FILM horor Santet Segoro Pitu menyuguhkan pengalaman berbeda dengan elemen-elemen yang lebih dari sekadar jump-scare.
Di antara deretan film horor yang telah rilis, Ari Irham dan Christian Sugiono menegaskan bahwa film ini mengangkat tema yang lebih kultural dan mengakar.
"Film ini mengangkat santet yang sudah menjadi bagian dari budaya, sehingga ceritanya lebih mudah dicerna oleh penonton dan memberikan rasa takut yang terhubung dengan insight soal santet," ujar Ari Irham.
Dengan fokus pada elemen tradisi dan latar belakang budaya lokal, Santet Segoro Pitu mencoba menghubungkan penonton dengan kisah mistis yang akrab namun jarang diangkat secara mendalam.
Pendekatan baru dalam menggambarkan sosok hantu dan makhluk astral juga menjadi daya tarik utama film ini.
Christian Sugiono menjelaskan bahwa Film Santet Segoro Pitu menawarkan berbagai representasi makhluk halus yang tidak terbatas pada sosok umum seperti pocong atau kuntilanak.
"Kita nggak cuma menggambarkan pocong atau kuntilanak, tapi banyak sekali jenis setan yang sebenarnya ada," ungkapnya.
Dengan keunikan ini, film ini berusaha memberi pengalaman visual dan emosi yang berbeda, menjanjikan suasana horor yang lebih variatif dan menantang bagi penonton yang ingin merasakan beragam nuansa seram.
Latar waktu film yang berada pada era 1980-an turut menambah dimensi yang khas, terutama dengan detail set yang menghidupkan masa itu.
Christian yang berperan sebagai Pak Cipto, seorang pedagang pasar, mengungkapkan bahwa banyak barang yang digunakan di lokasi syuting mengingatkannya pada masa kecilnya.
"Barang-barang yang udah nggak ada itu bikin aku nostalgia, salut buat tim produksi yang menghadirkannya," ujarnya.
Set pasar tradisional yang penuh dengan barang-barang klasik memberikan sentuhan nostalgia dan ketelitian produksi yang menjadikan film ini semakin otentik.
Tidak hanya tantangan di level produksi, Ari juga mengungkapkan kesulitan unik dalam mendalami karakter Ardi yang memiliki kemampuan indra keenam.
Untuk membawa karakter yang selalu merasa diawasi oleh makhluk tak kasat mata, Ari berlatih membangun kegelisahan yang mendalam.
"Aku pelajari gimana orang yang bisa ‘melihat’ selalu merasa dipantau, dan itu yang aku coba bangun," tuturnya.
Proses mendalami karakter ini, dengan bantuan Sara Wijayanto, turut memperkuat intensitas dan keaslian aktingnya di layar lebar.
Dengan perpaduan drama, konflik, dan ketakutan yang terjalin erat, Film Santet Segoro Pitu siap tayang di bioskop pada 7 November.
Christian menyarankan agar penonton datang bersama teman atau keluarga untuk merasakan serunya atmosfer yang diciptakan, namun menyebutkan bahwa pengalaman menonton sendiri juga bisa menambah sensasi mencekam.
"Ajak teman dan keluarga kalian biar makin seru, tapi kalau mau merasakan takut yang mencekam, datang sendiri juga bisa jadi opsi yang seru," pungkasnya. (Z-12)