AKTIVITAS vulkanik Gunung Marapi di Sumatra Barat mengalami peningkatan dalam dua pekan terakhir, seperti yang disampaikan dalam laporan terbaru Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Berdasarkan pengamatan visual dan instrumental, aktivitas gunung ini menunjukkan intensitas yang semakin tinggi, terutama dalam hal erupsi dan peningkatan gempa.
Selama periode pengamatan dari 16 hingga 31 Oktober 2024, asap dari kawah utama Gunung Marapi terlihat berwarna putih dengan intensitas yang bervariasi dari tipis hingga tebal, mencapai ketinggian 50-400 meter di atas puncak.
Beberapa letusan teramati dengan kolom abu berwarna kelabu setinggi 800-2000 meter dari puncak, menunjukkan peningkatan aktivitas di kawasan puncak.
Dari sisi instrumental, aktivitas gempa juga mengalami peningkatan. Tercatat sebanyak 7 kali gempa letusan/erupsi dan 159 kali gempa hembusan.
Selain itu, tremor menerus mulai terekam kembali sejak 27 Oktober 2024.
Grafik tiltmeter di Stasiun Batupalano menunjukkan adanya inflasi atau penggembungan tubuh gunung sejak akhir Oktober, yang mengindikasikan adanya akumulasi tekanan dari kedalaman.
Menurut PVMBG, tingkat aktivitas Gunung Marapi tetap berada di Level II atau Waspada. Pada level ini, masyarakat diimbau untuk tidak memasuki radius 3 km dari Kawah Verbeek, area pusat aktivitas Gunung Marapi, mengingat potensi bahaya letusan yang dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai respons terhadap pelepasan energi.
Selain lontaran material letusan, abu yang dihasilkan dapat menyebar sesuai arah angin dan berpotensi mengganggu saluran pernapasan serta penerbangan di wilayah tersebut.
PVMBG juga mengingatkan bahwa material erupsi yang jatuh di sekitar puncak dan lereng dapat berpotensi menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan.
Hal ini patut diwaspadai terutama bagi masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai yang berhulu di Gunung Marapi.
Sementara itu, emisi gas vulkanik seperti SO2 dari gunung ini masih terdeteksi dalam jumlah rendah, yaitu sekitar 24 ton per hari per 28 Oktober 2024. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik yang terjadi saat ini masih didominasi oleh pelepasan gas.
Sebagai langkah antisipasi, PVMBG memberikan beberapa rekomendasi, di antaranya mengimbau semua pihak untuk tidak mendekati kawasan sekitar Kawah Verbeek hingga radius 3 kilometer dari puncak.
Pendakian atau aktivitas wisata lain di area tersebut sementara ini dilarang demi keselamatan bersama.
Selain itu, warga yang tinggal di sekitar aliran sungai yang berhulu di puncak gunung juga diingatkan untuk tetap waspada terhadap potensi bahaya banjir lahar, terutama saat musim hujan.
PVMBG menjelaskan bahwa material abu dan erupsi yang jatuh dan tertimbun di lereng Marapi dapat terbawa air hujan, mengakibatkan aliran lahar yang bisa membahayakan pemukiman di jalur sungai tersebut.
Dalam beberapa waktu terakhir, peningkatan aktivitas gunung ini ditandai dengan meningkatnya jumlah gempa embusan dan letusan, termasuk keluarnya asap dengan intensitas yang cukup tinggi.
Selain gempa vulkanik, tremor terus-menerus terdeteksi sejak akhir Oktober, yang mengindikasikan adanya akumulasi energi di dalam tubuh gunung. Peningkatan tekanan dari kedalaman akibat suplai fluida magmatik diyakini menjadi pemicu aktivitas ini.
Sebagai antisipasi jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau untuk mengenakan masker agar terhindar dari gangguan pernapasan.
Selain itu, PVMBG meminta warga untuk tetap tenang dan tidak menyebarkan informasi yang belum diverifikasi kebenarannya, guna menjaga suasana yang kondusif.
Dalam menghadapi situasi ini, PVMBG dan pemerintah daerah Bukittinggi, Padang Panjang, Tanah Datar, dan Agam terus berkoordinasi untuk memastikan langkah-langkah mitigasi yang optimal.
Masyarakat juga diharapkan untuk memantau informasi resmi melalui situs Badan Geologi atau media sosial PVMBG agar selalu mendapatkan pembaruan terkait aktivitas Gunung Marapi. (Z-10)