Penemuan Struktur Kayu Tertua di Zambia, Buktikan Kecerdasan Nenek Moyang Manusia

1 week ago 2
Penemuan Struktur Kayu Tertua di Zambia, Buktikan Kecerdasan Nenek Moyang Manusia Para arkeolog ungkap penemuan struktur kayu berusia sekitar 476.000 tahun di Zambia, menunjukkan manusia purba telah memiliki keterampilan pengerjaan kayu.(Profesor Larry Barham/Universitas Liverpoo)

PADA September 2024, dunia arkeologi dikejutkan dengan sebuah penemuan luar biasa yang menantang pemahaman kita tentang evolusi manusia. Di dasar Sungai Kalambo, di Zambia utara, para arkeolog berhasil menemukan struktur kayu tertua yang diketahui pernah dibuat tangan nenek moyang manusia. 

Temuan ini, yang diperkirakan berusia sekitar 476.000 tahun, memperlihatkan  kemampuan manusia purba dalam mengolah bahan-bahan alami jauh lebih canggih dari yang sebelumnya diperkirakan.

Penemuan ini tidak hanya memperpanjang sejarah teknologi manusia, tetapi juga memberikan wawasan baru tentang bagaimana nenek moyang kita memanfaatkan sumber daya alam untuk bertahan hidup di lingkungan yang menantang. Temuan tersebut mengarah pada pertanyaan besar, apakah ini bukti bahwa pengerjaan kayu sudah ada jauh sebelum Homo sapiens muncul di Bumi?

Situs tempat penemuan ini terjadi, Air Terjun Kalambo di Danau Tanganyika, Zambia, telah lama menjadi lokasi penelitian arkeologi sejak 1950-an. Beberapa penggalian sebelumnya menghasilkan berbagai artefak penting, seperti peralatan batu, serbuk sari yang terawetkan, dan artefak kayu yang memberikan gambaran tentang kehidupan manusia purba. Namun, temuan terbaru ini mengungkapkan sesuatu yang jauh lebih menakjubkan.

Tim peneliti yang dipimpin Larry Barham, profesor di Departemen Arkeologi Universitas Liverpool, Inggris, mengidentifikasi beberapa potongan kayu yang dimodifikasi di situs ini. Di antaranya, terdapat dua batang pohon besar yang berlekuk, seolah disusun dengan keterampilan tinggi seperti permainan Lincoln Logs yang dikenal di masa kini. Ini menunjukkan adanya keterampilan dan teknik pengerjaan kayu yang sangat maju pada masa itu.

Seni Pengerjaan Kayu yang Mendahului Homo sapiens

Melalui analisis penanggalan luminesensi, yang mengukur berapa lama butiran pasir terpapar cahaya, para peneliti dapat memperkirakan usia potongan kayu tersebut. Ada tiga gugusan utama yang ditemukan:

  • Potongan kayu dan sepotong kayu meruncing yang diperkirakan berasal dari 324.000 tahun yang lalu.
  • Tongkat penggali yang berasal dari 390.000 tahun lalu.
  • Dua batang kayu yang saling tumpang tindih, yang berasal dari 476.000 tahun lalu, menjadi penemuan paling spektakuler.

Batang kayu tersebut tidak hanya berfungsi sebagai alat, tetapi juga menunjukkan bahwa manusia purba sudah memiliki pemahaman tentang teknik konstruksi sederhana. Dua batang kayu besar ini diperkirakan dipasang untuk membentuk struktur yang lebih besar, mungkin sebuah platform atau tempat tinggal yang dibangun untuk melindungi diri dari banjir musiman atau untuk keperluan lain di dataran basah.

Temuan ini memberikan bukti baru yang menggugurkan anggapan bahwa manusia purba pada masa Pleistosen Tengah (781.000 hingga 126.000 tahun yang lalu) adalah makhluk yang hanya mengandalkan alat batu dan belum mengembangkan teknologi. 

Sebelumnya, para ilmuwan menganggap mereka sebagai pengumpul makanan nomaden dengan keterampilan teknologi yang terbatas. Namun, penemuan struktur kayu ini menunjukkan bahwa mereka sudah memanfaatkan bahan alami, termasuk kayu, dalam cara yang jauh lebih inovatif.

Bukti arkeologis tentang perilaku manusia purba biasanya berasal dari bahan-bahan yang sulit hancur, seperti peralatan batu. Namun, kayu, sebagai bahan yang mudah rusak, jarang dapat ditemukan dalam kondisi terawetkan, apalagi selama ratusan ribu tahun. 

Penemuan ini menunjukkan nenek moyang kita tidak hanya membuat peralatan dari batu, tetapi juga sudah mulai berpikir tentang penggunaan bahan-bahan yang lebih fleksibel dan mudah didapatkan di sekitar mereka.

Bukan hanya teknik pengerjaan kayu yang membuat penemuan ini penting, tetapi juga kecerdasan dan inovasi yang terkandung dalamnya. Untuk membuat dua batang kayu tersebut dapat saling terpasang erat, para hominin purba menggunakan teknik pemotongan dan pengikisan yang presisi. 

Hal ini membuka kemungkinan bahwa mereka tidak hanya membuat alat, tetapi juga membangun struktur untuk keperluan sehari-hari seperti tempat tinggal atau jembatan di atas tanah yang basah dan tergenang.

Shadreck Chirikure, seorang profesor arkeologi di Universitas Oxford yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menyatakan bahwa penemuan ini sangat penting. "Manusia purba pasti telah menggunakan kayu, mengingat bahan ini sangat melimpah di sekitar mereka," ujarnya. 

"Temuan ini menunjukkan mereka menggunakan segala sumber daya yang ada di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan mereka, jauh lebih cerdas daripada yang kita bayangkan sebelumnya." (Live Sience/Z-3)

Read Entire Article
Global Food