Kisah Jumardi, Eks Napi Teroris yang Kini Jadi Juragan Ikan di Poso

2 days ago 3
Kisah Jumardi, Eks Napi Teroris yang Kini Jadi Juragan Ikan di Poso Ilustrasi: Warga binaan narapidana terorisme (napiter) mencium bendera Merah Putih usai melakukan ikrar dan janji setia Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)(MI/Susanto)

JUMARDI, yang akrab disapa Ardi, dikenal di kampungnya sebagai juragan ikan. Perjalanan hidup Ardi, yang pernah mengarungi masa kelam dalam aksi terorisme

Hidupnya berbalik arah sejak ia mengikuti program ProPosoku, inisiatif Lembaga Penguatan Masyarakat Sipil (LPMS) Poso dan The Habibie Center (THC).

Program ini bertujuan memberdayakan masyarakat serta membantu mantan narapidana teroris (napiter) agar dapat kembali ke masyarakat dengan identitas baru yang lebih positif. 

"Pada awal-awal bebas berjalan itu memang ada sedikit stigma buat saya,” kata Ardi, 

“tapi bagi yang mengenal saya dulunya ada juga yang masih menyenangi saya. Jadi liku-liku sebagai eks napiter itu memang ada suka dukanya,” kenang Ardi saat berbicara di Habibie Democracy Forum (HDF) 2024 yang diselenggarakan oleh The Habibie Center. 

Kini, Ardi tidak hanya diterima sebagai bagian dari masyarakat, tetapi juga dipercaya sebagai Ketua Karang Taruna di desanya.

"Selama berjalan beberapa tahun kemudain alhamdulillah saya mendapat kepercayaan dari elemen pemerintahan perangkat desa dan di masyarakat. Posisi saya sekarang diangkat sebagai ketua Karang Taruna. Satu kehormatan buat saya sebagai eks napiter."

Setelah keluar dari lapas pada 2018 silam, Ardi sempat mengikuti program ProPosoku pada 2022-2023. Ardi sempat menjadi petani. Setelahnya, ia banting stir menjadi pedagang sayur. Setelah dua tahun, terutama lantaran tantangan pasang surut harga, ia memutuskan beralih menjadi penjual ikan.

"Dampak dari jualan ikan dari jualan sayur itu memang sangat menjanjikan apa yang saya usahakan sekarang," ujar Ardi.

Berkat usaha tersebut, ia berhasil meningkatkan perekonomian keluarga dan mendapat basis konsumen dari berbagai kalangan di kampungnya, yang mayoritas dihuni oleh komunitas Hindu dari Bali.

Kesuksesan Ardi, yang kini dikenal sebagai juragan ikan, menunjukkan bahwa upaya deradikalisasi berbasis pemberdayaan ekonomi mampu membawa perubahan signifikan.

Berbagai pelatihan serta dukungan psikososial yang diterima Ardi selama program ini membantunya membangun usaha hingga mendapat kepercayaan penuh dari warga sekitar.

Program deradikalisasi dan reintegrasi eks napiter seperti yang diikuti Ardi sejalan dengan misi besar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam membangun toleransi dan perdamaian, terutama di wilayah dengan keberagaman agama dan budaya seperti Desa Taunca di Poso Pesisir Selatan. BNPT mendukung berbagai pendekatan reintegrasi berbasis komunitas sebagai strategi jangka panjang untuk mengatasi ekstremisme.

Peran serta masyarakat juga menjadi faktor penting dalam penerimaan kembali eks-napiter. Ardi menuturkan bahwa meskipun awalnya dia sempat menghadapi stigma, perlahan-lahan dirinya mulai diterima kembali oleh masyarakat di kampungnya.

Berdasarkan survei partisipasi yang dilakukan oleh The Habibie Center, program ini memberikan dampak positif pada kemampuan psikososial eks-napiter, termasuk ketahanan menghadapi tantangan, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk kembali berinteraksi di tengah masyarakat.

Dengan terus mendukung upaya-upaya semacam ini, BNPT dan para mitranya, seperti LPMS, berharap dapat mendorong eks-napiter lainnya untuk mengubah hidup dan menciptakan kehidupan baru yang produktif di masyarakat. (P-5)

Read Entire Article
Global Food