UNIVERSITAS Terbuka kembali menjadi tuan rumah konferensi internasional bergengsi, International Conference on Multidisciplinary Academic Studies (ICoMUS) ke-3, yang berlangsung di Universitas Terbuka Convention Center (UTCC).
Konferensi ini mengangkat tema “Collaborative Synergy for Deepening Research Understanding Towards Internationalization,” dengan tujuan memperkuat kolaborasi riset yang berorientasi pada kualitas, relevansi, dan dampak global.
Acara ini dibuka dengan pemaparan keynote oleh Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM) Faiz Syuaib.
Beliau memaparkan kebijakan dan program DRTPM yang bertujuan mendukung kolaborasi penelitian demi meningkatkan kualitas serta relevansi riset yang berdampak pada masyarakat luas.
Dalam presentasinya, Faiz menekankan pentingnya sinergi dalam mengangkat reputasi penelitian Indonesia di kancah internasional melalui program yang strategis.
Selain Faiz, ICoMUS 3 turut menghadirkan pembicara internasional dari berbagai bidang.
Reynaldo B Vea dari Mapua University, Filipina, menyampaikan pentingnya pendekatan riset multidisiplin dalam topik “Mapua University: Multidisciplinary Studies.” Wesley Teter dari University of Tokyo juga membawakan presentasi bertajuk “Data-Driven Governance: Reorienting Lifelong Learning Systems,” menggarisbawahi pentingnya sistem pembelajaran berkelanjutan berbasis data. Tian Belawati dari Universitas Terbuka turut menyampaikan topik “Collaborative Research: Some Notes for Success” yang berfokus pada praktik terbaik kolaborasi penelitian.
Dengan 300 peserta, termasuk 130 presenter yang membagikan hasil riset mereka secara luring dan daring, ICoMUS 3 berhasil menarik perhatian akademisi dan praktisi dari berbagai disiplin ilmu.
Kehadiran seorang mahasiswa disabilitas sebagai presenter dalam konferensi ini menjadi sorotan penting, mencerminkan komitmen Universitas Terbuka terhadap akses pendidikan inklusif dan kesetaraan partisipasi dalam dunia akademik.
Dalam sesi press conference, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Terbuka, Dewi Artati Padmo, menjelaskan fokus UT pada pemanfaatan teknologi dan penelitian multidisiplin.
Salah satu contoh penerapan riset kolaboratif di UT adalah pengembangan alat batik yang melibatkan kolaborasi dengan mitra industri dan akademisi lain, yang kini memiliki potensi untuk dipasarkan lebih luas.
Wakil Rektor Bidang Pengembangan Institusi dan Kerja Sama Universitas Terbuka Rahmat Budiman menambahkan bahwa UT terus mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas riset, baik di tingkat nasional maupun internasional.
UT berkomitmen untuk meningkatkan anggaran penelitian internal hingga 40 miliar rupiah guna mendukung proposal penelitian berkualitas tinggi dari para dosen dan peneliti.
Faiz juga menekankan bahwa pendekatan multidisiplin dalam penelitian penting untuk mengatasi permasalahan kompleks yang dihadapi masyarakat.
“Budaya penelitian multidisiplin perlu terus dikembangkan, karena tantangan yang kompleks tidak bisa diselesaikan oleh satu disiplin ilmu saja,” ujar Faiz.
Konferensi ICoMUS ini menegaskan posisi Universitas Terbuka sebagai pelopor dalam pengembangan riset multidisiplin dan internasionalisasi pendidikan tinggi di Indonesia.
Melalui forum seperti ini, UT berharap dapat membangun jaringan kolaborasi yang lebih luas, meningkatkan visibilitas hasil penelitian, dan mendorong reputasi akademik Indonesia di kancah global. (RO/Z-10)