Kapal Pelni Evakuasi Wisatawan di Labuan Bajo, Imbas Penutupan Bandara Komodo

4 days ago 2
Kapal Pelni Evakuasi Wisatawan di Labuan Bajo, Imbas Penutupan Bandara Komodo Ratusan wisatawan baik mancanegara dan domestik dievakuasi menggunakan kapal Pelni pada Selasa (12/11) dari Labuan Bajo ke Denpasar.(MI/Marianus Marselus)

PT Pelni (persero) mengerahkan kapal penumpang ke Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), guna mengevakuasi ratusan wisatawan baik asing maupun domestik yang tertahan di Labuan Bajo sejak ditutupnya Bandar Udara Internasional Komodo sejak Sabtu (9/11) lalu. 

Pelni mengerahkan KM Egon pada Minggu (10/11), dengan tujuan pelabuhan Lembar, Lombok, Nusantara Tenggara Barat (NTB). Evakuasi juga dilakukan pada Senin (11/11) malam, dengan mengunakan KM Tilong Kabila dengan tujuan Pelabuhan Bima, Pelabuhan Lembar, dan berakhir di Pelabuhan Benoa, Denpasar. 

Kepala Cabang PT Pelni (Persero) Labuan Bajo Benny Marganda Sinaga mengatakan KM Egon sengaja didatangkan khusus untuk mengangkut penumpang yang batal terbang melalui Bandara Komodo Labuan Bajo. 

Sementara KM Tilong Kabila adalah kapal reguler, namun difungsikan untuk mengangkut wisatawan yang terdampak penutupan Bandara Komodo. 

"KM Tilongkabila mengangkut 248 penumpang. Penambahan penumpang ini sebagai bentuk bantuan evakuasi PT Pelni Labuan Bajo," kata Benny. 

Benny juga menjelaskan Pelni masih akan melakukan evaluasi wisatawan beberapa hari kedepan. Layanan pelayaran akan dilakukan pada Rabu (13/11), dengan menggunakan KM Binaiya tujuan Bima dan Benoa. Selanjutnya Jumat (15/11), mengunakan KM Leuser dengan tujuan Benoa, Denpasar. 

"Kami melihat ada banyak penumpang Benoa, karena Benoa memang mungkin yang paling memungkinkan untuk kelanjutan perjalanan ke berbagai tempat tujuan," katanya. 

Sementara itu, Kementerian Perhubungan bersama pemangku kepentingan terkait terus berupaya mencari alternatif untuk mendukung angkutan orang dan barang, salah satunya melalui angkutan laut.

“Selama beberapa bandara dan penerbangan berhenti sementara, angkutan laut menjadi alternatif dengan tetap mengutamakan aspek keselamatan,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Budi Rahardjo, Senin (11/11).

Anastasi, seorang penumpang Batik Air tujuan Soekarno Hatta, mengaku tidak mendapatkan penerbangan sejak Sabtu (9/11). Ia bersama tiga orang keluarganya baru bisa keluar dari Labuan Bajo pada Senin (11/11) malam, mengunakan KM Tilong Kabila tujuan Pelabuhan Benoa. 

"Senin harusnya sudah masuk kerja, tapi tidak ada penerbangan sejak Sabtu, kami harus naik kapal dan melanjutkan dengan penerbangan dari Denpasar," kata Anastasia. 

Situasi yang sama dialami Vihaan Zahir, wisatawan asal India. Vihaan bersama istri dan putrinya harusnya terbang menuju Denpasar pada Minggu (10/11), namun batal karena penutupan Bandara Komodo. Vhiaan terpaksa mengunakan trasportasi laut menuju Denpasar. 

Lewatobi Masih Erupsi

Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) masih terjadi hingga Selasa (12/11). Kantor Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi meliris kolom abu teramati setinggi 9 kilometer meter di atas puncak gunung selama periode pengamatan Selasa (12/11), pukul 12.00-18.00 Wita. 

“Teramati empat kali letusan dengan tinggi 1.500-9.000 meter dan warna asap kelabu,” ujar petugas Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki, Anselmus Bobyson Lamanepa, Selasa (12/11) petang.

Terpisah, Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Komodo Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, meliris abu vulkanis dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki memenuhi ruang udara Manggarai Barat bahkan sampai ke permukaan tanah. 

"Hal ini terkonfirmasi oleh hasil positif dari paper test. Kondisi tersebut berdampak pada penutupan bandara Komodo untuk keselamatan penerbangan," kata Kepala BMKG Komodo, Maria Seran. 

Maria Seran menambahkan pantauan satelit menunjukan sebaran abu vulkanis dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki masih tetap terpantau berada di ruang udara Manggarai Barat bahkan meluas ke selatan, ke Pulau Sumba. (MM/J-3)

Read Entire Article
Global Food