ARKEOLOG menemukan bukti praktik Mesir Kuno yang melibatkan modifikasi tanduk domba di kompleks pemakaman Hierakonpolis di Mesir Hulu, yang berasal dari sekitar tahun 3700 SM.
Penemuan ini merupakan kasus tertua yang diketahui dari modifikasi tanduk yang disengaja pada ternak, menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Archaeological Science. Temuan ini mencakup enam domba jantan besar yang telah dikebiri, dengan struktur tanduk yang tampak cacat.
Berbeda dengan tanduk yang tumbuh ke samping secara alami, tanduk-tanduk domba ini diarahkan ke atas, dengan beberapa di antaranya bahkan dihilangkan sepenuhnya. Cacat tersebut diyakini dihasilkan dengan cara mematahkan dan mengikat pangkal tanduk, sehingga tanduk tumbuh secara paralel dan tegak lurus.
Dalam penjelasannya, Profesor Wim Van Neer dari Royal Belgian Institute of Natural Sciences menyatakan bahwa modifikasi ini dilakukan secara sengaja: "Domba-domba ini sengaja dibuat ‘spesial’ dengan dikebiri. Selain itu, tanduk-tanduk mereka diarahkan ke atas, dan dalam satu kasus, tanduk dihilangkan."
Penemuan praktik ini di Hierakonpolis menyediakan bukti fisik awal dari modifikasi tanduk yang diterapkan pada domba, tradisi yang kemudian juga ditemukan pada sapi di berbagai budaya Afrika, termasuk komunitas penggembala di Nubia pada milenium ketiga SM.
Modifikasi tanduk ternak telah lama dipraktikkan di seluruh dunia untuk mengurangi risiko cedera bagi para peternak dan hewan. Arkeolog menemukan tanda-tanda perubahan patologis pada pangkal tanduk domba Hierakonpolis, menunjukkan adanya teknik yang terstruktur dan disengaja untuk mengubah pola pertumbuhan tanduk.
Para peneliti menduga domba-domba ini mungkin dipelihara untuk keperluan upacara atau ritual, mengingat mereka ditemukan di kompleks pemakaman elit. Analisis lebih lanjut mengungkap adanya penyempitan dan patahan pada pangkal tanduk serta deformasi pada tengkorak, yang mengindikasikan manipulasi fisik yang disengaja.
Masyarakat agraris Mesir Kuno sangat bergantung pada hewan peliharaan untuk kebutuhan nutrisi, termasuk sapi dan domba, karena mereka menyediakan sumber daya penting seperti daging, lemak, dan produk susu. Sementara modifikasi tanduk pada sapi sering digambarkan dalam seni makam Mesir yang berasal dari Kerajaan Lama (sekitar 2686–2160 SM), tengkorak domba dari Hierakonpolis ini mendahului penggambaran tersebut hampir seribu tahun.
Temuan ini menunjukkan orang Mesir tidak hanya memanfaatkan domba dan sapi, tetapi juga melakukan praktik-praktik untuk mengendalikan dan mengelola hewan-hewan ini, yang berkontribusi pada pentingnya ternak secara budaya dan simbolis dalam masyarakat Mesir awal.
Bukti ikonografi dari periode-periode selanjutnya, termasuk Dinasti Pertama (sekitar 3500 SM) dan seterusnya, menunjukkan peningkatan representasi domba dalam seni Mesir, serta penggabungan mereka ke dalam sistem keagamaan sebagai perwujudan dewa, terutama dewa jantan. Simbol hieroglif domba juga muncul, menegaskan pentingnya hewan tersebut dalam lanskap sosial-keagamaan Mesir.
Pada masa Kerajaan Pertengahan (sekitar 1991 SM), penggambaran dalam seni makam dan sisa-sisa arkeologis, seperti yang ditemukan di Tell el-Dab’a, mencerminkan peran simbolis dan ekonomis dari berbagai jenis domba, termasuk jenis dengan tanduk yang melengkung ke belakang seperti tipe ammon.
Studi Hierakonpolis ini tidak hanya memperluas pemahaman kita tentang pemeliharaan hewan di Mesir awal tetapi juga menggambarkan tradisi modifikasi ternak yang berlangsung lama di Lembah Nil. (archaeology news/Z-3)