PEMERINTAH Provinsi Sulawesi Selatan terus berupaya menjadi daerah yang mandiri pangan. Berbagai program pun telah dilakukan melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan Holtikulturan dan Perkebunan (PTPH-Bun), bersama Dinas Ketahanan Pangan Sulsel.
Program ketahanan pangan Pemprov Sulsel adalah sebuah inisiatif untuk meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas pangan. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Sulsel Andi Muhammad Arsjad mengatakan, tujuan program ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
"Lalu meningkatkan aksesibilitas pangan bagi masyarakat, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau. Jangan lupa untuk meningkatkan kualitas pangan untuk memenuhi standar keamanan pangan, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya ketahanan pangan, dan itu tentu dimulai dari desa," kata Arsjad.
Sebut saja salah satunya, Desa Lampoko di Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru. Sebuah desa kecil di Sulawesi Selatan yang telah menorehkan prestasi luar biasa dalam menjamin ketahanan pangan bagi warganya. Program yang dijalankan oleh desa yang berjarak 115 kilometer dari Ibu Kota Provinsi Sulsel, Makassar, ini tidak hanya meningkatkan produksi pangan, tetapi juga membangun kemandirian ekonomi masyarakat.
Kepala Desa Lampokomengatakan, Budiman, mengatakan keberhasilan desanya berkat komitmennya untuk mengalokasikan 20% anggarannya untuk program ketahanan pangan. Hal ini memungkinkan desa ini mencapai tujuannya untuk menjadi desa swasembada pangan.
Desa Lampoko telah mengalami transformasi perekonomian yang signifikan berkat program penanaman bawang merah yang didukung oleh PT PLN (Persero) melalui Unit Induk Pembangunan (UIP) Sulawesi. Program ini tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan, tetapi juga memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat desa.
Perusahaan listrik milik negara ini telah memainkan peran penting dalam mendukung pembangunan Desa Lampoko. Melalui program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR), PLN telah memberikan bantuan kepada desa tersebut, sejak tahun 2021, termasuk pengelolaan persawahan, pengembangan usaha, dan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Desa tersebut telah menerima dua traktor yang telah didistribusikan ke dua kelompok tani yang memungkinkan mereka untuk mengolah lebih banyak lahan dan meningkatkan produksi pangan. Program ini juga telah menghasilkan pengembangan lahan seluas 2 hektare yang kini telah berkembang menjadi puluhan hektare.
Budi Daya Bawang Merah
Salah satu pencapaian paling signifikan dari Desa Lampoko adalah keberhasilannya dalam membudidayakan bawang merah. Awalnya, desa tersebut menghadapi kendala dalam membudidayakan bawang merah karena keterbatasan dana. Namun, dengan dukungan dari PLN, desa tersebut mampu mengatasi kendala tersebut dan kini menghasilkan bawang merah dalam jumlah banyak.
Desa ini telah menerima 1.600 kg benih bawang merah yang menghasilkan keuntungan sebesar Rp32 juta. Hal ini telah mendorong warga desa untuk terus membudidayakan bawang merah dengan beberapa petani memperoleh keuntungan hingga Rp500 juta.
Hanya saja, Ketua Kelompok Tani Taro Ada Taro Gau, Dusun Pallae, Desa Lampoko, Menurut Nurdin, awalnya mereka menghadapi skeptisisme dari sejumlah tokoh masyarakat, yang meragukan kelayakan menanam bawang merah di desa itu karena kondisi geografisnya. Terlebih lagi Sulsel, hanya Kabupaten Enrekang yang dikenal dengan budi daya bawang merahnya.
Tapi ternyata, Desa Lampoko mampu membuktikan bahwa dengan tekad dan kerja keras, segalanya mungkin. "Terima kasih kepada PLN atas dukungannya sehingga desa tersebut dapat berhasil seperti sekarang ini. Banyak sekali untungnya kalau bawang merah daripada padi. Memang kami sudah tanam bawang merah sejak 9 tahun lalu, tapi baru dikembangkan dengan maksimal setelah adanya bantuan dari PLN. Awalnya itu bantuannya dari pemerintah desa," ucap Nurdin.
Desa ini juga menerapkan sistem simpan pinjam yang unik, yakni petani dapat meminjam benih dan membayarnya kembali dalam bentuk barang, bukan uang tunai. Sistem ini telah membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan perekonomian Desa Lampoko.
Berkah Kolaborasi
Keberhasilan desa tersebut merupakan bukti kekuatan kolaborasi dan komitmen untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan warga. Keberhasilan program bawang merah Desa Lampoko juga telah memberdayakan UMKM yang ada. Desa tersebut telah mendirikan industri bawang goreng, yang telah menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan bagi penduduk desa, khususnya kaum perempuan.
UMKM yang sudah berhasil di Desa Lampoko adalah usaha milik Kelompok Wanita Tani (KWT) Bunga Desa dengan beranggotakan 34 perempuan. Kelompok yang diketuai Ratna itu memproduksi bawang goreng dengan merek dagang Bawang Goreng Budi.
Ratna bercerita, jika awalnya KWT Bunga Desa memproduksi bawang goreng dengan alat-alat yang terbatas serta menggunakan sistem manual. Tetapi sejak 2023 lalu, melalui bantuan perlengkapan dan peralatan produksi yang diberikan PT PLN (Persero) melalui Unit Induk Pembangunan (UIP) Sulawesi, KWT Bunga Desa mampu mengembangkan hasil produksi.
“Bantuannya itu berupa mesin pemotong, mesin pengering bawang merah, hingga mesin pengemas masing-masing satu unit,” seru Ratna.
Berkat bantuan alat-alat itu, mereka yang dulunya hanya mampu memproduksi 5 kg bawang goreng dalam sehari, kini bisa memproduksi 30 kg sehari.
Sehingga dalam waktu sebulan, KWT Bunga Desa bisa memproduksi 30 kg bawang goreng yang dikemas dalam kemasan 100 gram seharga Rp20 ribu dan kemasan 200 gram seharga Rp40 ribu. "Jika ditotal, dalam sebulan, bisa memproduksi sebanyak 150 kemasan 200 gram atau senilai Rp6 juta," kata Ratna.
Dengan penghasilan tambahan itu, perempuan-perempuan yang sebagian besar ibu rumah tangga itu, bisa membantu ekonomi keluarga, yang menggantungkan pemasukannya dari jualan bawang goreng.
Terpisah, Senior Manager Perizinan, Pertanahan, dan Komunikasi PLN UIP Sulawesi Nur Akhsin menjelaskan, sudah menjadi tugas PLN memberikan dukungan melalui bantuan TJSL perusahaan yang dalam hal ini pengembangan usaha. Sebagai komitmen PLN terhadap prinsip Environmental, Social and Governance (ESG) dalam menciptakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Nur Akhsin menjeaskan, pengembangan sektor pertanian yang difokuskan PLN UIP Sulawesi di Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru, dimulai sejak 2021 lalu. Bantuan berkelanjutan hingga 2023 ini pun berhasil mengantarkan desa tersebut sebagai Desa Mandiri Ketahanan Pangan.
PLN UIP Sulawesi pun menganggarkan Rp90 juta untuk pengadaan dua unit Traktor Rotari yang diberikan kepada dua kelompok tani, yaitu Kelompok Tani Taro Ada Taro Gau dan Kelompok Tani Maminasae.
"Bantuan alat pertanian ternyata berhasil dimanfaatkan para petani hingga sekarang. Bantuan ini pun kemudian bersifat berkelanjutan. Pada 2022 kelompok tani yang ada di desa tersebut dibantu bibit bawang merah sebanyak 1.650 Kg senilai Rp82,5 juta. Ribuan bibit bawang merah ini berhasil dimanfaatkan oleh 50 petani yang ada," tambahnya
Dalam pembinaan ini, PLN UIP Sulawesi memberikan peralatan dan bahan produksi untuk produk bawang goreng, serta pelatihan peningkatan kapasitas bagi anggota KWT Bunga Desa, di Desa Lampoko. Dari program ini, PLN menganggarkan sebesar Rp100 juta. Total bantuan yang telah tersalurkan untuk program ini selama tiga tahun mencapai Rp272,5 juta.
"Dan syukurnya, semua bantuan yang diberikan telah memberikan dampak yang signifikan,” tutup Nur Akhsin. (LN/J-3)