KEPALA Seksi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) dan Imunisasi, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu mengungkapkan, sekitar 169 kasus gondong di Kota Yogyakarta sebagian besar merupakan anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Penyakit gondong ini disebabkan oleh infeksi virus Paramyxovirus yang termasuk dalam famili Rubulavirus dan menyerang kelenjar parotis yang memproduksi air liur sehingga menimbulkan pembengkakan.
Endang menyebutkan, bahwa awal mula munculnya gondong akan ditandai dengan pembengkakan di sekitar rahang atau leher akibat peradangan kelenjar parotis. Kemudian disusul dengan gejala awal seperti demam, sakit kepala, nyeri saat mengunyah atau menelan hingga nyeri otot.
Kepala Dinas Kesehatan secara khusus menyebutkan kewaspadaan untuk seluruh sekolah di Yogyakarta. Selain itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dr. Lana Unwanah menyebutkan bahwa sekolah termasuk dalam risiko penularan penyakit yang tinggi.
“Gondongan atau Parotitis ditularkan melalui droplet maka orang yang berinteraksi langsung atau kontak erat berpotensi besar untuk tertular, sedang di sekolah terjadi interaksi yang tinggi antar siswa dan ini menjadikan risiko penularan yang tinggi”, ujar dr. Lana.
Tidak tinggal diam, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta memberikan himbauan kepada pihak sekolah dan orang tua untuk meningkatkan kewaspadaan.
Endang, menyarankan agar sebaiknya para siswa yang terpapar virus parotis untuk sementara waktu tidak masuk sekolah, guna mencegah penyebaran.
“Penderita cenderung pada kurangnya kebersihan dan penyakit ini sangat mudah menular. Karena itu, himbauan kami untuk yang sakit, sebaiknya tidak masuk sekolah,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Endang meminta agar para orang tua memastikan bahwa anak-anak mereka telah mendapatkan vaksin Measles, Mumps, Rubella (MMR). "Pemberian Vaksin ini dapat mencegah terjadinya gondongan," katanya.
Sementara itu, sama seperti Endang, Ketua Tim Kerja Surveilans Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan sekaligus Epidemiolog Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Solikhin Dwi, menyatakan lebih detail terkait penyakit Parotitis atau gondong yang telah mencapai status kejadian luar biasa secara epidemiologis (penularan).
Solikhin kemudian menjelaskan bahwa kasus penyakit ini meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya, di mana pada 2023 tidak ditemukan kasus. Tetapi, pada September 2024, hingga 30 Oktober, tercatat sudah ada 169 kasus.
"Pada periode akhir September hingga minggu ketiga Oktober 2024, kasus gondongan tidak terdeteksi. Tetapi, pekan ini kembali meningkat dengan total 169 kasus, sebagian besar di antaranya dialami oleh anak-anak SD," ujarnya. Ia juga mengimbau agar para orang tua dan pihak sekolah menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk mengurangi angka penderita gondongan di Kota Yogyakarta.
Melansir dari situs resmi Dinas Kesehatan Yogyakarta, kasus Gondong sendiri dapat dicegah dengan mencuci tangan menggunakan sabun secara rutin, terutama saat hendak makan dan setelah makan, kemudian menghindari berbagai peralatan mandi dan makan yang sama dengan penderita gondong, menerapkan etika batuk sembari menutup mulut, atau menggunakan tisu saat bersin, dan menjaga jarak dengan penderita gondong, serta yang lebih penting yaitu segera konsultasikan dengan dokter saat mengalami gejala gondong. (Z-9)