Pelanggaran Terhadap Flora dan Fauna di Indonesia: Ancaman Serius bagi Keanekaragaman Hayati

1 week ago 4
 Ancaman Serius bagi Keanekaragaman Hayati Barang bukti tindak kejahatan perdagangan satwa berupa kulit harimau (Panthera tigris sumatrae) dan bagian tubuh lainnya(Antara)

KEKAYAAN alam Indonesia yang melimpah menjadi rumah bagi beragam spesies satwa dan tumbuhan (puspa) yang tak ternilai. Sayangnya, pelanggaran terhadap flora dan fauna ini sering terjadi dan menjadi tantangan serius bagi upaya pelestarian. 

Dalam artikel ini, kita akan mengupas beberapa pelanggaran yang kerap terjadi dan dampaknya terhadap keberagaman hayati kita.

Pelanggaran Terhadap Satwa dan Puspa

1. Perburuan Liar dan Perdagangan Satwa Ilegal

Salah satu pelanggaran paling mencolok adalah perburuan liar dan perdagangan satwa ilegal, yang ditujukan pada spesies-spesies yang dilindungi. Banyak satwa, seperti harimau, trenggiling, dan gajah, menjadi target perburuan untuk diambil culanya, gadingnya, kulitnya, atau bagian tubuh lainnya. 

Selain itu banyak spesies, baik satwa endemik maupun yang dilindungi, ditangkap dan diperdagangkan di pasar gelap. Praktik ini tidak hanya mengancam populasi satwa, tetapi juga mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada.

Di Indonesia sendiri masih banyak oknum yang melakukan kejahatan ini, salah kasus adalah perburuan terhadap satwa yang dilindungi. Dilansir dari siaran pers KLHK adanya transaksi jual-beli sisik trenggiling yang akan di pasarkan ke luar negeri. 

Dari laporan yang ada 1 kg sisik trenggiling membutuhkan 10 ekor trenggiling hidup, dalam kasus ini ada 14 kg sisik trenggiling. Sebanyak 140 ekor trenggiling di bunuh dan dikuliti. Trenggiling merupakan satwa yang dilindungi undang-undang. Perburuan liar dan lahan hutan yang semakin seditit dapat menyebabkan kepunahan.

2. Penggundulan Hutan

Penggundulan hutan untuk keperluan pertanian, perkebunan, atau pembangunan infrastruktur adalah pelanggaran lain yang berdampak langsung pada puspa dan satwa. Penggundulan hutan dengan cara yang illegal menjadi resiko serius. Pembukaan lahan illegal dengan cara dibakar akan sangat merugikan. Ketika habitat alami mereka dihancurkan, banyak spesies kehilangan tempat tinggal dan sumber makanan, yang bisa mengarah pada kepunahan lokal. Selain itu, hilangnya hutan juga mempengaruhi kualitas udara dan iklim, membuat dampak lingkungan semakin kompleks.

Di Indonesia penggundulan hutan bukan kali pertama menjadi masalah yang serius, penggundulan hutan kerap kali terjadi untuk membangun lahan sawit maupun kepentingan industri. Banyak kasus yang terjadi dimana satwa liar seperti orang utan, ular dan satwa lainnya yang terbunuh akibat pembukaan lahan secara illegal. Permasalahan pembukaan lahan dengan cara dibakar menjadi isu penting, tak hanya satwa dan fauna yang dirugikan tetapi kita sebagai manusia juga dirugikan dari dampak pembukaan lahan secara illegal.

3. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran dari limbah industri, pertanian, dan domestik mengancam ekosistem baik darat maupun perairan. Contohnya, pencemaran sungai dan laut dapat membunuh spesies ikan dan flora air lainnya, serta merusak habitat. Tumbuhan yang terpapar limbah beracun juga berpotensi mengalami mutasi atau kematian, yang mengganggu rantai makanan dan ekosistem secara keseluruhan.

Banyak kasus yang terjadi sebagai contoh fenomena sungai berbusa di berbagai wilayah. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya limbah yang tercampur dengan aliran sungai. Tentu hal tersebut dapat sangat berbahaya bagi ekosistem flora dan fauna. Air sungai yang tercemar juga dapat menyebabkan penyakit terhadap manusia. jika kita mengkonsumsi air tercemar atau menggunakan nya untuk mandi cuci kakus hal tersebut dapat mendatangkan berbagai macam penyakit.

4. Penangkapan dan Pembunuhan Satwa Liar

Penyalahgunaan terhadap satwa liar, baik dalam bentuk penangkapan ilegal maupun pembunuhan, sering terjadi di berbagai wilayah. Satwa-satwa seperti ular, burung, dan mamalia kecil sering kali ditangkap untuk dijadikan hewan peliharaan atau diperdagangkan. Pembunuhan yang dilakukan untuk melindungi tanaman pertanian dari hama atau untuk mendapatkan produk seperti daging dan bulu juga semakin memperparah kondisi satwa liar.

5. Perusakan Habitat untuk Pertambangan dan Infrastruktur

Kegiatan pertambangan dan pembangunan infrastruktur sering kali melibatkan perusakan habitat alami. Hal ini tidak hanya menghancurkan tempat tinggal satwa, tetapi juga merusak sistem akar tanaman, yang berakibat pada hilangnya keanekaragaman hayati. Ketika habitat diubah menjadi area yang tidak ramah bagi flora dan fauna, banyak spesies yang terpaksa beradaptasi atau pindah, dan beberapa di antaranya tidak dapat bertahan.

6. Penggunaan Pestisida dan Bahan Kimia Berbahaya

Penggunaan pestisida dan bahan kimia dalam pertanian dapat berdampak buruk pada kesehatan flora dan fauna. Bahan kimia ini dapat mencemari tanah dan air, mengakibatkan kematian tanaman serta mengurangi kualitas habitat bagi satwa. Selain itu, satwa yang terpapar bahan kimia ini juga bisa mengalami gangguan reproduksi dan kesehatan.

Pelanggaran terhadap satwa dan puspa di Indonesia adalah isu serius yang memerlukan perhatian dan tindakan bersama. Setiap individu, komunitas, dan pemerintah memiliki peran penting dalam menjaga dan melindungi kekayaan alam kita. 

Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian dan melawan praktik-praktik merugikan, kita dapat membantu menciptakan masa depan yang lebih baik untuk satwa dan tumbuhan yang terancam punah. (Z-3)

Read Entire Article
Global Food