BPBD Purbalingga Sebut Gempa Megathrust bukan Prediksi, Tapi Potensi

2 weeks ago 8
BPBD Purbalingga Sebut Gempa Megathrust bukan Prediksi, Tapi Potensi Petugas mengamati informasi gempa bumi terkini melalui alat Warning Receiver System (WRS)(ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

BADAN Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga, Jawa Tengah (Jateng), menyatakan gempa megathrust merupakan potensi bukan prediksi, sehingga masyarakat diimbau tetap beraktivitas seperti biasa.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Purbalingga Prayitno menyatakan hal tersebut saat memberikan edukasi tentang penanggulangan bencana kepada Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Purbalingga.

Prayitno menjelaskan, informasi mengenai potensi gempa dan tsunami disampaikan sebagai bentuk kesiapsiagaan untuk mengurangi risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa jika terjadi gempa besar yang memicu tsunami dalam skenario terburuk. Meski potensi ini ada, waktu terjadinya tidak dapat diprediksi, sehingga mitigasi bencana harus tetap disiapkan.

“Mitigasi dilakukan baik secara struktural maupun nonstruktural. Mitigasi struktural dilakukan dengan membangun gedung tahan gempa, menyediakan jalur evakuasi, dan menentukan titik evakuasi. Sedangkan mitigasi nonstruktural mencakup edukasi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat,” ujarnya.

Mengutip dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), Prayitno menjelaskan megathrust adalah area kontak antar lempeng tektonik pada kedalaman dangkal kurang dari 50 km, seperti kontak antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Zona megathrust dapat diibaratkan sebagai bidang patahan naik yang besar, yang mampu menyimpan energi hingga terjadinya rekahan panjang dengan bidang pergeseran luas. Pulau Jawa merupakan wilayah rawan gempa dan tsunami karena terdapat sumber gempa megathrust dan sesar aktif.

“Di zona megathrust, sebagian besar gempa yang terjadi berkekuatan di bawah M 6,0. Gempa dengan magnitudo kecil seperti M 3,0, M 4,0, dan M 5,0 justru lebih sering terjadi,” tambahnya.

Prayitno menyebut Indonesia memiliki 13 segmen zona megathrust, antara lain megathrust Aceh-Andaman (M 9,2), megathrust Nias-Simeulue (M 8,7), megathrust Batu (M 7,8), dan megathrust Mentawai-Siberut (M 8,9). Selain itu, ada megathrust Enggano (M 8,4), megathrust Selat Sunda-Banten (M 8,7), megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah (M 8,7), megathrust Jawa Timur (M 8,7), dan lainnya.

“Megathrust Mentawai-Siberut, megathrust Selat Sunda-Banten, dan megathrust Sumba dikenal sebagai zona seismic gap. Zona ini adalah area sumber gempa aktif yang belum mengalami gempa besar selama puluhan hingga ratusan tahun. Sejarah mencatat wilayah Selatan Banten dan Selat Sunda mengalami kekosongan gempa besar (Seismic Gap) sejak tahun 1757, atau 267 tahun yang lalu,” pungkasnya.(M-3)

Read Entire Article
Global Food