SEKITAR 120 hingga 130 juta tahun yang lalu, di era dinosaurus, kawasan yang kini berada di timur laut Tiongkok terdiri dari hutan sedang dan danau yang mendukung kehidupan ekosistem yang hidup.
Fosil beragam dari masa itu tetap hampir tidak terganggu hingga tahun 1980-an, saat penduduk desa mulai menemukan makhluk-makhluk yang terawetkan dengan luar biasa. Hewan yang terawetkan itu memiliki nilai tinggi bagi kolektor dan museum.
Penemuan ini memicu semacam “demam emas fosil.” Baik penduduk lokal maupun ilmuwan menggali begitu banyak, sehingga aktivitas mereka dapat terlihat dari luar angkasa—menjadikannya mungkin sebagai penggalian paleontologi terluas di dunia.
Pada 1990-an, formasi batuan yang disebut Formasi Yixian terbukti mengandung fosil makhluk purba seperti dinosaurus, burung, mamalia, serangga, katak, dan kura-kura yang terawetkan dengan sangat baik. Berbeda dengan fosil yang hanya menyisakan kerangka, banyak makhluk yang ditemukan dengan organ dalam, bulu, sisik, bulu halus, bahkan isi perut yang masih utuh. Salah satu penemuan istimewa bahkan menunjukkan mamalia seukuran kucing dan dinosaurus kecil yang terperangkap dalam pertarungan hingga kematian.
Dinosaurus berbulu pertama yang dikenal di dunia juga ditemukan di sini—begitu utuh sehingga ilmuwan dapat menentukan warna bulunya. Penemuan ini merevolusi dunia paleontologi, memperjelas evolusi dinosaurus berbulu dan membuktikan tanpa ragu bahwa burung modern merupakan keturunan dinosaurus.
Bagaimana fosil ini bisa begitu terawetkan? Hipotesis utama selama ini adalah penguburan mendadak oleh letusan gunung berapi, mirip dengan abu panas Gunung Vesuvius yang mengubur banyak warga Pompeii pada tahun 79 Masehi. Formasi Yixian bahkan sering disebut sebagai "Pompeii dari Tiongkok."
Studi baru menyatakan ide Pompeii ini menarik tetapi sepenuhnya salah. Sebaliknya, makhluk-makhluk ini mungkin diawetkan oleh kejadian yang lebih umum seperti runtuhnya liang atau periode hujan yang mengumpulkan sedimen yang mengubur makhluk mati dalam kantong-kantong bebas oksigen. Studi-studi sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian mirip Pompeii terjadi berulang kali selama sekitar satu juta tahun.
Dalam studi ini, Paul Olsen, ahli paleontologi dari Columbia Climate School’s Lamont-Doherty Earth Observatory, menyatakan bahwa apa yang disebut metode pengawetan ini mengungkapkan bias manusia yang cenderung mengaitkan fenomena luar biasa dengan penyebab luar biasa atau mukjizat ketika asal-usulnya tidak sepenuhnya dipahami.
Untuk menentukan usia fosil, penulis utama studi ini, Scott MacLennan dari University of the Witwatersrand, Afrika Selatan, menganalisis butiran kecil mineral zirkon dari batuan di sekitar dan fosilnya. Dengan menggunakan metode CA-ID-TIMS yang sangat presisi, mereka menemukan fosil ini berasal dari sekitar 125,8 juta tahun lalu dalam periode kurang dari 93.000 tahun, dengan waktu yang lebih basah dari biasanya. Ini mengakibatkan pengumpulan sedimen di danau dan daratan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, dan banyak makhluk mati terkubur dengan cepat.
Para peneliti juga mengesampingkan teori vulkanisme, karena lapisan abu vulkanik dan intrusi magma di Formasi Yixian tidak cocok dengan kondisi pengawetan khas Pompeii. Fosil di Yixian tidak menunjukkan posisi mengejang seperti korban Pompeii; banyak yang ditemukan dengan posisi lengan dan ekor yang melingkar di sekitar tubuh, seolah-olah mereka sedang tidur.
Para peneliti menyimpulkan bahwa fosil ini lebih mungkin disebabkan oleh runtuhnya liang. Burung, seperti penguin, juga sering mati karena liang yang runtuh hingga hari ini. Pertarungan beku dalam waktu antara mamalia dan dinosaurus mungkin terjadi saat mamalia menyerang sarang dinosaurus untuk memakan bayi atau telur.
Olsen percaya bahwa Formasi Yixian tidak unik, melainkan adalah tempat yang telah dilakukan pengumpulan fosil intensif. Meskipun Tiongkok berusaha membatasi penjualan fosil untuk tujuan keuntungan, pasar ini tetap berkembang dan pemerintah besar-besaran mengembangkan pariwisata di sekitar situs fosil tersebut.
Penemuan fosil dinosaurus berbulu, yang dianggap "cawan suci" bagi Olsen, sangat langka meskipun di deposit terkaya sekalipun. (phys/Z-3)