A2KPI (Asosiasi Advokasi Kanker Perempuan Indonesia) mengapresiasi pemerintah atas peluncuran Rencana Kanker Nasional 2024-2034. A2KPI pun menyerukan agar insiatif itu segera ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Aksi Nasional Kanker Payudara (RAN Kanker Payudara).
RAN Kanker Payudara adalah strategi nasional untuk menurunkan beban penyakit kanker payudara dan mencapai target penurunan angka kematian akibat kanker payudara sebesar 2,5% per tahun, sebagaimana ditetapkan oleh WHO melalui Global Breast Cancer Initiative.
“Kami mengapresiasi dan menyambut baik komitmen pemerintah atas pengendalian kanker yang lebih komprehensif melalui peluncuran Rencana Kanker Nasional 2024 - 2034,” ujar Ketua panitia A2KPI Aryanthi Baramuli Putri dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (31/10).
“Komitmen baik ini harus segera ditindaklanjuti dengan strategi implementasi yang tertuang dalam rencana aksi nasional khusus kanker payudara, disertai rencana pendanaan yang memadai agar implementasinya bisa optimal, mengingat beban penyakit yang sangat besar,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia dan salah satu penggagas A2KPI Linda Agum Gumelar menjelaskan, RAN Kanker Payudara sangat penting sebagai peta jalan agar Indonesia dapat mencapai sasaran penurunan angka kematian akibat kanker payudara.
"Serta memastikan tercapainya indikator yang telah ditetapkan GBCI yaitu 60% kasus terdeteksi secara dini, diagnosis ditegakkan dalam 60 hari, dan 80% pasien menerima pengobatan multimodalitas sehingga bisa berhasil,” jelasnya.
A2KPI menyatakan kesiapan penuh untuk berperan dan terlibat secara aktif dalam penyusunan RAN Kanker Payudara. Hal itu memastikan bahwa rencana ini selaras dengan kebutuhan pasien dan dapat diimplementasikan secara efektif.
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menegaskan, rencana aksi nasional kanker harus diletakkan dalam kerangka menyelamatkan seluruh warga negara khususnya para Ibu. Menurutnya, semua proses mulai dari edukasi/sosialisasi kanker, deteksi dini, diagnosa, pengobatan dan perawatan lanjutan merupakan tanggung jawab negara bersama seluruh komponen masyarakat.
"Dengan political will yang kuat dan pendekatan bottom-up, kita mampu menurunkan kanker payudara stadium lanjut dengan target 60% pasien terdiagnosis dini," ujarnya.
Dewan Penasehat Lovepink Indonesia Samantha Barbara menegaskan, tujuan utama dari upaya penanggulangan kanker payudara adalah untuk memberikan hasil penanganan yang lebih baik bagi pasien. "Oleh karena itu, pasien adalah pemangku kepentingan kunci dalam penyusunan dan implementasi RAN Kanker Payudara. Untuk pasien, bersama pasien," katanya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, hingga saat ini, kanker payudara masih menjadi jenis kanker terbanyak no 2 di kalangan perempuan di Indonesia. Ia juga menjadi salah satu penyebab utama kematian terkait kanker.
Menurut Nadia, hampir 70% diketahui sudah pada stadium lanjut. Oleh sebab itu, katanya, penanganan kanker menjadi salah satu prioritas pemerintah dan rencana strategisnya tertuang dalam Rencana Kanker Nasional 2024-2034 yang diluncurkan awal Oktober lalu.
"Sebagai langkah lanjut dari inisiasi A2KPI, Kementerian Kesehatan akan menyusun Rencana Aksi Nasional Kanker Payudara dan mengadopsi rekomendasi yang diberikan A2KPI menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Mari kita deteksi dini kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan Sadari, Sadanis dan Pemeriksaan USG serta Mamografi," paparnya.
Menurut Global Cancer Observatory (Globocan) 2022, setiap tahunnya lebih dari 66.000 perempuan Indonesia menerima diagnosis kanker payudara dengan tingkat kematian yang sangat tinggi, yaitu 30% dari total kasus. A2KPI juga menyoroti statistik yang memprihatinkan, yakni lebih dari 48% pasien didiagnosis pada Stadium III dan 20% pada Stadium IV. Sebanyak 70% pasien meninggal atau mengalami masalah finansial hanya dalam waktu 12 bulan sejak terdiagnosa. (S-1)