Revolusi Mental Berlanjut di Era Prabowo, Bajunya Lebih Lebar

3 days ago 3

PROGRAM revolusi mental yang digaungkan dan dilembagakan oleh Presiden ke-7 RI Joko Widodo dilanjutkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Subtansi program tersebut kini lebih luas dengan tetap memuat tiga pilar revolusi mental: integritas, etos kerja, dan gotong royong.

Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Warsito, mengemukakan itu, Rabu (13/11/2024).

"Secara substansi program-program turunan intervensi langsung lembaga-lembaga yang selama ini melakukan gerakan revolusi mental akan diteruskan. Namun, dalam konteks bajunya menjadi lebih luas lagi karena menjadi penguatan karakter dan jati diri bangsa," tutur Warsito dalam forum diskusi bertajuk Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa: Menuju Indonesia Emas 2045, di Hotel Borobudur, Jakarta.

Menurut Warsito, Asa Cita menjadi fondasi untuk melangkah dengan melakukan intervensi sejak dini, khususnya dimulai dari bidang pendidikan. Hasil yang disasar berupa kekuatan karakter dan jati diri khas bangsa Indonesia yang ada di seluruh kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing.

"Tidak ada faedah seseorang yang fisiknya kuat tapi nonfisiknya tidak sesuai dengan karakter bangsa," ujar Warsito.

Karakter bangsa memuat berbagai indikator yang mencakup religius, bermoral, kerja keras, mandiri, dan bermanfaat. Kekhasan karakter bangsa dalam aspek religius, misalnya, ditekankan Warsito memuat cara beragama bangsa Indonesia yang moderat.

Warsito menyebut 'ganti baju' revolusi mental itu memerlukan indikator-indikator riil capaian keberhasilan. "Kita coba formulasikan dalam bentuk kuantitatif pengukuran, PR kita 2-3 bukan ke depan," ungkapnya.

Pengukuran BPS
Dalam kaitan pengukuran capaian, Deputi Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Ateng Hartono mengatakan BPS sudah memulai mengukur Indeks Capaian Revolusi Mental (ICRM) pada 2018.

Ateng membeberkan ICRM dibangun oleh lima gerakan sebagai dimensi yang diperkuat 24 indikator. Kelima dimensi yaitu Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan Indonesia Mandiri, dan Gerakan Indonesia Bersatu.

"Pada 2023, ICRM mengalami peningkatan menjadi 73,82 (dari 70,47 pada 2021). Ada tapinya. Jika kita lihat ICRM masih kurang 0,48 dari target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah)," papar Ateng.

Dimensi yang mencatatkan skor tertinggi yakni Melayani. Walau begitu, Ateng menngingatkan tidak mudah mempertahankan skor yang sudah tinggi.

"Kalau ada hambatan pelayanan KTP, hati-hati. bisa menurun. Tanggap, cepat, dan biaya transparan itu yang perlu dijaga bersama," tandas Ateng.

Di sisi lain, dimensi Mandiri meraih skor terendah. Ateng mengatakan tantangannnya cukup berat, karena dari lima indikator, indikator anggota rumah tangga memiliki ekonomi mikro nilainya masih di bawah 40 poin. Oleh karena itu, gerakan wirausaha harus ditingkatkan di berbagai wilayah.

Kritik indeks
Capaian ICRM mendapat kritik dari Ketut Budiyawan dari Parisadha Hindu Dharma Indonesia. Ia menilai pengukuran belum sesuai dengan yang terjadi di lapangan.

"Angka naik tapi di lapangan tidak terlihat seperti itu. Bullying sangat luar biasa.  Seorang siswa karena merasa tidak nyaman membakar gurunya, dan banyak kasus yang lain," ujar Ketut.

Ketut berharap nantinya pengukuran capaian penguatan karakter dan jati diri bangsa dapat lebih mengungkap data yang selaras dengan apa yang terjadi di masyarakat. (Ndy)

Read Entire Article
Global Food