Makan Bergizi Gratis, From Farm to Plate

2 weeks ago 2
Makan Bergizi Gratis, From Farm to Plate (MI/Seno)

SALAH satu program kesehatan unggulan yang disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ialah pemberian makan siang bergizi gratis. Topik penting ini secara tegas disampaikan pula oleh Presiden Prabowo dalam sidang pertama Kabinet Merah Putih pada 23 Oktober 2024. Sementara itu, laman resmi Wakil Presiden pada 23 Oktober 2024 juga mengambil judul ‘Makan Bergizi Gratis untuk Meningkatkan Kualitas SDM Indonesia’.

Tentu ini kerja yang amat besar, masif, dan kita percaya pemerintah sudah mempersiapkan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk pelaksanaannya. Kita semua sepakat bahwa program makan siang bergizi ini jelas bermanfaat bagi bangsa, setidaknya untuk tiga hal. Pertama, untuk menjamin kecukupan gizi; kedua, sebagai sumber energi untuk sekolah dan beraktivitas; ketiga, untuk mengatasi dan menghindari berbagai penyakit serta masalah kesehatan.

Di berita televisi nasional kita lihat bahwa uji coba sudah dilakukan di berbagai tempat dan para pemimpin kita sudah meninjau langsung penerapannya di berbagai sekolah. Selain pelaksanaan di mana anak-anak itu menyantap makanannya, maka kita tahu bahwa ada alur cukup panjang sampai makanan dapat dikonsumsi.

Alur ini disebut from farm to plate, suatu istilah berkaitan dengan keamanan pangan (food security) yang juga pernah menjadi tema Hari Kesehatan Sedunia di 2015, hampir 10 tahun yang lalu. Ini adalah hal yang amat penting dan perlu mendapat perhatian saksama karena disrupsi pada salah satu rantai alur kegiatan akan dapat memengaruhi keberhasilan dan manfaat makan siang bergizi gratis ini.

Semua proses, dari mulai penyediaan bahan pangan sampai ke konsumsinya di sekolah, tentu harus dijaga ketat agar berjalan baik sehingga program makan siang bergizi gratis ini akan sukses dan memberi manfaat secara optimal.

Bahan pangan– ‘from farm’

Kalau kita uraikan satu per satu sejak awal, maka proses dapat bermula dari penyediaan bahan pangan. Untuk tanaman, misalnya, tentu jangan terkontaminasi insektisida atau bahan kontaminan lainnya. Bahan pangan dari tanaman yang tercemar, walau kemudian dimasak, tentu akan punya pengaruh bagi yang mengonsumsinya, meski tentu tergantung jenis dan seberapa besar pencemarannya serta bagaimana pengolahan makanan selanjutnya.

Kalau bahan pangannya ialah hewan peliharaan. Maka juga harus terjamin kesehatannya, jangan sampai yang sakit lalu dipotong, atau jangan sampai juga, misalnya ayam dipelihara dengan growth promotor menggunakan antibiotika, yang akan dapat menimbulkan dampak terjadinya fenomena antimicrobial resistance (AMR).

Kita pernah dengar pula tentang ikan di perairan tertentu yang airnya terkontaminasi. Ini contoh lain saja tentang kemungkinan tantangan dalam pemilihan bahan pangan yang baik.

Sesudah asal bahan pangannya terjaga baik, maka proses berikutnya yang juga harus dijaga ialah transportasi dan penyimpanan bahan pangan itu. Jangan sampai transportasi ini menghadapi masalah. Salah satu contohnya ialah kalau truk pengangkutnya yang terkena macet berkepanjangan, mungkin karena antri kapal feri, misalnya, atau jalan rusak berat, atau ada gangguan jembatan dll, yang bukan tidak mungkin membuat bahan pangan jadi rusak dan/atau busuk atau setidaknya terkontaminasi jamur dll.

Setelah transportasi, maka penyimpanan bahan pangan di gudang juga perlu dapat perhatian. Tentu perlu dijaga tentang kelayakan ruangan penyimpanan bahan pangan ini, kelembapan gudang bahan mentah, ventilasinya, juga tentu kehigienisan dan kebersihannya.

Memasak dan mengonsumsi– ‘to plate’

Tahap berikut, yang juga harus diatur dengan amat baik tentunya ialah proses memasaknya, mungkin bisa dilakukan di dapur dengan berbagai skalanya. Dalam hal ini perlu ditekankan tentang pemilihan menu yang baik, yang sesuai dengan prinsip kesehatan gizi berimbang.

Komposisi makanan juga perlu disesuaikan dengan konsep ‘Isi Piringku’, sesuai pedoman konsumsi makanan yang sudah disusun oleh Kementerian Kesehatan sejak beberapa tahun yang lalu. Selain aspek kebersihan dan kesehatan, maka di proses ini aspek rasa dan bahkan sedapat mungkin estetika perlu dijaga baik. Sesudah masakan selesai maka proses pengepakannya jangan sampai luput dari perhatian. Ini titik yang amat penting pula.

Sekali lagi perlu diingat bahwa orang biasanya berpikir dapur tempat memasak adalah pusat utama penyiapan bahan makanan, tetapi di atas sudah disebutkan pula bahwa proses sebelum sampai ke dapur juga amat penting.

Nah, sesudah makanan matang, setidaknya masih ada tiga proses alur lagi yang perlu dijalani. Pertama, bagaimana transportasi dari dapur pengolah ke lokasi makanan akan disantap, katakanlah misalnya di sekolah-sekolah di pelosok negeri. Kedua, bagaimana penyimpanan makanan di tempat santapan. Jangan sampai misalnya makanan yang harus dikonsumsi lalu jadi tersimpan terlalu lama dan baru disantap beberapa jam sesudahnya sehingga tidak segar lagi, dengan berbagai kemungkinan konsekuensinya.

Ketiga, hal yang amat penting ialah bagaimana anak-anak mengonsumsi makanannya. Jelas, perlu cuci tangan yang bersih sebelum makan, jaga kebersihan kotak makanan dan sendok garpunya, selalu menjaga kebersihan ruangan tempat makan, dll. Kalau kotak makanan bergizi tidak dilengkapi dengan air minum, maka harus dijamin bahwa air minum siswa di sekolah adalah air yang bersih dan sehat.

Tentu perlu juga diatur bagaimana pembuangan limbah sisa makanannya. Selama ini kan sekolah belum punya pengalaman di saat seluruh muridnya makan di sekolah bersama-sama pada saat yang sama pula. Jadi jelas perlu semacam manajemen pengaturan yang terencana baik. Perlu diatur siapa yang mengurus proses makan ini, apa peran guru, apa peran petugas tata usaha sekolah, apa pula peran petugas kebersihan sekolah yang kini jadi mendapat tugas baru yang cukup berat.

Semoga program makan siang bergizi gratis ini berjalan sukses dan memberi peran penting bagi kesehatan anak bangsa. Untuk itu, kesiapan yang menyeluruh tentu perlu dilakukan dengan amat rinci dan saksama. Apalagi, ini akan diberlakukan di berbagai pelosok negeri kita, dengan variabilitas kompleksitasnya masing-masing.

Sekali lagi kita tekankan di sini, tolonglah dijaga semua prosesnya dari sejak awal penyediaan bahan pangan sampai selesai makan, from farm to plate.

Read Entire Article
Global Food