LEBIH dari 600 kursi di Royal Theater atau Het Nationale Theater (HNT), yang berlokasi tepat di jantung kota Den Haag, terisi penuh pada Rabu (30/10) malam. Tiket terjual habis dan masih banyak orang yang mencari tiket melalui situs maupun media sosial.
Pada malam tersebut digelar pertunjukan sendratari Ramayana dari Pura Pakualaman Yogyakarta.
Delegasi Pura Pakualaman, yang dipimpin Putra Mahkota Paku Alam X, BPH Kusumo Bimantoro, dan Pejabat Senior GPH Wijoyo Harimurti berangkat ke Belanda untuk melaksanakan misi budaya khusus.
Misi itu bertujuan mempromosikan warisan budaya Yogyakarta ke dunia, yang diharapkan dapat mendatangkan lebih banyak penggemar budaya dan wisatawan ke Daerah Istimewa Yogyakarta.
Rangkaian program acara diawali dengan pameran koleksi Batik dari acara pernikahan akbar (Dhaup Ageng) kedua putra Paku Alam X.
Ruang terbuka dan terang di serambi samping teater menjadi tempat yang sempurna untuk memajang koleksi Batik istimewa tersebut.
Para pengunjung kemudian diundang untuk mengikuti lokakarya pembuatan Batik (nyanting) di Serambi Paul Steenberger, yang langsung diberikan oleh Putra Mahkota.
Pada sore harinya, teater dibuka untuk anak-anak yang telah mendaftar untuk mengikuti lokakarya tari. Anak-anak dan siswa sekolah, didampingi orangtua dan guru mereka memadati teater Paradijs di lantai atas HNT.
Anak-anak dengan semangat mengikuti instruktur yang menunjukkan gerakan dua tari dinamis dari Ramayana—tari Kijang dan tari Hanoman.
Acara utama yang paling ditunggu-tunggu adalah pertunjukan sendratari Ramayana. Pertunjukan ini dipentaskan di Teater Nasional pada saat perayaan khusus Diwali, atau Festival Cahaya bagi umat Hindu India.
Penonton yang datang tidak hanya penggemar seni Belanda, ada juga warga diaspora dari Indonesia, India, dan Suriname di antara para penonton. Pada acara pembukaan juga ditampilkan koleksi Batik khusus Asthabrata yang diperagakan oleh 9 model.
Duta Besar Indonesia Mayerfas menegaskan bahwa misi budaya Pura Pakualaman hadir di saat hubungan antara Indonesia dan Belanda kuat dan berkembang pesat.
“Ini akan membantu memperkuat jembatan kesalingpemahaman dan persahabatan antara Indonesia, Belanda, dan Eropa pada umumnya,” ujar Mayerfas.
Misi budaya Pura Pakualaman ke Belanda, bekerja sama dengan KBRI Den Haag dan didukung oleh Kementerian Kebudayaan Indonesia, selain meraih keberhasilan besar, namun juga menyediakan platform untuk mempromosikan warisan budaya Indonesia yang kaya di panggung global, meninggalkan jejak budaya yang signifikan di Belanda dan Eropa pada umumnya. (Z-1)