PASANGAN calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan-Erwin tampil memikat dalam debat publik perdana Pilwalkot Bandung 2024 yang digelar KPU Kota Bandung, di Sudirman Grand Ballroom, Rabu (30/10) malam. Pasangan nomor urut 3 tersebut dinilai memiliki solusi-solusi konkret terkait persoalan mendesak Kota Bandung.
Penilaian tersebut disampaikan pengamat politik Dedi Kurnia Syah, menanggapi penampilan Farhan dan Erwin dalam debat yang mengangkat tema Tantangan Masa Depan Kota Bandung, Mengintegrasikan Inovasi Tata Kelola Pemerintahan, Keberlanjutan Lingkungan dan Tata Ruang yang Efisien.
“Farhan berhasil mengidentifikasi akar masalah dan memberikan solusi berbasis kebijakan yang jelas. Pendekatannya tampak sangat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan warga Bandung,” ungkap Dedi, Kamis (31/10).
Dedi memuji pemahaman Farhan terhadap persoalan transportasi dan ruang kota. Hal tersebut tercermin saat Farhan memaparkan rencana pembangunan lahan parkir vertikal, serta memberdayakan juru parkir berbasis teknologi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Termasuk menargetkan peningkatan pengguna angkutan umum sebesar 20% dalam lima tahun untuk mengatasi kemacetan.
"Kolaborasi dengan angkutan umum serta penerapan teknologi di sektor parkir adalah langkah inovatif yang mendukung efisiensi tata ruang. Jika ini terlaksana, tidak hanya akan mengurai kemacetan, tetapi juga meningkatkan pendapatan daerah dengan transparan," papar Dedi.
Menurut Dedi, dalam isu lingkungan, Farhan menawarkan solusi penanganan sampah melalui pengangkutan terjadwal. Nantinya, sampah organik diangkut pada tanggal ganjil, sementara sampah nonorganik di tanggal genap. Farhan juga mengusulkan pemberian insentif bagi warga yang aktif dalam mengelola sampah di tingkat wilayah, serta penggunaan teknologi di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST).
"Pembagian jadwal pengangkutan berdasarkan jenis sampah disertai insentif adalah inovasi yang dapat membudayakan pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga. Langkah ini akan membantu Kota Bandung menekan volume sampah sekaligus melibatkan warga secara aktif," tutur Dedi.
Dedi juga mengamini rencana Farhan membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang fokus pada ketangguhan dan mitigasi bencana. Serta pelibatan hansip atau linmas bersama petugas kebersihan (gober) untuk melakukan deteksi dini dan pencegahan banjir, dengan patroli rutin.
Dedi yang juga menjabat Direktur Indonesia Political Opinion (IPO) tersebut menambahkan, gagasan-gagasan dan solusi yang ditawarkan pasangan nomor urut 3 adalah langkah strategis dalam pencegahan dini yang selama ini kurang diperhatikan.
"Kolaborasi antara linmas dan gober untuk patroli banjir adalah solusi responsif. Sedangkan BPBD akan memberikan ketangguhan jangka panjang dalam menghadapi bencana," ucap Dedi.
Dalam hal tata kelola pemerintahan kata Dedi, Farhan menawarkan perbaikan kesejahteraan ASN melalui kenaikan Tunjangan Perbaikan Penghasilan (TPP) guna mencegah praktik korupsi. Ia juga menekankan pentingnya perencanaan SDM ASN untuk memastikan kinerja pemerintah berjalan optimal tanpa godaan korupsi.
"Peningkatan kesejahteraan ASN sebagai strategi pencegahan korupsi merupakan solusi berbasis akar masalah, bukan hanya pada aspek pengawasan. Ini menunjukkan Farhan memahami pentingnya kesejahteraan untuk mendorong etos kerja dan integritas birokrasi," kata Dedi.
Di akhir debat, Farhan mengungkap visinya untuk menciptakan kawasan New Alun-alun of Bandung Technopolis City di Bandung Timur. Konsep tersebut mengintegrasikan area Masjid Al-Jabbar, Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), dan Stasiun Kereta Cepat Tegal Luar sebagai pusat ekonomi dan inovasi yang mendorong pertumbuhan kawasan timur kota.
"Visi Farhan ini tidak hanya bersifat estetis tetapi juga fungsional, memperkuat posisi Bandung Timur sebagai pusat ekonomi baru. Jika konsep ini diterapkan dengan baik, Bandung Timur dapat berkembang lebih cepat, mengurangi ketimpangan dan memicu pertumbuhan ekonomi," sambung Dedi. (AN/J-3)