THE Flying Cloth, sebuah pameran yang memadukan seni, budaya, dan keberlanjutan, menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan karier desainer tekstil dan fesyen ternama, Merdi Sihombing.
Dengan arahan artistik Heri Pemad sebagai art director dan Ignatia Nilu sebagai kurator, pameran ini menghadirkan karya yang memukau melalui elemen visual, auditif, diorama, dan interaktif.
Koleksi wastra yang ditampilkan dalam pameran ini merupakan hasil reinvensi kain tradisional dari berbagai daerah di Nusantara.
Dalam setiap helainya, terlihat perpaduan inovasi penggunaan benang, pewarna alami, serta teknik tenun, sulam, songket, dan manik-manik yang menyatu dengan sentuhan budaya.
Instalasi ini juga menyertakan elemen simbolis dari berbagai wilayah, mencerminkan keindahan dan keunikan setiap daerah yang menjadi inspirasi Merdi.
"Setiap kain, motif, dan warna yang ada di sini bukan hanya hasil kreativitas, tetapi warisan yang dipelihara dan dihargai bersama. Dalam setiap lembar kain yang ditampilkan, ada cerita tentang pelestarian, kebanggaan budaya, dan upaya untuk menghadirkan fashion yang tidak merusak alam," ujar Merdi dalam konferensi pers pameran The Flying Cloth di Museum Nasional Indonesia, Selasa, (12/11).
Pameran The Flying Cloth terbuka untuk umum hingga 24 November 2024 di Museum Nasional Indonesia.
Menurut Merdi, pameran ini tidak hanya menonjolkan keindahan tekstil tradisional, tetapi juga ingin menunjukkan bagaimana budaya dapat berdampingan dengan prinsip keberlanjutan.
Melalui inovasi pewarna alami dan desain berbasis nilai-nilai lingkungan, Merdi berusaha mengembangkan sustainable fashion yang relevan di era modern.
Pria berdarah Batak ini memiliki visi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat mode berbasis budaya dunia. Dengan lebih dari 300 motif tekstil tradisional dari berbagai wilayah, seperti Mentawai, Sumatera Barat hingga Wamena, dan Papua, Merdi, bersama Yayasan Merdi Sihombing dan Eco Fashion Indonesia, terus mengangkat potensi warisan budaya Nusantara.
Tidak hanya di dalam negeri, Merdi telah sukses memikat perhatian dunia dengan memamerkan karyanya di ajang bergengsi seperti New York Fashion Week dan London Fashion Week.
Karya-karyanya yang menonjolkan keindahan wastra Nusantara dan nilai keberlanjutan mendapat apresiasi tinggi di berbagai negara, seperti Kanada, Australia, Bangladesh, dan India.
"Saya juga memimpikan Indonesia menjadi pusat mode bagi masyarakat adat, atau indigenous fashion, di panggung dunia," ungkap Merdi.
Merdi menambahkan bahwa kekayaan budaya Indonesia, dengan masyarakat adat yang beragam, menyimpan potensi besar untuk diperkenalkan secara global.
Dari ujung barat hingga timur Nusantara, tiap suku memiliki warisan tekstil dan seni hias yang unik, yang dapat dipersembahkan kepada dunia.
Melalui The Flying Cloth, Merdi Sihombing membuktikan bahwa keindahan wastra tradisional Indonesia tidak hanya relevan tetapi juga mampu bersaing di kancah internasional, sekaligus membawa pesan pelestarian budaya dan lingkungan.
Selain pameran, kegiatan ini juga menjadikan wadah interaksi dan edukasi. Dengan berbagai kegiatan diantaranya workshop, seminar, dan creative talk yang akan mengajak publik untuk lebih memahami konsep fesyen berkelanjutan. (Z-1)