalui organisasi Aisyah, yang fokus pada pendidikan dan pemberdayaan perempuan. Ia juga aktif mengajak perempuan untuk menyadari pentingnya pendidikan agama dan pengetahuan umum. Jasa-jasanya dalam menggerakkan dunia pendidikan dan pemberdayaan perempuan membuatnya diakui sebagai pahlawan nasional pada  1971.

8. Rasuna Said

Hajjah Rangkayo Rasuna Said adalah pejuang perempuan dari Sumatra Barat yang dikenal sebagai orator ulung. Ia aktif dalam memperjuangkan hak-hak kaum pribumi dan emansipasi perempuan melalui organisasi Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI). Rasuna Said juga mendalami dunia politik dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi dan organisasi. Atas perjuangan dan jasanya, nama Rasuna Said diabadikan menjadi jalan utama di kawasan Kuningan, Jakarta, sebagai bentuk penghargaan bagi perjuangan hidupnya.

9. Nyi Ageng Serang

Nyi Ageng Serang, atau Raden Ajeng Kustiah Retno Edi, adalah tokoh pahlawan yang berjuang melawan penjajah Belanda di tanah Jawa. Lahir pada 1752, ia bergabung dengan pasukan Diponegoro dalam Perang Jawa. Pasukannya yang dikenal dengan taktik "daun lumbu" atau kamuflase dengan daun keladi hijau, berhasil mengecoh pasukan Belanda.

10. Raden Siti Jenab

Raden Siti Jenab, lahir pada tahun 1830 di Indramayu, adalah seorang pejuang perempuan yang memperjuangkan hak perempuan dalam pendidikan. Ia mendirikan Sekolah Keutamaan Istri di Cianjur pada 1906, yang kemudian dipindahkan ke Bandung. Raden Siti Jenab aktif memperjuangkan kesetaraan gender dan pendidikan untuk perempuan, sebuah perjuangan yang baru mendapatkan perhatian di kemudian hari.

11. Suwarsih Djojopuspito

Suwarsih Djojopuspito, lahir pada 20 April 1912 di Cibatok, Bogor, adalah seorang penulis dan aktivis perempuan yang memiliki peran penting dalam dunia pendidikan. Selain menulis novel dalam tiga bahasa (Indonesia, Sunda, dan Belanda), Suwarsih juga aktif dalam Perkoempoelan Perempoean Soenda dan mendirikan sekolah Loka Siswa. Melalui karya-karyanya dan perjuangannya, Suwarsih memberikan kontribusi besar terhadap pendidikan dan pemberdayaan perempuan di Jawa Barat. (Antara/UIN Sunan Gunung Djati/Z-3)

Read Entire Article
Global Food