KETUA Delegasi RI untuk COP-29 Hashim S Djojohadikusumo mengatakan sikap Indonesia tegas untuk menuju Net Zero Emissions (NZE) atau nol emisi karbon pada tahun 2060. Hal itu disampaikan Hashim pada saat memberikan national statement dalam acara Konferensi Perubahan Iklim (Presidency of the 29th Conference of the Parties/COP-29) Stadion Olimpiade Baku, Baku, Azerbaijan.
"Beliau berjanji untuk meningkatkan aksi iklim Indonesia dan melanjutkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh para pendahulunya. Presiden RI Prabowo Subianto membayangkan pertumbuhan ekonomi lebih dari 8% per tahun dan memastikan pembangunan yang hijau, tangguh, dan inklusif bagi seluruh rakyat Indonesia," ungkap Hashim, Selasa (12/11).
Visi ini menentukan misi Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca menuju 0 emisi pada tahun 2060 atau lebih cepat dan menghindari 1 miliar ton emisi karbon.
"Kami beralih dari pembangunan berbasis bahan bakar fosil ke pembangunan berbasis energi terbarukan dengan tambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 75%. 70 ribu kilometer jalur transmisi pintar akan dibangun untuk menyalurkan energi ke seluruh pulau-pulau utama dan terpadat di Indonesia," ujar dia.
Indonesia juga akan mengembangkan jaringan listrik pintar yang ramah lingkungan, dengan menambahkan 42 gigawatt tenaga angin dan tenaga surya, melipatgandakan kapasitas energi, dengan total 75 gigawatt.
Tidak hanya itu energi bersih yang terjangkau akan disediakan untuk mempercepat pertumbuhan, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, memastikan ketahanan pangan, dan mengentaskan kemiskinan demi kemakmuran rakyat dengan tetap menyeimbangkan pertumbuhan, lingkungan, dan keberlanjutan.
Untuk penghijauan hutan Indonesia akan mulai menghijaukan kembali lebih dari 12 juta hektar hutan yang terdegradasi secara bertahap, merevitalisasi lahan yang terdegradasi untuk meningkatkan produksi pangan, melindungi lautan demi terciptanya ekonomi biru yang makmur, dan memberdayakan masyarakat lokal demi ketahanan iklim serta lapangan kerja ramah lingkungan yang berkualitas.
Berbagai ambisi tersebut membutuhkan tiga faktor pendukung, yaitu kerangka kerja kebijakan pertumbuhan ekonomi hijau yang komprehensif yang sedang kami selesaikan, investasi besar-besaran sebesar USD235 miliar, dan kolaborasi internasional.
"Kita perlu memobilisasi sumber daya global dalam hal teknologi, keuangan, dan investasi, membentuk sebuah front persatuan untuk memerangi pemanasan global dan merebut kembali hak manusia untuk bertahan hidup. Indonesia memang diberkahi dengan akuifer air asin yang luas yang menawarkan hampir 500 gigaton kapasitas penangkapan dan penyimpanan karbon," katanya.
Adik dari Presiden RI tersebut menyebutkan beberapa perusahaan multinasional telah menyatakan ketertarikannya pada proyek bernilai miliaran dolar tersebut.
"Kami selanjutnya berkomitmen untuk mengembangkan pasar karbon yang kuat yang dimulai dengan mengoptimalkan 557 juta ton kredit karbon terverifikasi di Indonesia. Kita harus bekerja sama untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi generasi penerus kita," pungkasnya. (Iam/M-3)