PERUBAHAN iklim telah mengubah lanskap Arktik secara drastis, membawa dampak besar bagi kehidupan di wilayah ekstrem ini.
Pencairan es laut yang semakin cepat, perubahan habitat, dan menurunnya ketersediaan makanan adalah sebagian dari perubahan yang dihadapi Arktik saat ini.
Dalam situasi ini, beruang kutub (Ursus maritimus) yang merupakan predator puncak sekaligus indikator kesehatan ekosistem, menjadi semakin rentan terhadap ancaman-ancaman baru, seperti kuman dan parasit yang sebelumnya jarang ditemukan di wilayah tersebut.
Tekanan pada Ekosistem Akibat Perubahan Iklim
Perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global telah memicu penyebaran patogen di ekosistem Kutub Utara.
Kawasan yang dulu dianggap steril dari penyakit kini memperlihatkan tanda-tanda peningkatan infeksi pada hewan-hewan di sana.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLoS ONE, analisis dari data yang dikumpulkan antara 1987 hingga 1994 dan 2008 hingga 2017 menunjukkan adanya peningkatan seroprevalensi —keberadaan antibodi sebagai tanda paparan patogen—pada beruang kutub yang diteliti.
Menurut para ilmuwan, peningkatan ini mungkin disebabkan oleh waktu yang lebih lama yang dihabiskan beruang kutub di daratan akibat es laut yang mencair selama musim panas, serta perubahan spesies yang terjadi karena perluasan jangkauan ekosistem akibat perubahan iklim.
Hasil Penelitian: Peningkatan Infeksi Patogen
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan dalam seroprevalensi, khususnya pada enam jenis patogen. Yang paling mencolok adalah virus canine distemper (CDV), yang sebelumnya tidak dianggap mengancam di wilayah Arktik, menunjukkan peningkatan hingga 541%.
Selain itu, parasit seperti Toxoplasma gondii dan Neospora caninum, yang sebelumnya jarang ditemukan di wilayah ini, kini umum terjadi.
Patogen lain seperti Francisella tularensis dan Brucella abortus/suis juga ditemukan dalam jumlah yang lebih tinggi, yang mungkin terkait dengan perubahan rantai makanan.
Studi ini juga memperlihatkan bahwa paparan patogen ini bervariasi menurut jenis kelamin dan usia. Beruang kutub betina yang membuat sarang di darat cenderung lebih rentan terhadap infeksi tertentu, seperti F. tularensis dan Brucella abortus/suis, dibandingkan dengan beruang jantan.
Selain itu, ditemukan pula peningkatan jumlah sel darah putih pada beruang yang menunjukkan respons serologis positif terhadap patogen, yang menandakan adanya respons imun terhadap infeksi.
Ancaman Baru Terkait Perubahan Pola Makan dan Migrasi
Peningkatan infeksi pada patogen seperti T. gondii dan N. caninum menunjukkan adanya perubahan dalam pola makan, serta peningkatan konsumsi mangsa yang terpapar patogen di daratan. Beruang kutub yang terpapar patogen ini umumnya mengonsumsi lebih banyak anjing laut berjanggut.
Sedangkan mereka yang seropositif terhadap F. tularensismenunjukkan preferensi terhadap spesies anjing laut lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa saat beruang kutub menjauh dari es laut, mereka menjadi lebih rentan terhadap patogen yang sebelumnya hanya ditemukan di darat atau air tawar.
Risiko Cedera Fisik yang Meningkat
Selain penyakit, beruang kutub juga menghadapi risiko fisik yang lebih tinggi.
Ketidakstabilan es akibat pencairan mengakibatkan lebih banyak cedera pada beruang, termasuk luka pada telapak kaki yang terjadi saat mereka berusaha melintasi es yang retak atau memanjat bongkahan es curam yang runtuh.
Cedera ini terutama banyak ditemukan pada populasi beruang kutub di wilayah Laut Beaufort dan Laut Chukchi, tempat pencairan es laut terjadi dengan cepat.
Di Cekungan Kane, antara Kanada dan Greenland, 51% dari populasi beruang kutub (31 dari 61 individu) menunjukkan tanda-tanda cedera terkait es, seperti bercak botak, luka, dan bekas luka.
Di wilayah lain di Greenland timur, cedera serupa terlihat pada 12% populasi (15 dari 124 individu). Pada 2022, bahkan ditemukan kasus di mana es besar menempel pada kaki beruang, menghambat pergerakan dan aktivitas berburu mereka.
Masa Depan Beruang Kutub dalam Bayang-Bayang Perubahan Iklim
Dampak perubahan iklim terhadap beruang kutub diperkirakan akan terus meningkat. Dengan akses ke es laut yang semakin terbatas, beruang kutub dipaksa menghabiskan lebih banyak waktu di daratan, yang pada gilirannya meningkatkan risiko infeksi dan cedera.
Jika kondisi ini terus berlanjut, maka masa depan spesies beruang kutub dan ekosistem Arktik yang menjadi habitatnya akan semakin terancam. (Z-10)
Sumber:
- wodnesprawy.pl
- sciencenews.org