BERDASARKAN rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Jakarta mengalami inflasi sebesar 0,03% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi (-0,10%; mtm).
Tekanan inflasi terutama bersumber dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Sementara itu, kelompok transportasi mengalami deflasi.
Secara tahunan, Jakarta mengalami inflasi sebesar 1,58% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya (1,70%, yoy). Inflasi tersebut juga masih terkendali dalam sasaran 2,5±1% dan lebih rendah dari inflasi nasional (1,71%, yoy).
Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi sebesar 0,93% (mtm), sehingga menyumbang 0,06% terhadap inflasi Jakarta. Inflasi pada kelompok ini terutama bersumber dari kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan berlanjutnya tren kenaikan harga emas global.
Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami inflasi sebesar 0,14% (mtm), dengan sumbangan inflasi sebesar 0,03%, utamanya didorong oleh kenaikan upah tukang bukan mandor. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang pada bulan sebelumnya mengalami deflasi, pada bulan ini mengalami inflasi sebesar 0,09% (mtm), dengan sumbangan inflasi sebesar 0,03%.
Inflasi pada kelompok ini terutama bersumber dari meningkatnya harga daging ayam ras, kopi bubuk, dan beras. Kenaikan harga daging ayam ras didorong oleh kenaikan harga livebird di tingkat peternak. Sementara itu, kenaikan harga kopi bubuk didorong oleh harga kopi global yang meningkat dipengaruhi oleh kondisi cuaca panas dan kekeringan yang melanda sejumlah negara produsen.
Adapun meningkatnya harga beras disebabkan oleh penurunan pasokan dari wilayah sentra seiring musim panen raya yang sudah berakhir. Sedangkan, beberapa komoditas seperti cabai merah, bawang merah, cabai rawit, dan minyak goreng mengalami penurunan harga didukung oleh ketersediaan pasokan yang tetap terjaga.
Sementara itu, kelompok transportasi mengalami deflasi sebesar -0,85% (mtm), lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya (-0,15%;mtm), sehingga menyumbang deflasi sebesar -0,12%. Terjadinya deflasi terutama dipengaruhi oleh penurunan tarif transportasi udara dan harga bensin, sejalan dengan penurunan harga BBM nonsubsidi baik pertamax, pertamax turbo, pertamax green 95, dexlite, dan pertamina dex.
"Inflasi DKI Jakarta yang masih terkendali tidak terlepas dari sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DKI Jakarta yang semakin kuat," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan DKI Jakarta Arlyana Abubakar dalam keterangan resminya, Jumat (1/11).
Selama Oktober 2024, TPID DKI Jakarta telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi, antara lain program sembako murah dan pangan bersubsidi di berbagai wilayah Jakarta serta bazar pangan murah yang menjangkau daerah terluar Kepulauan Seribu yaitu Pulau Sabira, perluasan kerja sama antar daerah (KAD) antara Food Station dengan PT Sentral Retailindo dan PT Mitra Jembrana (Bali), penyelenggaraan High Level Meeting (HLM) TPID untuk pengendalian inflasi jelang akhir tahun, serta rapat Koordinasi TPID mingguan dalam rangka pemantauan stok dan harga.
Arlyana melanjutkan, ke depan, sinergi TPID DKI Jakarta akan terus diperkuat untuk memastikan strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif) dapat berjalan baik dan efektif, utamanya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Dengan berbagai upaya sinergi dan kolaborasi tersebut, inflasi Jakarta diharapkan dapat tetap terkendali dalam sasarannya, yaitu 2,5±1% pada tahun 2024. (J-3)