Penelitian Ungkap Risiko Asma Tinggi pada Perempuan Menopause di Usia Tua

2 weeks ago 4
Penelitian Ungkap Risiko Asma Tinggi pada Perempuan Menopause di Usia Tua Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Menopause mengungkapkan perempuan yang mengalami menopause di usia yang lebih tua berisiko lebih tinggi terkena asma. (everywell)

SEBUAH penelitian terbaru mengungkapkan, perempuan yang memasuki masa menopause di usia yang lebih tua memiliki risiko lebih besar terkena asma.

Banyak penelitian menunjukkan menopause di usia yang lebih dini lebih merugikan kesehatan perempuan. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan risiko kondisi kesehatan yang merugikan seperti penyakit jantung, diabetes, osteoporosis, dan depresi.

Sebuah penelitian baru yang diterbitkan secara daring di Menopause, jurnal The Menopause Society mengaitkan menopause alami di usia yang lebih tua dengan risiko asma yang lebih tinggi.

Dalam penelitian terbaru ini, yang didasarkan pada data tindak lanjut selama 10 tahun dari lebih  14.000 perempuan pascamenopause, dirancang menyelidiki hubungan antara usia menopause alami dan kejadian asma pada perempuan pascamenopause yang tidak merokok. 

Para peneliti menemukan perempuan dengan menopause dini, yaitu antara usia 40 dan 44 tahun memiliki risiko asma yang lebih rendah, dan  membuat mereka menyarankan peran estrogen dengan risiko asma.

Dr. Stephanie Faubion, direktur medis untuk The Menopause Society, mengungkapkan penelitian ini didasarkan pada perbedaan jenis kelamin dan perempuan memiliki risiko yang lebih besar.

“Studi ini menyoroti perbedaan berdasarkan jenis kelamin dalam asma, dengan perempuan memiliki risiko lebih besar terkena asma daripada pria di usia dewasa," ungkapnya dikutip dari The Menopause Society.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan perempuan dengan menopause lebih lambat memiliki risiko yang tinggi

"Studi ini juga menunjukkan perempuan dengan menopause yang lebih lambat memiliki risiko lebih besar daripada mereka yang mengalami menopause lebih awal," ungkap Stephanie.

Ia menyarankan agar para tenaga medis selalu memperhatikan perempuan dengan usia menopause lebih lambat karena akan berpotensi pada gejala asma.

"Dokter harus menyadari hubungan ini dan harus memantau perempuan dengan usia menopause alami yang lebih tua untuk gejala asma,” ujar Dr. Stephanie Faubion.

Penelitian tentang hubungan antara menopause dan kejadian asma tampaknya bukan hal yang baru. Telah terdapat beberapa penelitian sebelumnya mengenai ini dan hasilnya saling bertentangan. 

Melansir dari The Menopause Society, beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan kemungkinan adanya hubungan antara asma dan hormon seks. Yang paling menonjol adalah fakta bahwa asma yang muncul pada usia dewasa lebih umum terjadi pada perempuan daripada pria. Pada masa kanak-kanak, asma lebih umum terjadi pada anak laki-laki. 

Namun, setelah pubertas, asma lebih sering terjadi pada anak perempuan. Perempuan juga cenderung memiliki asma yang lebih parah dan lebih kecil kemungkinannya untuk sembuh dari penyakit tersebut.

penelitian-penelitian sebelumnya juga menemukan puncak kejadian asma pada usia sekitar 40 tahun, yang umumnya merupakan usia transisi menopause, sedangkan penelitian lain menemukan puncaknya pada usia rata-rata menopause, yaitu 51 tahun. 

Baik estrogen alami maupun estrogen sintetis, seperti yang digunakan dalam terapi hormon, memiliki profil risiko yang serupa. Perempuan yang menggunakan terapi hormon terbukti memiliki risiko asma sebesar 63% lebih tinggi, sedangkan wanita yang menghentikan terapi hormon dua kali lebih mungkin untuk berhenti menjalani pengobatan asma. (Z-3)

Read Entire Article
Global Food