MENJELANG peringatan 20 tahun tsunami Aceh 26 Desember 2004- 26 Desember 2024, Universitas Syiah Kuala (USK) melalui Tsunami Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) mengadakan pelatihan manajemen krisis, pada Selasa (29/10) di Kampus Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh.
Rektor USK, Prof Marwan dalam pidato pembukaan pelatihan manajemen krisis itu di Lantai III, Auditorium TDMRC, mengatakan, masih mengenang keberanian rakyat Aceh, sangat tabah, kokoh untuk bangkit kembali setelah tsunami 26 Desember 2024. Pihaknya berterimakasih atas dukungan penuh dari mitra global, terutama dari pemerintah dan rakyat Amerika Serikat.
Marwan mengatakan TDMRC telah menjadi mercusuar inovasi dan pengetahuan dalam penelitian tsunami dan bencana, menangani isu-isu di tingkat lokal, nasional, dan internasional.
"Kontribusinya sangat penting dalam membuat komunitas kita lebih tangguh dan dalam memposisikan USK sebagai mitra regional dalam penelitian bencana" tutur Marwan.
Melalui karya-karya inovatifnya, TDMRC tidak hanya memperdalam pemahaman kita tentang risiko tsunami dan strategi mitigasi, melainkan juga memberikan wawasan penting tentang kesiapsiagaan untuk semua jenis bencana alam.
"Pelatihan manajemen krisis hari ini, memperkuat warisan kesiapsiagaan dan kolaborasi global. Dengan terlibat dalam latihan ini, kita menggabungkan keahlian, sumber daya, dan dedikasi kita, menjadi lebih mampu dan tangguh dalam menghadapi potensi krisis" ujarnya.
Dia menambahkan kemitraan antara Indonesia dan Amerika Serikat ini mencerminkan komitmen kedua belah pihak untuk melindungi nyawa, membangun komunitas yang lebih aman dan menjunjung tinggi martabat manusia di saat kesulitan.
"Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kedutaan Besar Amerika Serikat, Kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Medan, serta kepada semua peserta, penyelenggara dan mitra yang telah membuat acara ini sebaik mungkin," jelasnya.
Adapun Penjabat Konsul Amerika Serikat untuk Sumatera, Kristy Mordhorst menyampaikan apresiasi kepada TDMR dengan segala dedikasi yang sudah diberikan.
"Untuk merenungi tsunami, kita turut merenungkan kekuatan orang-orang yang selamat. AS termasuk yang berperan utama, saat bencana terjadi," sebut Kristy.
Setelah tsunami, AS bersama mitra internasional, memberikan bantuan yang substansi, seperti membangun rumah, fasilitas publik, dan banyak lagi. "Sekali lagi sedekade terakhir AS merespon 19 bencana di Indonesia, termasuk gempa bumi di Palu dan Donggala, Sulteng," ujar Mordhorst.
Pelaksana harian Asisten Pemerintahan Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Aceh, Syakir menyebutkan, Aceh telah memiliki Pusat Peringatan Dini Tsunami yang beroperasi 24 jam tersebar di sepanjang pesisir, terhubung langsung dengan BMKG dan Pusat Peringatan Tsunami Internasional. "Sehingga informasi bencana dapat diterima dalam hitungan menit," tutur Syakir.
Dia mengatakan sepanjang pesisir Aceh telah dibangun 50 escape building dengan standar tahan gempa dan tsunami. Ratusan kilometer jalur evakuasi telah dirancang dengan cermat, dilengkapi rambu-rambu yang jelas, dengan titik kumpul yang aman.
Pendidikan kebencanaan menjadi bagian integral, dari kurikulum sekolah di Aceh. Lebih dari seribu sekolah siaga bencana telah dibentuk. Bukan hanya belajar tentang karakteristik bencana, tapi juga praktik penyelamatan diri, dilatih secara berkala. (N-2)