TIGA Dekan yang berasal dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) dan Universiti Mayala menekankan pentingnya kerja sama yang lebih erat antarbangsa dari kedua negara dalam menghadapi tantangan global yang kian kompleks. Hal itu disampaikan dalam diskusi konferensi internasional Persidangan Antarabangsa Kajian Malaysia Indonesia (PAKMI) yang digelar di Auditorium Juwono Sudarsono Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP) UI, beberapa waktu lalu.
Dekan FASS UM, Professor Dr. Datuk Danny Wong Tze Ken, menyampaikan tantangan yang muncul dari kebangkitan Tiongkok dan persaingan antara negara-negara besar bagi negara-negara ASEAN seperti Indonesia dan Malaysia. Menurutnya diperlukan strategi diplomasi budaya Malaysia terhadap Tiongkok untuk mengelola hubungan internasional yang semakin kompleks tersebut.
"seperti dengan mengembangkan Malay Studies Chair, Chinese-Malay Studies Center, dan Malay Language Center di Tiongkok,"terangnya seperti dikutip dari siaran pers resmi, Kamis (31/10).
Ia menerangkan bahwa melalui strategi diplomasi budaya ini, Malaysia tidak hanya menjadi objek yang pasif dalam relasi Malaysia-Tiongkok, tetapi juga dapat meraup manfaat di berbagai bidang, termasuk pendidikan dan pariwisata.
“Kini, lebih dari 50.000 mahasiswa dari Tiongkok telah datang ke Malaysia untuk belajar,” tutur Datuk Danny Wong.
Sementara itu, Dekan FIB UI, Dr. Bondan Kanumoyoso mengajak para peserta konferensi yang berasal dari berbagai universitas di dunia, terutama Indonesia dan Malaysia, untuk menelusuri sejarah perkembangan Islam di kawasan ASEAN. Menurutnya perkembangan tersebut memunculkan masyarakat yang terbuka dan inkulsif dengan berbagai budaya.
“Sejarah ini mengajarkan kita bahwa kawasan Asia Tenggara ini merupakan kawasan yang terbuka dan menyerap budaya dari mana-mana, sehingga tidak relevan untuk menggunakan label “keturunan Arab”, “keturunan Tionghoa,” atau Indo-Eropa untuk memecah belah. Semua identitas itu mungkin telah terserap di dalam kita semua,” tutur Dekan FIB UI yang juga seorang ilmuwan sejarah ini.
Pada kesempatan yang sama, Dekan FISIP UI Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto, memaparkan keterkaitan antara kebudayaan dan nasionalisme. Guru Besar Antropologi ini menegaskan bahwa dinamika relasi Indonesia dan Malaysia sangat intens sepanjang sejarah, baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan kedua negara.
Ia mengatakan relasi antarkomunitas terus terjalin erat terutama di sekitar wilayah perbatasan dua negara. Ia juga menyoroti berbagai dinamika yang unik muncul seiring dengan pengalaman komunitas di dua negara terkait dengan interaksi yang berbeda dengan kapitalisme global.
Program pembangunan kedua negara menurutnya amat mempengaruhi pengalaman komunitas di Malaysia dan Indonesia dalam memandang globalisasi.
“Kondisi ini menyadarkan kita pentingnya kerja sama di antara kedua bangsa, termasuk di kalangan akademisinya, untuk bersama-sama memahami tantangan global dan regional yang dihadapi,” papar Prof. Aji.
Sesi yang menghadirkan ketiga dekan tersebut merupakan rangkaian pembukaan dari The International Conference on Malaysian-Indonesian Studies atau Persidangan Antarbangsa Kajian Malaysia-Indonesia (PAKMI) ke-15 yang diselenggarakan pada 30 Oktober hingga 1 November 2024. Menurutnya konferensi PAKMI ini dapat menjadi salah satu platform yang memicu kolaborasi yang lebih dalam tersebut.
“Kerjasama antara UI dan UM ini adalah contoh kolaborasi yang harus terus kita kembangkan,” tutur Guru Besar Antropologi ini.
Koordinator Panitia PAKMI Profesor R. Cecep Eka Permana menuturkan tema yang diusung ialah ‘Indonesia and Malaysia Amid Regional and Global Challenges’ atau Indonesia dan Malaysia di Tengah Tantangan Serantau dan Global. Kegiatan ini diselenggarakan oleh FISIP dan FIB UI bekerjasama dengan FASS Universiti Malaya. PAKMI ke-15 akan menghadirkan pembicara utama dari berbagai kepakaran dan turut mengundang sejumlah nama besar di Indonesia dan Malaysia. Dalam agenda ini turut hadir Retno Marsudi (Menteri Luar Negeri Republik Indonesia 2014-2024) dan TYT Dato’ Syed Mohamad Hasrin Tengku Hussin (Duta Besar Malaysia untuk Indonesia). (RO/H-3)