Berburu Dana Riset? Ini 8 Skema Pendanaan Riset dari BRIN

3 days ago 2
Berburu Dana Riset? Ini 8 Skema Pendanaan Riset dari BRIN Ilustrasi(freepik.com)

BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkomitmen memperkuat ekosistem riset dan inovasi di Indonesia melalui delapan skema pendanaan yang bertujuan mendukung berbagai aspek penelitian dan pengembangan. Selain anggaran, BRIN juga menyediakan infrastruktur, sumber daya manusia, dan fasilitas yang mendukung pemanfaatan hasil riset.

Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi (FRI) BRIN, Agus Haryono, menguraikan bahwa skema-skema pendanaan ini terbuka untuk berbagai disiplin ilmu dan sektor, mulai dari riset dasar hingga komersialisasi hasil inovasi. Seluruh informasi mengenai skema pendanaan ini dapat diakses melalui situs resmi BRIN di pendanaan-risnov.brin.go.id, yang dapat diajukan kapan saja tanpa batas waktu tertentu.

“Pendanaan untuk riset dan inovasi BRIN sebenarnya tidak hanya anggarannya saja, tapi ada infrastruktur, SDM, serta untuk pemanfaatan riset dan inovasi tersebut,” jelas Agus.

Berikut delapan skema pendanaan riset BRIN:

  1. Pertama, Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) Kompetisi. Skema ini dikompetisikan, apapun topiknya boleh diusulkan, mau topiknya tentang kuliner, politik, teknologi, sains, dan sebagainya. 

    “Anggaran yang sudah kami berikan sejak 2022-2024 yaitu lebih dari 500 miliar rupiah untuk 1206 proyek. Tidak ada limitnya, pengusul dari yang paling kecil yakni 24 juta rupiah hingga paling besar sampai 35 miliar rupiah,” tambahnya.

  2. Skema kedua, RIIM Ekspedisi yaitu pendanaan yang diberikan kepada para peneliti yang melakukan ekspedisi untuk mengungkap potensi kekayaan alam, dan sosial di wilayah Indonesia. 

    “Sudah ada 203 kegiatan yang kita biayai senilai 51 miliar rupiah, kalau ada yang ingin mencari data koleksi ilmiah, spesimen, adat istiadat, bahasa yang terancam punah. Apabila ingin mengambil datanya silakan mengusulkan melalui BRIN Ekspedisi, tidak ada batasan waktu dan tidak ada limit anggaran. Boleh diusulkan kepada kami melalui website kami,” urainya.

  3. Skema ketiga, RIIM Invitasi yang topik-topiknya spesifik yang sudah ditetapkan oleh BRIN bekerja sama dengan mitra-mitra BRIN. ”Misalnya kalau BRIN kerja sama dengan kementerian mengusulkan topik tertentu. Maka itu yang akan kami challenge kepada peneliti, untuk mengusulkan proposal menyelesaikan permasalahan di kementerian/lembaga. Collaborative platform melalui RIIM Invitasi yang sudah ditetapkan oleh BRIN ada 15 platform, yang bisa diusulkan proposalnya untuk bisa mendapatkan pendanaan,” tambahnya.

  4. Skema keempat adalah RIIM Startup sebagai pembiayaan untuk calon perusahaan starup berbasis hasil riset BRIN atau hasil riset masyarakat, agar siap menjadi perusahaan pemula yang mendatangkan keuntungan dan berkelanjutan.

    “Apabila anak-anak muda ingin mendirikan perusahaan tidak punya modal besar, dan mengusulkan ke kami akan diberikan 300 juta rupiah per tahun selama 3 tahun. Jadi maksimal 900 juta rupiah untuk mengembangkan startup tersebut, dan saat ini BRIN sudah membina 74 startup,” terangnya.

    Agus mempersilahkan para peneliti yang mempunyai banyak ide untuk bisa mengajak para mahasiswa atau koleganya mendirikan perusahaan, dan akan diberikan dana oleh BRIN. 

  5. Skema kelima, Pengujian Produk Inovasi Kesehatan (PPIK). "Ini merupakan pengujian praklinik atau uji klinik atas kandidat produk inovasi kesehatan yang akan diedarkan. Skema ini terbuka bagi industri yang bekerja sama dengan inventor pemilik Kekayaan Intelektual (KI) dari BRIN, perguruan tinggi, atau lembaga riset. BRIN menyediakan laboratorium pengujian atau Organisasi Riset Kontrak (ORK) untuk melakukan pelaksanaan pengujiannya atas kandidat produk inovasi kesehatan,” ungkap Agus.

    Menurutnya, pembiayaan yang diberikan oleh BRIN supaya produk risetnya itu cepat terhilirisasi dan terkomersialisasi. Jadi pendanaannya ini untuk mendapatkan izin edar sesuai dengan regulasi yang berlaku di kementerian/lembaga, misalnya obat adanya di Badan POM, alat-alat Kesehatan di Kementerian Kesehatan. 

    “Kami memberikan pendanaan berapapun biayanya seperti uji klinis itu lebih dari 10 miliar rupiah, dan kami bisa membiayainya. Tidak perlu takut, kalau gagal uji klinisnya tidak perlu mengembalikan, yang penting dilaksanakan secara benar dan ilmiah saat proses ujinya,” tegasnya.

  6. Skema keenam, Pengujian Produk Inovasi Pertanian (PPIP) berupa program untuk pengujian produk inovasi pertanian, peternakan, dan perikanan terbuka bagi industri yang bekerja sama dengan inventor pemilik KI dari BRIN, perguruan tinggi, atau lembaga riset. 

    “Anggaran skema ini tidak diberikan kepada periset, melainkan kepada lembaga uji yang ditetapkan oleh regulator terkait dan atau mitra, dapat berupa kontrak tahun jamak. Kami memberikan pembiayaan berapapun biayanya, agar produk tersebut mendapatkan izin edar dari Kementerian Pertanian atau Kementerian Kelautan dan Perikanan,” paparnya.

    Produk-produk yang dapat difasilitasi antara lain varietas unggul, pupuk, pestisida, pakan ternak dan ikan, benih ikan, rumpun atau galur ternak, dan obat serta vaksin hewan.

  7. Skema ketujuh, skema Pusat Kolaborasi Riset (PKR) adalah pendanaan yang diberikan kepada institusi/lembaga dalam mengembangkan pusat kolaborasi riset dan inovasi pada bidang spesifik secara multi dan interdisiplin. 

    “Sesuai standar yang bersifat nasional, dan dapat bereputasi internasional sesuai perkembangan iptek. Pendanaan ini diberikan untuk mempermudah kolaborasi, dengan topik-topik yang sama, tapi bukan untuk pendanaan riset, dan saat ini kami membina 27 PKR,” bebernya. 

  8. Skema kedelapan, RIIM Kolaborasi merupakan implementasi dari target BRIN sebagai platform kerja sama nasional dan global yang inklusif dan kolaboratif. 

    “Skema RIIM Kolaborasi adalah skema yang dibuka secara khusus berdasarkan kerja sama antara BRIN dengan negara mitra dan atau lembaga pendanaan dari dalam negeri atau luar negeri. Hal ini untuk meningkatkan kolaborasi riset nasional antar periset Indonesia, dan kolaborasi riset internasional antara periset Indonesia dengan periset dari negara lain,” ulasnya.

    BRIN sudah berkolaborasi bilateral dengan Australia, Malaysia, Turki dan selanjutnya Tiongkok. Apabila kita berkolaborasi dengan keempat negara tersebut, bisa mengusulkan proposal kepada BRIN untuk diberikan pendanaan. 

    “Kemudian ada kolaborasi multi lateral dengan e-ASIA, ASEAN-EU, dan Belmont Forum, ini adalah kerja sama dengan negara-negara maju terutama G-20 dengan topik khusus yang terkait kehutanan,” ujarnya. 

Apabila ada yang ingin dikonsultasikan, BRIN melakukan coaching clinic pada setiap Selasa minggu pertama dan ketiga pkl. 09.00-10.30. 

“Apapun pertanyaannya atau permasalahannya silakan menghubungi website kami. Selain itu juga bisa melalui zoom, atau datang langsung ke kantor kami di lantai 8 nanti akan bertemu dengan staf kami,” pungkasnya. (H-2)

Berita Lainnya

Copyright @ 2024 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved

Read Entire Article
Global Food