SAMBIL menikmati secangkir kopi, Fira dan Nanda duduk bersama di dapur apartemen kecil mereka sebelum memulai aktifitas.
Setelah hampir setahun tinggal di pusat kota, menikmati kemudahan akses dan hiruk-pikuk metropolitan, mereka merasa ada yang kurang yakni empat yang bisa mereka sebut rumah, sebuah hunian yang lebih dari sekadar dinding beton dan lampu neon.
"Sudah waktunya, ya?" ujar Nanda, menyadari bahwa mereka berdua sudah lama mendambakan rumah dengan ruang yang lebih luas dan lingkungan yang lebih tenang.
Sebagai pasangan muda yang sudah mapan, mereka menginginkan hunian yang bukan hanya tempat beristirahat, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup mereka. Pencarian pun dimulai, melibatkan berbagai brosur, rekomendasi, hingga kunjungan ke beberapa lokasi.
Akhirnya, mereka tiba di kawasan Summarecon Tangerang, Curug, Kabupaten Tangerang.
Begitu menginjakkan kaki di sana, mereka merasakan sesuatu yang berbeda. Meskipun kawasan ini masih dalam tahap pembangunan, desain miniatur kota yang ditawarkan langsung menarik perhatian mereka.
Terlebih lagi, keberadaan pepohonan asli yang dibiarkan tumbuh di sepanjang jalan memberikan suasana berbeda yang tidak mereka temui di pusat Jakarta.
“Sepertinya ini tempat yang tepat,” ujar Fira, tersenyum melihat sekeliling.
Summarecon Tangerang bukan hanya sekadar kawasan hunian biasa. Dikenal dengan konsep kota mandiri, kawasan ini direncanakan akan menyediakan berbagai fasilitas lengkap bagi penghuninya, mulai dari pusat perbelanjaan, sekolah, hingga fasilitas olahraga dan taman bermain.
Semua fasilitas ini memberikan kenyamanan bagi penghuninya, dan bagi pasangan seperti Fira dan Nanda, akses yang mudah serta lingkungan yang lebih tenang menjadi pertimbangan utama.
Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna menjelaskan, lokasi Summarecon Tangerang sangat strategis, dengan jarak hanya sekitar 200 meter dari akses Tol Bitung dan 10 menit dari Tol Jakarta-Tangerang.
“Akses yang mudah menuju berbagai destinasi di Jabodetabek membuat kawasan ini menjadi pilihan ideal bagi mereka yang bekerja di Jakarta namun menginginkan hunian yang lebih tenang,” ujar Yayat.
Menurut Yayat, integrasi danau dalam desain kota ini tidak hanya meningkatkan kualitas lingkungan, tetapi juga menciptakan suasana yang harmonis antara hunian dan alam.
“Konsep walkable township yang diterapkan, memfasilitasi mobilitas pejalan kaki dan pesepeda dengan jalur khusus yang aman, dinilai sebagai langkah positif dalam mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor,” lanjut dia.
Selain itu, pengembangan infrastruktur yang mengedepankan teknologi dan ramah lingkungan, seperti penerapan smart traffic light dan pembangunan command centre, mendapat apresiasi karena dapat meningkatkan efisiensi dan kenyamanan bagi penghuni.
“Secara keseluruhan, para pengamat tata kota melihat Summarecon Tangerang sebagai contoh pengembangan kawasan yang mengedepankan estetika, keberlanjutan, dan kualitas hidup penghuni, sejalan dengan tren pengembangan kota modern yang berorientasi pada lingkungan dan teknologi,” jelas dia.
49 Tahun Merawat Kepercayaan
Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk Adrianto P. Adhi menyatakan bahwa kehadiran Summarecon Tangerang sebagai proyek township ke-9 merupakan respons terhadap permintaan pasar akan kawasan hunian di wilayah Jabodetabek yang diperkenalkan pada Rabu (30/10) lalu.
“Menjelang usia ke-50 tahun depan, kami berharap proyek yang diperkenalkan ini diharapkan dapat memperkuat bisnis Summarecon dengan mempercepat seluruh pengembangan guna memenuhi permintaan pasar,” jelas Adri.
Adrianto menekankan bahwa industri properti merupakan salah satu lokomotif pertumbuhan ekonomi yang dapat mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8% yang telah dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Dengan demikian, kehadiran Summarecon Tangerang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan industri properti di Indonesia.
“Nilai investasi awal Summarecon Tangerang ini sekitar Rp 200 miliar, tetapi belum termasuk lahan. Sesuai dengan keterbukaan informasi, total keseluruhan biaya pengembangan kawasan sekitar Rp 1,5 triliun,” jelas dia.
Adrianto juga menambahkan bahwa Summarecon Tangerang akan menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin memiliki hunian di wilayah barat Jakarta.
Dengan lokasi yang strategis, proyek ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan perumahan di kawasan tersebut.
Kawasan seluas 109 hektar ini dirancang sebagai kota mandiri dengan berbagai fasilitas lengkap, termasuk enam danau yang menjadi pusat dari kawasan ini.
Executive Director Summarecon Agung Hindarko Hasan menambahkan, salah satu keunggulan utama dari Summarecon Tangerang adalah keberadaan enam danau dan ruang terbuka hijau yang luas, menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman.
“Selain itu, proyek ini juga dilengkapi dengan sistem pengolahan air (water engineering system) yang efisien untuk mengelola limbah air dengan baik,” jelas dia.
Kawasan ini dikembangkan bekerja sama dengan konsultan masterplan internasional, Andrew Watkins dari JZMK.
Pembangunan kawasan ini akan dilakukan secara bertahap, dengan tahap pertama yang mencakup peluncuran dua klaster perumahan, yakni Havena Lakes dan Briza Lakes, yang dijadwalkan mulai dijual pada akhir November 2024.
Klaster Havena Lakes menawarkan 205 unit rumah, sementara Briza Lakes menawarkan 480 unit rumah. Harga rumah di Briza Lakes berkisar antara Rp 940 juta hingga Rp 2,5 miliar per unit, sementara di Havena Lakes, harga mulai dari Rp 2 miliar hingga Rp 4,7 miliar per unit.
Dengan harga tersebut, SMRA menargetkan pemasukan dari penjualan tahap pertama mencapai sekitar Rp500 miliar hingga Rp600 miliar pada 2024.
Selain itu, kontribusi dari sektor pengembangan properti (housing) diperkirakan akan menyumbang sekitar 70% dari total pendapatan SMRA pada 2024, sementara 30% lainnya berasal dari pendapatan berulang (recurring income).
Meski belum membeberkan produk apa saja yang akan dirilis pada sisa tahun ini, SMRA berencana merilis properti di kawasan Summarecon Serpong, Summarecon Crown Gading, dan Summarecon Bogor. (Gan/P-5)