Ibadah Kebudayaan Indonesia Kita ke-43, Semangat Gotong Royong Demi Putra Sang Maestro

2 days ago 2
Ibadah Kebudayaan Indonesia Kita ke-43, Semangat Gotong Royong Demi Putra Sang Maestro Poster lakon Putra Sang Maestro(Indonesia Kita)

Semangat untuk merawat Indonesia melalui kebudayaan, menjadi motivasi bagi seluruh tim Indonesia Kita dalam pementasan ke-43. Untuk itulah, ketiadaan dukungan di pentas yang menjadi pengujung tahun 2024 ini, tidak mengurangi niatan para pendukung Indonesia Kita untuk tetap menyapa penonton setianya.

Keinginan untuk menampilkan sebuah ikhtiar merawat kebangsaan melalui pertunjukan seni, ternyata menjadi komitmen bersama seluruh tim Indonesia Kita, sehingga ketika pementasan yang didirikan oleh Butet Kartaredjasa, almarhum Djaduk Ferianto, dan Agus Noor ini tidak mendapatkan dukungan produksi dari pihak mana pun, seluruh pekerja seni yang terlibat bersepakat untuk tetap manggung.

Pada pertunjukan ke-43 kali ini, Indonesia Kita menampilkan lakon berjudul Putra Sang Maestro yang naskahnya ditulis oleh Agus Noor. Lakon ini akan dipentaskan di Teater Besar Taman Ismail Marzuki Jakarta pada Kamis (14/11) dan Jumat (15/11) pekan ini. Disutradarai oleh Agus Noor, pertunjukan ini akan menampilkan para pemain Butet Kartaredjasa, Cak Lontong, Akbar Kobar, Endah Laras, Oppie Andaresta, Sri Krishna Encik, Mucle Katulistiwa, Marwoto, Susilo Nugroho, Wisben, dan Joened. Penampilan para aktor dan aktris ini akan diiringi musik yang diaransemen oleh Arie Pekar dan dimeriahkan gerak tari yang dikoreografi oleh Siti Alisa.

Kisah Putra Sang Maestro menceritakan seorang seniman badut tua yang akan diberi gelar Sang Maestro. Baginya, gelar maestro tidak layak diterima oleh badut seperti dirinya. Masih banyak seniman atau tokoh lain yang menurutnya lebih pantas menyandang gelar ini. Namun pimpinan kota yang hendak memberikan gelar ini, bersikeras supaya badut senior ini mau menerima gelar Maestro.

Alasan si pimpinan, badut selama ini terpinggirkan dan direndahkan sehingga gelar ini merupakan upaya untuk mengangkat profesi ini. Karena bimbang dan ragu, sosok Sang Badut jadi viral karena banyak pendapat yang pro dan kontra. Satu sisi ada yang menilainya sombong, namun pihak lain ada yang menilainya punya sikap. Sejatinya ada alasan tersendiri bagi Pimpinan Kota untuk memberikan gelar ini, yaitu karena anaknya sering dianggap badut. Jika badut jadi profesi terhormat dengan pemberian gelar ini, maka anaknya setidaknya bisa dianggap sebagai badut terhormat.

Menanggapi tantangan yang dihadapi Indonesia Kita di pentas terakhir di tahun 2024 ini, Agus Noor menyatakan rasa terharunya akan semangat rekan-rekan seniman yang terlibat di pentas kali ini.

“Saya sangat tersentuh dengan semangat para pendukung pentas kali ini saat menerima kabar dari tim produksi bahwa sponsor yang tadinya akan mendukung, tiba-tiba mundur. Teman-teman seniman di pentas ini tiba-tiba sepakat untuk sama-sama saweran untuk menambah dana produksi supaya pentas tetap terlaksana. Semua tim sama-sama berupaya dengan caranya masing-masing. Misalnya tim artistik mencoba menyesuaikan bujet, dan tim produksi mencoba menghubungi penonton loyal Indonesia Kita untuk membeli tiket donasi. Begitulah, dengan segala upaya dan semangat memperjuangkan gagasan, kami mencoba terus mewujudkan pementasan ini,” ujar Agus Noor.

Kondisi prihatin yang tengah dirasakan Indonesia Kita di pementasan ke-43 kali ini, justru dinyatakan oleh Butet Kartaredjasa, sebagai bukti keberhasilan Indonesia Kita dalam membangun ekosistem kebudayaan yang sesungguhnya.

“Baik itu antara sesama pemain, tim artistik, dan kru panggung, sampai mereka yang berada di garda depan dalam penjualan tiket, ternyata memiliki semangat dan kekompakan yang padu untuk mewujudkan pementasan ini. Yang lebih menakjubkan lagi, ternyata keberadaan penonton yang loyal yang turut serta memberikan donasi, memperlihatkan bahwa Indonesia Kita ternyata telah membangun suatu ekosistem. Dengan keberadaan ekosistem ini, kami optimis bahwa masih banyak pihak-pihak yang mendukung ikhtiar-ikhtiar berkesenian yang menghargai akal sehat dan nurani,” kata Butet Kartaredjasa. (RO/Z-11)

Read Entire Article
Global Food