BELAKANGAN ini, ramai dibicarakan di media sosial bahwa Indonesia adalah negara dengan tingkat fatherless tertinggi ketiga di dunia.
Namun, setelah ditelusuri, klaim tersebut tidak didukung oleh bukti yang valid.
Meski begitu, data dari United Nations Children’s Fund (UNICEF) pada 2021 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk dalam negara dengan tingkat fatherless yang cukup tinggi, yakni sekitar 9 persen.
Apa itu Fatherless?
Fatherless merujuk pada kondisi di mana seorang anak merasa kekurangan kedekatan atau kasih sayang dari ayahnya.
Menurut psikolog anak dan remaja, Monica Sulistiawati, kondisi fatherless tidak hanya dialami oleh anak yatim, yaitu anak yang kehilangan ayah karena kematian.
Anak-anak yang ayahnya masih hidup pun bisa mengalami kondisi ini jika ayah tersebut tidak terlibat secara emosional atau fisik dalam kehidupan mereka.
Contohnya, dalam pernikahan jarak jauh (Long Distance Marriage atau LDM), di mana ayah dan ibu tinggal terpisah karena pekerjaan atau alasan lainnya, keterlibatan ayah dalam kehidupan anak menjadi terbatas.
Penyebab fatherless sering kali muncul akibat adanya paradigma pengasuhan yang dipengaruhi oleh budaya patriarki, di mana pengasuhan dianggap sepenuhnya tanggung jawab ibu, sementara ayah hanya berfokus pada mencari nafkah.
Kondisi ini semakin diperburuk oleh pola patrilineal yang kuat di Indonesia, di mana ayah dianggap sebagai kepala keluarga yang bekerja keras untuk mencari nafkah dan tidak perlu terlibat dalam urusan pengasuhan anak.
Banyak keluarga di Indonesia yang masih menerapkan sikap ini.
Dampak Fatherless pada Anak
Ketiadaan figur ayah dapat menyebabkan anak-anak tumbuh dengan kondisi yang disebut sebagai father hungry, yakni kerusakan psikologis akibat tidak adanya peran ayah dalam kehidupan mereka. Kondisi ini dapat berakibat pada:
1. Gangguan Emosional pada Anak Fatherless
Anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah cenderung mengalami gangguan emosional yang lebih besar, seperti depresi, kecemasan, dan kesulitan mengontrol emosi. Hal ini muncul karena perasaan kehilangan dan ketidakamanan yang mereka rasakan.
2. Perkembangan Perilaku yang Buruk
Anak-anak yang tidak memiliki peran ayah dalam hidup mereka lebih rentan terhadap perilaku buruk, seperti bolos sekolah, penyalahgunaan narkoba, atau alkohol. Ketiadaan figur ayah sering kali menyebabkan kurangnya pengawasan yang cukup dalam mengatur perilaku mereka.
3. Rendahnya Kepercayaan Diri
Ketiadaan peran ayah sering kali berdampak pada rendahnya tingkat kepercayaan diri pada anak-anak.
Mereka sering merasa tidak dihargai atau tidak dianggap penting, yang dapat membuat mereka merasa inferior dibandingkan dengan teman-temannya yang memiliki kedua orang tua.
4. Kesulitan dalam Hubungan Sosial
Anak-anak tanpa peran ayah cenderung kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Mereka mungkin merasa kesepian atau tidak mampu mempercayai orang lain, termasuk teman sebaya dan pasangan mereka di masa depan.
Tanpa contoh nyata dari sosok ayah yang memberi teladan dalam hubungan interpersonal, mereka dapat kesulitan dalam memahami hubungan.
5. Kurangnya Dukungan Sosial dan Finansial
Ayah sering kali berperan sebagai tulang punggung ekonomi keluarga, dan ketiadaannya dapat mengakibatkan situasi keuangan yang sulit. Selain itu, anak-anak ini mungkin tidak menerima dukungan emosional yang dibutuhkan untuk tumbuh dengan baik.
Solusi untuk Anak yang Mengalami Fatherless
Untuk membantu anak-anak yang tumbuh dalam kondisi fatherless, ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh keluarga, masyarakat, maupun individu yang peduli. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat mendukung perkembangan mereka:
1. Memberikan Dukungan Emosional
Anak perlu merasakan dukungan dan perhatian dari orang-orang di sekitar mereka.
2. Menjadi Sosok Panutan Positif
Kehadiran figur lain yang positif, seperti ayah angkat atau tokoh dewasa lainnya, dapat membantu anak.
3. Mendorong Partisipasi dalam Kegiatan Sosial
Mengikutsertakan anak dalam kegiatan sosial dapat membantu mereka merasa lebih terhubung dan diterima.
4. Memberikan Kesempatan Berbicara
Anak yang mengalami fatherless perlu kesempatan untuk berbicara tentang perasaan mereka, baik dengan orang dewasa atau teman sebaya.
Fatherless memiliki dampak psikologis jangka panjang bagi anak. Peran ayah dalam pengasuhan sangat dibutuhkan, dan penting untuk memastikan bahwa anak-anak mendapat perawatan yang seimbang dan penuh kasih dari kedua orangtua.
Sumber:
- As-Sibyan Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
- United Nations Children's Fund
- situs resmi Pemerintah Provinsi Bangka Belitung
- Halodoc