IKATAN Dokter Anak Indonesia (IDAI) membagikan tips yang bisa dilakukan pengasuh atau orangtua untuk merawat anak penderita penyakit Flu Singapura atau Hand Foot and Mouth Disease (HFMD) di rumah sehingga penyakit itu tidak menular ke anggota keluarga lainnya.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik IDAI Prof Edi Hartoyo menjelaskan langkah pertama dalam penanganan pada anak
dengan HFMD di rumah ialah mengisolasi pasien secara terpisah dari anggota keluarga lainnya dan memisahkan secara khusus barang-barang yang dipakai untuk sehari-hari.
"Penularannya bisa lewat kontak langsung dan kontak tidak langsung. Jadi, kalau ada yang kena HFMD, yang harus dilakukan ialah diisolasi. Kemudian untuk tempat minum, tempat makannya, itu harus disendirikan karena merupakan salah satu sumber penularan," kata Edi dalam diskusi media bersama IDAI, Senin (28/10).
Apalagi jika di dalam rumah terdapat lebih dari satu anak, orangtua sebaiknya memisahkan agar anak-anak tersebut tidak bertemu terlebih dahulu hingga pasien sembuh untuk menghindari penularan.
Dokter yang juga Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin itu merekomendasikan agar pasien HFMD di rumah bisa cepat sembuh maka orangtua atau pengasuh memperhatikan pola makan dan asupan yang diberikan kepada pasien.
Pastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup baik dari karbohidrat, protein, lemak, serat, mineral, dan vitamin sehingga imunitasnya dapat bekerja di dalam tubuh dengan baik melawan virus penyebab HFMD.
Apabila sudah berkonsultasi dengan tenaga medis dan anak diberikan obat, pastikan obat-obatan tersebut diminum untuk mengurangi efek buruk dari gejala-gejala yang dialami.
Misalnya apabila terjadi demam dan diberikan obat parasetamol maka obat itu harus diminum dan diimbangi dengan istirahat yang cukup sehingga tubuh anak bisa menciptakan daya tahan tubuh yang baik selama proses istirahat berlangsung.
Ia juga menyarankan agar pasien tetap bisa mandi secara rutin untuk menjaga kesehatan kulitnya mengingat HFMD menyerang kulit dan mulut.
"HFMD kan lesinya ada vesikel (lepuh kecil pada kulit berisi cairan), kalau dia misalnya tidak mandi sehingga terkontaminasi dengan kuman yang dari kulit maka vesikel yang asalnya isi air malah jadi nanah, jadi infeksi. Tetap harus mandi, justru kalau bisa mandinya dengan
antiseptik," kata Edi.
Di samping kiat perawatan di rumah, Edi juga membagikan beberapa gejala yang harus diwaspadai oleh orang tua atau pengasuh anak untuk segera membawa anak ke fasilitas kesehatan agar dapat mencegah HFMD tidak menjadi komplikasi atau fatalitas.
Beberapa gejala yang harus diwaspadai tersebut ialah anak dengan demam tinggi di atas 38,5 derajat celcius, lalu gejala lainnya ialah anak menolak makan karena adanya lesi di dalam mulut, dan yang ketiga ialah anak mengalami penurunan kesadaran dengan demam yang konstan.
"Kalau kesadarannya sudah menurun, harus segera dibawa (ke fasilitas kesehatan untuk penanganan tenaga medis) karena salah satu komplikasi yang bisa terjadi dan berbahaya ialah radang otak atau meningitis," katanya.
Flu Singapura dan HFMD, dalam beberapa tahun terakhir, mengalami peningkatan kasus di Indonesia, selama triwulan I (Januari-Maret 2024) Kementerian Kesehatan mencatat ada sebanyak 6.500 kasus yang terjadi.
Edi menjelaskan penyakit ini merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Coxsackie A16 dan Enterovirus 71 (EV71) dan dapat
menjangkiti orang dewasa maupun anak-anak. Meski demikian, anak-anak dari usia 0-5 tahun lebih sering ditemukan terjangkiti HFMD.
Beberapa gejala khas yang timbul dari HFMD ialah munculnya lesi dengan vesikel di area telapak tangan dan kaki serta mulut, biasanya penderita juga mengalami nyeri pada tenggorokan, demam, dan kehilangan selera makan.
Pasien HFMD dapat disembuhkan dengan perawatan yang tepat di rumah, namun apabila terjadi komplikasi HFMD menjadi penyakit yang berbahaya.
Penyakit dapat memicu terjadinya radang otak baik itu meningitis atau ensefalitas yang dapat menyebabkan kematian apabila tidak ditangani dengan baik. (Ant/Z-1)