PERUSAHAAN bidang kontraktor interior dan bangunan arsitektur dari Indonesia, Contractor Art Space (CAS), menekankan pentingnya pemakaian material keberlanjutan khususnya pada kayu sebagai bahan konstruksi bangunan. Ini disampaikan Founder and CEO-Architect CAS) Lutfi Primantara dalam kegiatan webinar yang digelar oleh perusahaan konsultan komunikasi Ircomm Norton Capital (Ircomm) beberapa waktu lalu.
"Acara edukasi ini sejalan dengan komitmen kami untuk terus menggunakan material keberlanjutan khususnya kayu. Ini sebagai komitmen kami melestarikan lingkungan alam dan identitas arsitekturalnya," ujar Lutfi dalam keterangan resmi, Rabu (30/10).
Terdapat dua alasan penggunaan material kayu sebagai bahan baku gedung dan rumah yang lebih ramah lingkungan. Pertama, produksi semen menggunakan bahan bakar fosil tak terbarukan, menyumbang 8% emisi global pada 2018 dari total 11 miliar ton emisi setara CO2. Jumlah ini jauh lebih banyak ketimbang produksi emisi penerbangan yang hanya 2,4%.
Kedua, meskipun kayu sudah diolah tetap menyimpan karbon sepanjang kayu tidak musnah. Fosil kayu yang terkubur di dalam tanah disebut tetap menyimpan karbon yang diserap selama daur hidupnya yang akan mengurangi gas buang ke atmosfer yang menambah pemanasan global.
Sementara, guru besar yang juga Kepala Divisi Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu Departemen Hasil hutan IPB University, Lina Karlinasari, menuturkan kayu yang digunakan sebagai material komponen konstruksi harus berasal dari jenis yang tidak dilindungi dengan kriteria tertentu terutama terkait kekuatannya. Sebagai material biologi kemampuan kayu dalam hal menyerap karbon menjadi kelebihan utama dibandingkan material lain.
"Kemampuan menyerap dan menyimpan karbon pada pohon muda, sebagai sumber utama kayu, lebih tinggi dibandingkan dengan pohon yang berusia sangat tua," papar Lina.
Penggunaan kayu secara umum memberikan kesan hangat dan estetik pada kontruksi bangunan. Namun, lanjutnya, yang harus diperhatikan dari penggunaan kayu adalah sifatnya yang sangat dipengaruhi oleh perubahan kadar air, arah orientasi serat, dan keberadaan cacat kayu. Untuk itu kegiatan pemilihan jenis dan pemilahan kayu sangat perlu dilakukan merujuk pada kebutuhan seperti yang dipersyaratkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk Spesifikasi Desain untuk Kontruksi Kayu.
Selain itu, teknologi peningkatan mutu kayu baik secara kimia maupun fisis menjadi alternatif untuk memperoleh kayu dengan kualitas yang diinginkan.
"Dengan teknologi dan desain yang sesuai, kayu dapat menjadi materi bangunan yang tidak saja ramah lingkungan namun kuat, tahan lama, dan ekonomis," kata Lina.
CEO Ircomm Norton Capital, Isra Ruddin, menambahkan dengan kegiatan edukasi yang dikhususkan bagi para arsitek di Indonesia diharapkan dapat dapat memberikan dampak yang positif bagi industri terkait. (J-3)