PENELITIAN terbaru tentang sisa-sisa kerangka dari kapal perang Mary Rose, yang dibangun pada era Tudor di bawah pemerintahan Raja Henry VIII, mengungkap wawasan menarik tentang bagaimana kimia tulang bervariasi berdasarkan tangan dominan dan usia, yang berpotensi memajukan ilmu kedokteran modern.
Studi ini, dipimpin Dr. Sheona Shankland dari Lancaster University dan dipublikasikan dalam jurnal PLOS ONE, melibatkan pemeriksaan tulang klavikula dari dua belas anggota kru pria berusia 13 hingga 40 tahun. Menggunakan teknik non-destruktif yang disebut spektroskopi Raman, para peneliti menemukan kimia klavikula berubah dengan cara yang mungkin mengungkap aspek baru dari gaya hidup dan tekanan fisik yang dialami oleh pelaut pada masa itu.
Mary Rose, kapal andalan yang ditugaskan tahun 1511, mengalami nasib tragis pada 19 Juli 1545, saat Pertempuran Solent melawan armada Prancis. Kapal ini tenggelam dengan cepat, menjebak ratusan anggota kru di dalamnya. Setelah ditemukan kembali tahun 1971 dan diangkat pada 1982, kapal dan isinya, termasuk tulang-tulang krunya, terpelihara dengan sangat baik.
Pemeliharaan ini memungkinkan para ilmuwan untuk menganalisis karakteristik fisik, kesehatan, dan bahkan stres pekerjaan yang dialamipelaut di era Tudor. Temuan dari analisis ini dipamerkan di Museum Mary Rose di Portsmouth, Inggris, yang menampilkan lebih dari 19.000 artefak yang berhasil dipulihkan.
Temuan inti dari studi ini mengungkapkan komposisi tulang klavikula bervariasi menurut usia dan tangan dominan, dengan tangan kanan menunjukkan pengaruh yang jelas pada kimia tulang. Kandungan mineral tulang ini cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, sementara tingkat protein menurun—pola ini tercatat lebih menonjol pada klavikula kanan.
Pengamatan ini membuat para peneliti menyimpulkan pelaut yang kidal mungkin telah memberikan lebih banyak tekanan pada sisi kanan mereka melalui tugas-tugas terkait kapal yang berulang, sejalan dengan bias historis yang lebih menyukai tangan kanan dan menstigmatisasi tangan kiri.
“Penelitian ini membuka peluang untuk memahami perubahan kimia tulang yang terkait dengan usia,” kata Dr. Shankland, menekankan relevansi temuan ini terhadap masalah kesehatan modern seperti risiko patah tulang, osteoporosis, dan osteoarthritis.
Mengingat tuntutan fisik yang diberikan kepada para pelaut dan stres unik yang dialami tulang mereka, informasi ini mungkin memengaruhi penelitian medis di masa depan tentang kepadatan tulang dan ketahanan. Prof. Adam Taylor dari Lancaster University menjelaskan peran penting klavikula dalam menghubungkan anggota tubuh atas ke tubuh, menjelaskan bahwa paparan tulang ini terhadap stres yang sering membuatnya sangat rentan terhadap patah tulang.
Taylor juga menyoroti bahwa spektroskopi Raman, yang menggunakan cahaya untuk menganalisis sifat kimia tanpa merusak spesimen yang berharga, telah terbukti menjadi alat yang sangat berharga dalam studi ini. (Archaeology News/Z-3)