PUPUS harapan untuk merealisasikan cita-cita menjadi dokter tidak membuat mahasiswi Universitas Indonesia Nadhira Zahrany Wishnuputri meninggalkan hal yang disukainya, yakni dunia kesehatan. Kini, ia terdaftar sebagai mahasiswi di bidang kesehatan masyarakat.
Nadhira terus mengumpulkan ilmu dengan terlibat pada sejumlah program internasional di bidang kesehatan masyarakat. Terbaru, dia terpilih sebagai salah satu perwakilan Indonesia dalam Ascend Leadership Program dari The Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.
Di sana, ia belajar mengenai kesehatan masyarakat, khususnya terkait dengan pengendalian tembakau dari banyak perspektif masyarakat internasional. Ia berharap ilmu yang didapat bisa mendukung pengetahuan bidang kesehatan masyarakat di Indonesia pada masa mendatang. Yuk, kita simak wawancara dengan Nadhira.
Halo Nadhira, selamat untuk prestasinya. Program seperti apa sih yang kamu ikuti ini?
Program ini ditujukan untuk pengembangan kepemimpinan anak-anak muda yang tertarik dengan bidang kesehatan masyarakat, istilahnya menyiapkan calon-calon pemimpin di kesehatan masyarakat di masa depanlah. Ada sekitar 75 anak muda terpilih dan tahun ini mengangkat tema tobacco control atau pengendalian tembakau. Programnya berlangsung selama sembilan bulan.
Kegiatan apa saja yang sudah dan akan kamu?
Karena programnya berlangsung secara luring dan daring, kami mendapat mentoring dari para ahli menyoal kesehatan masyarakat, khususnya terkait dengan pengendalian tembakau dan kepemimpinan. Pernah, sih, sekali kami bertemu secara tatap muka di Filipina.
Selain pembekalan, kami juga ada kegiatan berpartisipasi ke lembaga-lembaga yang memang menjadi partner dari programnya Ascend. Saya sudah assign ke salah satu organisasi di Manila, namanya Tobacco Free Kids, untuk berkontribusi dalam kegiatan mereka dan baru akan mulai bulan depan. Untuk nanti keterlibatan seperti apa, sangat mungkin bakal bantu dari Indonesia. Proyeknya membantu campaign soal Tobacco Free Kids dan lain-lain.
Ketika bertemu tatap muka di Filipina, apa kegiatan menarik yang didapat?
Kami dikasih kesempatan mengunjungi Kantor WHO Regional Pasifik Barat dan dikasih kesempatan untuk diskusi dengan petinggi WHO Regional Pasifik Barat terkait dengan tobacco control . Banyak hal yang dibahas, dari peran WHO dalam tobacco control , apa harapan WHO untuk negara-negara lain, sampai pembahasan soal apa harapan WHO untuk kami sebagai anak muda dalam menyikapi tobacco control ini.
Apakah ada hal dari diri kamu yang semakin berkembang dengan ikut program ini?
Kami ngobrol banyak hal dengan perwakilan anak muda dari seluruh dunia tentang permasalahan terkait dengan pengendalian tembakau, upaya menanggulangi, dan lainnya. Saya merasa kalau sekarang sudah lebih percaya diri dan berani bersuara dalam forum.
Setelah mendalami isu tobacco control, seperti apa kamu melihat permasalahan isu ini di Indonesia? Hal apa yang perlu diperbaiki?
Ada suatu perjanjian di bawah WHO yang namanya Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Nah, Indonesia menjadi salah satu negara yang belum meratifikasi atau menandatangani FCTC ini. Alasannya, mungkin karena banyak juga kontribusi dari industri tembakau yang sangat besar ke perekonomian di Indonesia, tapi hal ini tentu sangat berbanding terbalik dengan prevalensi perokok kita yang tinggi, kemudian kampanye antirokok yang sangat luas. Ini menjadi tantangan berat untuk pemerintah bagaimana mencari win-win solution untuk pengendalian tembakau.
Apakah ini kali pertama dirimu mengikuti kegiatan tingkat internasional?
Tahun ini ada dua pengalaman internasional, pertama ikut student exchange ke Mahidol University Thailand. Kedua, dapat undangan untuk hadir di International Conference One Health di Thailand tepatnya di Chiang Mai. Sama seperti konferensi pada umumnya, di sana aku menghadiri berbagai sesi yang menghadirkan para ahli dan bicara soal ketahanan kesehatan dan persiapan menghadapi pandemi.
Kenapa tertarik dengan ilmu kesehatan masyarakat?
Lahir dan besar dalam keluarga yang banyak memiliki pekerjaan sebagai dokter bikin saya tertarik. Sampai akhirnya saya ditolak sekitar 14-15 kampus untuk fakultas kedokteran, saya coba ambil fakultas kesehatan masyarakat karena mikir kayaknya enggak beda jauh. Sekarang malah ketagihan.
Cita-cita besar yang ingin dicapai di bidang kesehatan masyarakat?
Tidak mengikat tujuan hidup pada satu profesi tertentu, hanya berusaha berkontribusi di bidang kesehatan masyarakat, baik kancah lokal maupun internasional. Saat ini selain menjadi mahasiswi, saya mengambil kontribusi sebagai government advisory, yakni sebagai junior analyst di Tony Blair Institute, berkontribusi di bidang kesehatan masyarakat di Indonesia.
Seperti apa dukungan keluarga?
Mereka melihat banyak perkembangan dari saya sehingga mulai mendukung di jalan ini karena dulunya harus ekstra menjelaskan kepada keluarga tentang pilihan kesehatan masyarakat.
Kamu juga punya komunitas?
Akhir tahun lalu bersama teman menginisiasi Youth Health Hub. Organisasi itu menampung anak-anak muda yang ingin berkontribusi di public health. Fokus kami seperti kesehatan ibu dan anak, kesehatan lingkungan, bagaimana iklim dan kaitannya dengan kesehatan masyarakat, juga stunting. Kami banyak turun ke lapangan untuk melihat secara langsung kesehatan masyarakat. (M-3)
Biodata
Nama : Nadhira Zahrany Wishnuputri
Usia : 22 Tahun
Pendidikan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jurusan Kesehatan Masyarakat, peminatan epidemiologi
Pengalaman
- Global Health Security, USAID, US Embassy (internship) 2023
- Juara 1 One Health Multimedia Contest tingkat Southeast Asia 2023
- Exchange Program, Mahidol University, Thailand 2024
- Presenter proyek di One Health International Conference 2024, Chiang Mai, Thailand
- ASCEND Leadership Program Fellow by Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health 2024