KOPERASI memiliki peran krusial dalam mengubah wajah ekonomi Indonesia. Digitalisasi merupakan kunci untuk modernisasi koperasi dan menarik minat generasi muda untuk berkoperasi.
"Digitalisasi menjadi penting mengingat tingkat partisipasi masyarakat dalam koperasi di Indonesia masih rendah, yaitu sekitar 8%, masih jauh dibandingkan negara-negara maju yang tingkat partisipasinya mencapai 20%," ujar Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi saat menerima kunjungan Ketua Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nasari Frans Meroga Panggabean dalam rilis pers di Jakarta, Selasa (29/10).
Digitalisasi, menurut dia, tidak hanya dapat meningkatkan kredibilitas koperasi, tetapi juga membuka peluang bisnis yang sangat besar di era digital. Pasar digital Indonesia yang terus tumbuh pesat dan diprediksi mencapai US$125 miliar pada 2025 menjadi potensi yang sangat menjanjikan bagi koperasi.
Frans, yang juga penulis buku The Prabowo Mind, mendukung prioritas program 100 hari kerja Kabinet Merah Putih, khususnya Kementerian Koperasi, dalam digitalisasi koperasi. Digitalisasi koperasi memungkinkan koperasi menjadi modern dan diakui setara dengan lembaga-lembaga lain yang sudah maju dan mampu merekrut kaum milenial. "Karena hal ini memang telah menjadi pemikiran pelaku koperasi dan telah dituangkan dalam buku The Prabowo Mind," tutup Frans.
Budi Arie juga menyampaikan bahwa koperasi akan diberikan peran utama dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Pentingnya kesehatan dan pendidikan generasi muda sebagai investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa. "Jika tidak memberi perhatian lebih pada gizi dan pendidikan anak-anak kita sekarang, kita akan menghadapi generasi yang lemah di masa depan," jelasnya.
"Sewaktu retreat kemarin di Magelang pun kami telah mendapatkan penjelasan dari Presiden bahwa program Makan Bergizi Gratis harus menjadikan koperasi sebagai pelaku utamanya," tambahnya.
Koperasi di Indonesia, tidak hanya berfungsi sebagai alat penciptaan bisnis, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun fondasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam survei yang dilakukan oleh Bank Dunia, lebih dari 72% dari populasi usia produktif di Indonesia, telah mendapatkan akses ke layanan keuangan melalui koperasi.
Selain itu salah satu topik pembahasan dalam audiensi ialah rendahnya partisipasi generasi muda, khususnya Gen Y dan Z, dalam koperasi di Indonesia. "Kita perlu pendekatan yang lebih modern untuk menjadikan koperasi sebagai pilihan utama bagi generasi muda yang penuh semangat inovatif. Tantangan ini harus dijawab dengan memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai manfaat koperasi serta menawarkan program-program yang relevan dengan kebutuhan dan minat generasi muda," ujar Frans. (Ant/Z-2)