Menjawab Tantangan Inovasi Kemasan Pangan Aman dan Ramah Lingkungan

2 weeks ago 4
Menjawab Tantangan Inovasi Kemasan Pangan Aman  dan Ramah Lingkungan (Dok. Pribadi)

AKHIR-AKHIR ini, publik semakin sering mempertanyakan keamanan penggunaan kemasan galon guna ulang, baik yang berbahan polycarbonate (PC) maupun polyethylene terephthalate (PET). Polemik mengenai potensi zat berbahaya dalam kemasan air minum ini memunculkan kebutuhan akan edukasi yang tepat agar masyarakat tidak salah paham serta terus-menerus membandingkan keamanan antara satu jenis kemasan dan yang lain. Kemasan pangan memainkan peran krusial dalam menjaga kualitas, keamanan, dan masa simpan produk, juga menyediakan informasi penting seperti kandungan nutrisi dan tanggal kedaluwarsa.

Di Indonesia, regulasi kemasan pangan bertujuan melindungi konsumen dari bahan berbahaya melalui Undang-Undang (UU) Nomor 18/2012 tentang Pangan, Peraturan Pemerintah (PP) No 86/2019 tentang Keamanan Pangan, dan Peraturan Badan POM No 20/2019 tentang Zat Kontak Pangan.

Peraturan Menteri Perindustrian No 24/M-IND/PER/2/2010 juga mengatur logo tara pangan dan kode daur ulang kemasan plastik. Secara internasional, standar keamanan kemasan diatur oleh regulasi seperti Commission Regulation No 10/2011 di Uni Eropa untuk bahan plastik, dan Peraturan CFR 21 Food and Drug Authority (FDA) di Amerika Serikat. Menurut Journal of Physics Conference Series (2021), pada 2020, sekitar 367 juta ton plastik digunakan untuk berbagai aplikasi, dengan 40% di antaranya digunakan sebagai kemasan pangan.

Secara umum, jenis plastik dapat dibedakan berdasarkan senyawa penyusunnya. Plastik yang banyak digunakan untuk kemasan antara lain polyethylene (PE), polypropylene (PP), polyethylene terephthalate (PET), polycarbonate (PC), polyvinyl chloride (PVC), polystyrene (PS), dan lain-lain. Plastik seperti PC dan PET sering kali dipilih karena sifatnya yang fleksibel, ringan, tahan pecah, transparan, mudah diberi label, dapat didaur ulang, dapat digunakan kembali, dan dapat diproduksi massal dengan biaya yang terjangkau.

PC dan PET sangat umum digunakan untuk kemasan karena karakteristiknya yang sesuai untuk menjaga kualitas dan keamanan pangan, termasuk untuk air minum dalam kemasan (AMDK). Berdasarkan regulasi FDA di Amerika Serikat nomor 21CFR177.1580 dan 21CFR177.1630, PC dan PET diizinkan sebagai bahan kontak pangan, baik untuk sekali pakai maupun berulang.

MI/Seno

Keunggulan galon PC dan PET

Kemasan dengan material plastik PC dan PET menawarkan berbagai keunggulan yang berbeda. PC telah lama digunakan sebagai kemasan galon untuk AMDK di banyak negara, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Tiongkok. Galon PC sangat populer karena ketahanannya terhadap perubahan suhu dan kekuatan struktural yang unggul, menjadikannya ideal untuk distribusi di Indonesia dengan kondisi geografis yang menantang. Hal ini mengurangi risiko kerusakan selama pengiriman, meningkatkan efisiensi distribusi, serta memastikan air minum tetap aman dan layak konsumsi hingga sampai ke tangan konsumen.

Galon PC juga dapat digunakan berulang kali, mendukung konservasi energi dan sumber daya, serta berkontribusi pada pengurangan emisi karbon. Penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat (LPEM) FEB UI menyatakan bahwa konsumen memilih galon guna ulang untuk meminimalkan dampak lingkungan. Tanpa galon guna ulang, 7 dari 10 konsumen akan beralih ke kemasan sekali pakai, yang berpotensi meningkatkan sampah kemasan hingga 770.000 ton per tahun dan emisi plastik sebesar 1.655.500 ton per tahun.

Kemasan galon berbahan PET mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2019 dan cepat diminati karena bobotnya yang ringan, biaya produksi yang rendah, dan warnanya yang transparan. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan dan preferensi konsumen menunjukkan kecenderungan untuk memilih kemasan air minum yang lebih bening dan jernih, memungkinkan mereka melihat isi air dalam wadah dengan jelas, yang meningkatkan kepercayaan dan kepuasan terhadap produk.

Kelebihan lain dari material PET ialah kemampuannya untuk didaur ulang menggunakan teknologi solid state polymerization (SSP), yang mengembalikan PET daur ulang menjadi setara dengan PET virgin, sehingga dapat digunakan kembali hingga 100% seperti produk awal.

Kemajuan teknologi ini menjadi nilai tambah bagi PET karena semakin banyak konsumen yang menginginkan kemasan yang ramah lingkungan. Dengan demikian, galon guna ulang PET menjadi solusi yang mendukung ekonomi sirkular dan mematuhi peraturan lingkungan yang berlaku, karena dapat digunakan kembali dan didaur ulang dengan efisien.

Keamanan PC dan PET

Parameter penting untuk menilai keamanan kemasan pangan ialah migrasi, yakni perpindahan bahan kimia dari material kemasan (seperti plastik, kertas, atau logam) ke makanan atau minuman. Migrasi terjadi saat bahan kimia seperti monomer, aditif, atau residu pelarut berpindah selama penyimpanan atau pemanasan.

Terdapat dua jenis migrasi yang perlu diperhatikan: migrasi total dan migrasi spesifik. Migrasi total mengukur jumlah keseluruhan zat tidak mudah menguap yang dapat berpindah dari kemasan ke makanan atau simulan pangan di bawah kondisi tertentu, seperti suhu dan waktu.

Adapun migrasi spesifik mengacu pada perpindahan zat kimia tertentu, seperti monomer atau aditif, dari kemasan ke makanan atau simulan pangan dalam kondisi yang sama. Untuk pengujian migrasi, simulan pangan digunakan untuk meniru sifat makanan sehingga hasilnya dapat lebih akurat mencerminkan kondisi nyata, seperti asam, alkohol, dan lemak.

Penelitian yang dilakukan oleh Dong Wen-li dkk, yang dipublikasikan dalam jurnal Applied Mechanics and Materials Vol 469 Tahun 2014, menunjukkan bahwa semakin lama penggunaan ulang wadah PC, migrasi kandungan bisphenol-A

 (BPA) pada temperatur kamar (normal) ke dalam air di dalam wadah PC cenderung berkurang secara linier, seiring dengan meningkatnya frekuensi penggunaan berulang wadah tersebut. Hal ini berarti, semakin sering dan semakin lama wadah itu digunakan, semakin kecil pula kemungkinan paparan BPA yang dapat terjadi, sehingga konsumen tidak perlu khawatir menggunakan wadah PC secara berulang.

Sementara itu, penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Food Additives and Contaminants Vol 19, No 1/2002, menyimpulkan bahwa pencucian berulang wadah PET dan PC 15 kali tidak memengaruhi migrasi total dan migrasi spesifik dalam cairan simulan pangan non-AMDK, seperti asam, alkohol, dan lemak. Hasil ini menunjukkan bahwa wadah PET dan PC tetap aman digunakan meskipun telah mengalami pencucian berulang kali.

PC dan PET telah diakui aman untuk kontak langsung dengan makanan dan minuman oleh otoritas berwenang seperti FDA di AS, European Food Safety Authority (EFSA), dan Badan POM. Oleh karena itu, PC dan PET aman digunakan sebagai galon guna ulang, asalkan kualitas kemasannya memenuhi standar yang berlaku dan melalui proses quality control (QC), pencucian, serta sterilisasi yang menyeluruh.

Pentingnya edukasi masyarakat

Penting bagi masyarakat untuk memahami cara memperlakukan semua jenis galon dengan baik dan benar, termasuk menghindari paparan suhu ekstrem di atas 150 derajat celsius. Dengan edukasi yang tepat, kekhawatiran terhadap penggunaan galon guna ulang, baik yang berbahan PC maupun PET, dapat diminimalkan.

Keamanan galon guna ulang ditentukan oleh pemenuhan regulasi yang berlaku, seperti Standar Nasional Indonesia (SNI) dan peraturan Badan POM, yang memastikan kemasan tersebut aman dan tidak membahayakan kesehatan. Di samping itu, penggunaan galon guna ulang sesuai regulasi, termasuk Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No P.75/KUM.1/10/2019, tidak hanya menjamin keamanan konsumen, tetapi juga mendukung pelestarian lingkungan. Dengan menggunakan galon guna ulang, konsumen berkontribusi dalam mengurangi limbah plastik dan menjaga kelestarian lingkungan.

Read Entire Article
Global Food