STROKE menjadi salah satu kondisi medis yang sering kali menimbulkan dampak serius pada kesehatan, bahkan menjadi penyebab kematian kelima terbanyak di seluruh dunia.
Data menunjukkan hampir 800.000 orang mengalami stroke setiap tahun, atau setara dengan satu orang setiap 40 detik. Meski angka ini masih tinggi, kemajuan dalam ilmu kedokteran telah membantu menurunkan angka kematian dan kecacatan akibat stroke dari tahun ke tahun.
Tahap Stadium Stroke dan Gejalanya
Selain jenisnya, stroke juga dapat dibedakan berdasarkan tahapan perkembangannya, yang disebut stadium. Tahap-tahap ini mempengaruhi tingkat keparahan dan tanda-tanda fisik yang dialami pasien.
Berikut ini adalah tahap-tahap stadium stroke beserta gejala yang menyertainya:
1. Stadium Awal
Pada tahap awal stroke, gejala mungkin terlihat ringan atau bahkan tidak diperhatikan sama sekali karena sering disalahartikan sebagai gangguan kecil. Namun, gejala awal ini bisa menjadi petunjuk penting untuk pencegahan lebih lanjut.
Tanda-tanda yang mungkin muncul di antaranya:
- Kesulitan berbicara atau memahami ucapan orang lain.
- Munculnya sensasi kesemutan pada wajah, lengan, atau kaki, biasanya hanya pada satu sisi tubuh.
- Pusing atau kehilangan keseimbangan.
- Gangguan penglihatan, seperti penglihatan kabur atau hilangnya penglihatan sebagian.
2. Stadium Progresif
Di tahap progresif, gejala stroke mulai memburuk dan mempengaruhi lebih banyak fungsi tubuh. Pada tahap ini, gangguan pada tubuh mulai lebih terlihat dan semakin parah.
Gejala yang sering dialami adalah:
- Kehilangan kemampuan untuk berjalan atau berdiri tanpa bantuan.
- Kesulitan menggerakkan lengan atau kaki pada satu sisi tubuh.
- Kesulitan berbicara atau mengalami kebingungan ketika mendengar ucapan orang lain.
- Gangguan penglihatan yang lebih serius, bahkan dapat menyebabkan hilangnya penglihatan pada satu sisi.
3. Stadium Akut
Pada tahap akut, gejala stroke mencapai puncaknya dan pasien sering kali mengalami kondisi yang memburuk dengan cepat. Ini adalah tahap paling serius dalam perkembangan stroke, dan memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Gejala pada tahap ini meliputi:
- Kehilangan kesadaran atau pingsan.
- Kesulitan bernapas atau napas yang tidak teratur.
- Kejang-kejang.
- Paralisis atau kelemahan parah pada satu sisi tubuh.
Jenis-Jenis Stroke
Stroke juga dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, yang dipengaruhi oleh penyebab utama gangguan aliran darah ke otak:
1. Stroke Iskemik
Jenis stroke ini merupakan yang paling umum, terjadi pada sekitar 87% kasus stroke. Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah di otak tersumbat oleh gumpalan darah, yang menghambat aliran darah dan oksigen ke area tertentu di otak.
2. Stroke Hemoragik
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di otak, menyebabkan perdarahan di jaringan otak. Biasanya disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol atau kelainan pembuluh darah seperti aneurisma dan malformasi arteriovenosa (AVM).
3. Transient Ischemic Attack (TIA)
Disebut juga "mini stroke," TIA terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu hanya sementara. Meskipun gejalanya hilang dalam 24 jam, TIA sering dianggap sebagai peringatan dini stroke yang lebih serius.
Terapi untuk stroke mencegah komplikasi lebih lanjut
Pengobatan stroke sangat bergantung pada jenisnya, dan tindakan yang cepat sangat penting untuk mengurangi kerusakan otak:
Terapi Stroke Iskemik
Terapi biasanya diawali dengan pemberian obat untuk menghancurkan gumpalan darah, seperti aspirin atau tissue plasminogen activator (TPA).
Metode lainnya adalah endarterektomi karotis untuk menghilangkan plak di pembuluh darah leher atau angioplasti yang disertai dengan pemasangan stent untuk mencegah penyempitan pembuluh darah kembali.
Terapi Stroke Hemoragik
Pada stroke hemoragik, pengobatan difokuskan untuk mengurangi tekanan di otak, mengontrol tekanan darah, dan menghentikan perdarahan. Jika diperlukan, operasi dapat dilakukan untuk mengangkat gumpalan darah atau memperbaiki pembuluh darah yang pecah.
Rehabilitasi: Langkah Kunci untuk Pemulihan Stroke
Stroke sering meninggalkan dampak fisik dan mental yang signifikan. Program rehabilitasi bertujuan untuk membantu pasien memulihkan kemampuan dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi:
Terapi Wicara
Membantu pasien mengatasi kesulitan berbicara dan memahami pembicaraan.
Terapi Fisik
Membantu memulihkan kekuatan motorik dan koordinasi tubuh agar pasien dapat kembali aktif.
Terapi Okupasi
Mengajarkan pasien untuk kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Kelompok Dukungan
Membantu mengatasi masalah mental seperti depresi dan memberikan dukungan emosional.
Dukungan dari Keluarga dan Teman
Peran keluarga dan teman sangat penting untuk memberikan dukungan emosional dan membantu pasien dalam menjalani terapi.
Upaya Pencegahan Stroke
Banyak kasus stroke sebenarnya dapat dicegah melalui pola hidup sehat, seperti menjaga tekanan darah, berhenti merokok, berolahraga, mengonsumsi makanan sehat, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Dengan memahami tahap, jenis, dan gejala stroke serta upaya pencegahannya, kita dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya deteksi dini dan pengobatan stroke yang tepat. (berbagai sumber/Z-1)