Arky Gilang Wahab Kembangkan Ekonomi Sirkular dengan Kelola Sampah Berkelanjutan

4 days ago 3
Arky Gilang Wahab Kembangkan Ekonomi Sirkular dengan Kelola Sampah Berkelanjutan Ilustrasi(MI/LILIK DARMAWAN)

PRIA bernama Arky Gilang Wahab, 38, sering berada di Desa Banjaranyar, Kecamatan Sokaraja, Banyumas yang menjadi lokasi pembudidayaan maggot. Ia berkeliling untuk mengecek kondisi maggot untuk memastikan tidak ada kendala dalam budidaya magot

Di lokasi budidaya ini terdapat beberapa ruangan dengan fungsi berbeda. Di bagian depan adalah tempat pengeringan maggot, kemudian di bagian dalam terdapat ruangan tempat maggot hidup yang berfungsi mendekomposisi sampah organik dengan minim bau. Sementara itu, di area paling belakang merupakan tempat budidaya lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia illucens L.

Usaha budidaya maggot ini dimulai Arky pada 2018, bersamaan dengan munculnya krisis sampah di Banyumas. Arky rela meninggalkan kesuksesan di Bandung karena terpanggil untuk mengabdi di Banyumas. Padahal, di Bandung dia telah sukses mendirikan perusahaan setelah lulus dari jurusan Teknik Geodesi ITB pada 2009.

Dia paham, kembali ke kampung halaman tentu akan memulainya dari nol kembali. Tetapi, dia mengambil risiko itu. Salah satu yang menjadi motivasi adalah melunasi utang budi. Karena Arky merasa sewaktu kuliah ia banyak difasilitasi oleh masyarakat. "Kuliah saya dibiayai masyarakat, jadi saya ingin memberi sesuatu kembali kepada mereka," ujarnya pekan lalu.

Mengawali langkah baru di kampung halaman memang bukan perkara mudah. Kesuksesannya di Bandung tidak serta-merta membawanya kepada kesuksesan instan di Banyumas. Ia bahkan sering menerima hinaan dari orang-orang sekitar. 

“Risiko yang saya terima adalah menjadi bukan siapa-siapa lagi, tetapi saya tetap bertekad memulai usaha budidaya magot ini di Banyumas,” ungkapnya.

Tantangan besar tak menggoyahkan tekadnya, termasuk ketika ia sempat ditawari pekerjaan dengan gaji besar. "Saya sebetulnya  mendapat tawaran dengan gaji hingga ratusan juta rupiah, tetapi saya memilih tetap di sini. Biar saja saya menjadi 'pemulung' di desa,” katanya. 

Arky memulai usaha ini bersama dua orang lainnya, termasuk adiknya. Pada awalnya, mereka hanya mengumpulkan sampah dari dua atau tiga rumah sekitar. Namun, usaha ini berkembang pesat, dan pada 2019 mereka telah mengelola sampah satu desa, yaitu Banjaranyar. Pada 2020, Dinas Lingkungan Hidup mulai memasok sampah organik sekitar 5-6 ton per hari.

Saat ini, Arky bahkan mendapat pasokan dari TPST Karangcegak dan TPST Sokaraja, serta mengelola sekitar 40 ton sampah per hari, atau hingga 60 ton jika termasuk mitra. Atas dedikasinya, Arky meraih penghargaan Satu Indonesia Awards 2021 sebagai penggerak sistem konversi limbah organik untuk ketahanan pangan.

Budidaya maggot menjadi solusi utama untuk sampah organik. Maggot hasil budidaya bisa langsung digunakan sebagai pakan ikan atau dikeringkan untuk dijadikan campuran pakan. Selain itu, limbah dekomposisi maggot dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Arky kini bekerja sama dengan lebih dari 2.500 mitra, mulai dari pengumpulan sampah hingga pemanfaatan pupuk.

Proses dekomposisi yang biasanya memakan waktu berminggu-minggu kini hanya memerlukan 24 jam berkat maggot. "Larva ini mampu mengurai limbah organik seberat 4-10 kali berat badannya," ujar Arky.

Budidaya maggot ini memberikan dampak besar bagi ketahanan pangan. Limbah dekomposisi maggot dimanfaatkan sebagai pupuk untuk padi yang lebih sehat, dan hasil panen pun menunjukkan tanah sawah yang lebih subur. Di sektor perikanan, magot bisa menggantikan pelet, sehingga biaya budidaya ikan lebih hemat.

Permintaan maggot di pasaran kini semakin meningkat. Setiap bulan, pasar membutuhkan sekitar 1.000 ton, tetapi Arky baru bisa memasok sekitar 120 ton. Bahkan, ada permintaan dari Jepang sebanyak 400 ton per bulan yang belum bisa dipenuhi. Dengan perkembangan pesat ini, Arky melalui perusahaan Greenprosa mulai diundang untuk menangani persoalan sampah di beberapa tempat. Yang telah tergarap di antaranya adalah Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua Bogor, Tangerang, Depok, Magelang dan lainnya. 

Manajemen Sampah

Saat ini, Arky Wahab bersama timnya terus mengembangkan sistem pengelolaan sampah terpadu atau waste management di berbagai wilayah seperti Banyumas dan TSI Cisarua, Bogor, Jawa Barat. 

Usaha ini tak hanya terbatas pada pembudidayaan magot BSF untuk mengurai sampah organik, tetapi juga mulai merambah pengelolaan limbah anorganik dan RDF (Refuse Derived Fuel) atau bahan bakar hasil pengolahan sampah. 

Pengembangkan ini dilakukan dengan menggandeng beberapa mitra untuk mendukung pengelolaan sampah yang lebih efisien dan komprehensif,”katanya.

Khusus di di Banyumas, dirinya berusaha untuk memastikan kestabilan sistem pengelolaan sampah. Sebab, saar ini ada persoalan yang muncul dalah satunya adalah bottleneck  sampah atau hambatan sering kali muncul di tahap akhir, di antaranya adalah RDF. 

“Sementara ini, RDF baru diterima di sejumlah perusahaan, salah satunya adalah semen. Tetapi ke depan, ada kemungkinan kelebihan produksi RDF, karena semakin banyak daerah yang memproduksinya. Sehingga diperlukan pemecahan. Misalnya mengembangkan industri lainnya yang dapat menerima RDF, contohnya pembangkit listrik,”jelasnya. 

Dia mengakui untuk menerima RDF, perusahaan membutuhkan peralatan yang sesuai dengan RDF. Tentu saja, hal itu butuh investasi yang tidak sedikit. “Namun, kami terus mendorong industri untuk dapat menerima RDF,”ungkapnya.

Selain itu,  Arky juga mengelola daur ulang untuk sampah anorganik. Dia  menjelaskan, pihaknya bekerja sama dengan beberapa industri untuk mengelola limbah anorganik bernilai tinggi seperti botol plastik dan kardus. 

“Sampah plastik seperti botol air mineral dikumpulkan, dipres, dan kemudian dikirim kembali ke industri yang membutuhkannya. Upaya ini untuk memastikan sampah anorganik tidak hanya tertumpuk di TPA, melainkan bisa kembali masuk ke rantai produksi sebagai material daur ulang. Ada juga pemanfaatan minyak jelantah dan kini yang. Cukup baik dikembangkan di TSI Cisarua,”katanya.

Arky mengatakan recycle sampah anorganik mendatangkan pendapatan yang lumayan baik. Dari pengelolaan sekitar 15-20 ton per bulan, omsetnya bisa mencapai Rp70 juta hingga Rp100 juta. “Kami akan terus mengembangkan ke daerah-daerah lainnya.”

Pada bagian lain, Arky telah menjadikan Banyumas sebagai breeding center untuk BSF. Pusat pengembangbiakan ini penting, karena kunci dari pengelolaan sampah organik adalah telur BSF. “Banyumas sebagai pusatnya dan nantinya telur-telur akan disetorkan ke daerah lainnya yang menjadi mitra kami. Tahun 2025 mendatang, kami akan mengembangkan pengelolaan sampah di Pasuruan, Bali, Batang, Solo, dan Yogyakarta,”jelasnya. 

Breeding center ini sangat penting karena telur BSF menjadi kunci dalam penguraian sampah organik. Setiap 1 gram telur BSF bisa mengurai sekitar 5-10 kg sampah organik per hari. Misalnya untuk mengelola hingga 30 ton sampah per hari, dengan target produksi telur BSF stabil mencapai 3 kg per hari. 

“Bagian paling krusial dari usaha ini adalah memastikan produksi telur BSF tetap stabil. Proses pembesaran maggot relatif lebih mudah, tapi produksi telur yang konsisten membutuhkan ketelitian ekstra.”

Kalau sudah jadi maggot akan lebih gampang. Maggot menguraikan sampah organik dan nantinya magot akan dapat dijadikan bahan pembuat pelet ikan atau pakan ternak lainnya. Bahkan, saat ini tengah dijajaki, maggot dipakai untuk bahan pembuat kosmetik. 

Usaha pengelolaan maggot dan sampah organik tak hanya berfokus pada lingkungan, tetapi juga memberi nilai tambah ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan baru. “Ada pengembangkan ekonomi sirkular. Yakni ekonomi yang mampu mengurangi limbah yang dihasilkan dan dibuang, mengutamakan penggunaan energi terbarukan, dan mendukung efisiensi penggunaan sumber daya alam, produk yang dihasilkan, serta proses yang digunakan pada industri sehingga lebih ramah lingkungan,”jelasnya.

Dengan kolaborasi, teknologi, dan strategi yang terus berkembang, ia berharap untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang efektif dan memberikan manfaat bagi masyarakat serta lingkungan secara berkelanjutan. Inilah yang terus diikhtiarkan Arky Gilang Wahab, peraih penghargaan Satu Indonesia Awards 2021. (H-2)

Read Entire Article
Global Food