STROKE iskemik adalah stroke akibat adanya gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah di otak. Kondisi ini menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi ke otak terganggu. Stroke iskemik merupakan kondisi gawat darurat, karena dapat menyebabkan kematian sel-sel otak dalam hitungan menit.
Secara umum, stroke terbagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke hemoragik disebabkan pecahnya pembuluh darah di otak. Sedangkan stroke iskemik terjadi penyumbatan pembuluh darah di otak.
Stroke iskemik dikenal juga dengan stroke infark. Stroke ini merupakan jenis yang paling sering terjadi.
Penyebab Stroke Iskemik
Penyebab utama stroke iskemik adalah aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan dua jenis gumpalan darah, yaitu :
Trombosis, yaitu pembentukan gumpalan darah di salah satu pembuluh darah arteri yang memasok darah ke otak. Gumpalan darah ini bukan berasal dari pembuluh darah lain.
Emboli, yaitu pembentukan gumpalan darah di organ lain, misalnya jantung atau arteri besar di leher dan dada. Gumpalan darah ini kemudian lepas dan mengalir ke pembuluh darah otak.
Faktor risiko stroke iskemik
Risiko terjadinya stroke iskemik pada seseorang bisa meningkat karena beberapa kondisi atau faktor berikut ini:
- Usia di atas 55 tahun
- Hipertensi
- Penyakit jantung
- Gangguan irama jantung (aritmia)
- Diabetes
- Kebiasaan merokok
- Terapi hormon
- Riwayat TIA atau serangan jantung
- Kolesterol tinggi
- Jarang berolahraga atau beraktivitas fisik
- Obesitas
- Kecanduan alkohol
- Penggunaan narkoba
Gejala Stroke Iskemik
Gejala stroke iskemik tergantung pada bagian otak yang terpengaruh dan biasanya muncul secara tiba-tiba. Beberapa gejala yang umum terjadi akibat stroke iskemik adalah:
- Lengan atau tungkai sulit diangkat, karena lemas atau mati rasa
- Salah satu sisi wajah turun akibat otot wajah yang melemah
- Gangguan bicara atau sulit memahami perkataan orang lain
- Linglung, pusing, dan sakit kepala berat
- Gangguan penglihatan pada salah satu atau kedua mata
- Gangguan keseimbangan dan gerak tubuh
Diagnosis Stroke Iskemik
Untuk mendiagnosis stroke iskemik, dokter akan melakukan tanya jawab dengan anggota keluarga pasien mengenai awal gejala muncul, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan saraf secara menyeluruh. Pada pemeriksaan fisik, dokter juga akan memeriksa tekanan darah.
Selanjutnya, untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa:
- Tes darah, untuk mengetahui kadar gula darah, tanda-tanda infeksi, dan kecepatan pembekuan darah
- CT scan kepala, untuk memeriksa kerusakan otak, perdarahan otak, tumor, atau gangguan kesehatan lain
- MRI, untuk mendeteksi tanda-tanda perdarahan dan sel-sel yang rusak akibat stroke iskemik
- USG karotis, untuk mendeteksi aterosklerosis di arteri besar leher (arteri karotis)
- Elektrokardiografi, untuk memeriksa irama jantung dan mendeteksi penyakit jantung atau aritmia
- Ekokardiografi, untuk mendeteksi sumber gumpalan darah di jantung yang dapat menjadi penyebab emboli
Pengobatan Stroke Iskemik
Pasien stroke iskemik perlu menjalani rawat inap di rumah sakit untuk mendapat pengobatan dari dokter. Tindakan yang dilakukan oleh dokter bertujuan untuk mengembalikan aliran darah ke otak.
Ada beberapa metode pengobatan yang bisa diberikan oleh dokter, yaitu:
1. Suntikan rtPA
Suntikan rtPA (recombinant tissue plasminogen activator) diberikan melalui infus dalam waktu 3–4,5 jam setelah gejala pertama muncul. Pemberian obat ini bertujuan untuk mengembalikan kondisi aliran darah menuju otak.
2. Obat antikoagulan
Obat antikoagulan, seperti warfarin, biasanya diberikan kepada penderita stroke iskemik dengan gangguan irama jantung. Obat ini berfungsi untuk mencegah pembekuan darah terjadi kembali.
3. Obat-obatan lain
Obat antihipertensi, seperti obat penghambat beta, dan obat penurun kolesterol, seperti rosuvastatin, juga akan diresepkan dokter. Obat-obatan itu berfungsi menjaga tekanan darah agar normal dan mencegah perkembangan aterosklerosis.
4. Operasi trombektomi
Jika pengobatan di atas tidak efektif, dokter akan melakukan operasi pemecahan gumpalan darah dengan memasukkan selang kecil melalui pembuluh darah paha. Tindakan ini dapat dilakukan sampai 24 jam setelah munculnya gejala pertama.
5. Operasi endarterektomi karotis
Pada penderita stroke iskemik, gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah otak dapat berasal dari arteri karotis. Operasi endarterektomi karotis bertujuan untuk menghilangkan plak lemak di pembuluh darah tersebut.
Pemulihan Stroke Iskemik
Dokter akan menyarankan perawatan jangka panjang untuk membantu pasien agar benar-benar pulih. Terapi pascastroke ini diberikan berdasarkan tingkat keparahan pasien dan bagian otak yang terpengaruh.
Beberapa terapi yang bisa dilakukan oleh pasien yaitu:
Fisioterapi
Secara umum, fisioterapi memiliki target jangka pendek dan jangka panjang. Pada target jangka pendek, pasien akan dilatih untuk melakukan hal sederhana, seperti mengambil benda. Sementara pada target jangka panjang, pasien akan dilatih untuk berdiri dan berjalan.
Terapi okupasi
Pasien yang sulit melakukan gerakan sederhana, seperti mengancingkan baju, dapat menjalani terapi okupasi. Terapi ini juga bisa melatih pasien menggunakan peralatan yang mempermudah pekerjaan sehari-hari.
Terapi bicara
Gangguan kemampuan bicara pada penderita stroke iskemik disebabkan kerusakan di bagian otak yang mengatur kemampuan bicara, atau disebut afasia. Untuk memulihkan kemampuan berkomunikasi, dokter akan merekomendasikan pasien untuk menjalani terapi bicara.
Komplikasi Stroke Iskemik
Stroke iskemik dapat menyebabkan komplikasi serius berupa:
- Kesulitan berbicara
- Penurunan kemampuan berpikir dan mengingat
- Perubahan perilaku
- Kelumpuhan
- Kematian
Pencegahan Stroke Iskemik
Stroke iskemik bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat dan rutin memeriksakan diri bila menderita riwayat penyakit tertentu. Selain itu, cara pencegahan stroke iskemik sama dengan upaya mencegah penyakit jantung, seperti:
- Tidak merokok
- Mempertahankan berat badan ideal
- Mengontrol tekanan darah dan kadar gula darah agar tetap normal
- Memperbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan
- Berolahraga secara rutin, selama minimal 30 menit setiap hari
- Tidak mengonsumsi minuman beralkohol
- Mengelola stres dengan latihan pernapasan dan relaksasi, seperti yoga
(alodokter/hellosehat/Z-3)