Donald Trump Menang: Era Pengetatan Suku Bunga dan Pelemahan IHSG

4 days ago 2
 Era Pengetatan Suku Bunga dan Pelemahan IHSG Presiden terpilih AS Donald Trump(Instagram/Realdonaldtrump)

Analyst Research Mirae Asset Rizkia Darmawan menuturkan kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) diprediksi membuat langkah Bank sentral Federal Reserve atau The Fed, menjaga suku bunga federal fund rate (FFR) lebih ketat di tahun depan. Ini karena dampak dari kebijakan ekonomi Trump, termasuk rencana tarif yang lebih tinggi dan deportasi besar-besaran yang diperkirakan meningkatkan tekanan inflasi AS ke depannya. 

"Dengan inflasi yang tinggi dan mengukur efek Trump, akan menghambat ruang bagi The Fed melonggarkan kebijakan moneternya di 2025, sehingga suku bunga terjaga tetap ketat," ujarnya dalam acara Media Day di Jakarta, Selasa (12/11).

Penurunan FFR di tahun depan diproyeksikan tidak seagresif di tahun ini. Darmawan meramalkan The Fed bakal menurunkan suku bunga sebanyak 3 kali sampai akhir 2024. Pada Kamis (7/11), The Fed kembali memangkas suku bunga acuan dengan besaran 25 basis points (bps) menjadi 4,50-4,75%. Pemangkasan suku bunga ini yang kedua kalinya. Desember nanti, FFR berpeluang kembali dipangkas sebesar 25 bps.

"Namun, di 2025, The Fed mungkin cenderung menurunkan suku bunganya secara terbatas atau tidak sedalam di tahun ini," imbuhnya.

Selain itu, Darmawan menjelaskan setelah Trump memenangkan Pilpres AS, pasar modal Indonesia bereaksi negatif, tercermin dari penurunan signifikan indeks harga saham gabungan (IHSG) selama dua hari berturut-turut, masing-masing sebesar 1,4% dan 1,9%, sehingga total penurunan mencapai 3,3%. Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan hingga akhir tahun IHSG bertengger di level 7.915.

Catatan lainnya, pasca kemenangan Trump, investor asing mencatat aksi jual bersih selama empat hari berturut-turut sejak kemenangan Trump pekan lalu. Total aksi jual bersih (net sell) investor asing dalam 4 hari mencapai sebesar Rp 6,5 triliun. 

Secara umum, kemenangan Trump dikatakan memicu terjadinya sentimen penghindaran risiko (risk-off) yang menyebabkan peningkatan fluktuasi di pasar keuangan dan meningkatkan ketidakpastian global. Hal ini dikhawatirkan berdampak cukup besar terhadap penentuan arah kebijakan di Indonesia, baik kebijakan moneter, maupun kebijakan pemerintah yang meliputi kebijakan fiskal maupun kebijakan di bidang perdagangan internasional.  

Dengan ketidakpastian ini, investor asing akan cenderung melarikan modalnya pada aset-aset safe haven seperti emas atau dolar AS. Hal tersebut memicu capital outflow atau berpindahnya modal asing dari pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia, secara besar-besaran.

"Hal ini juga akan memperkuat dolar AS. Rupiah kita akan mengalami penurunan. Bank Indonesia memiliki ruang untuk melakukan intervensi supaya kelemahan  rupiah tidak secara signifikan," pungkas Darmawan. (Z-11)

Read Entire Article
Global Food