INFLASI adalah fenomena ekonomi yang sering kali menjadi perhatian masyarakat luas. Hal ini disebabkan oleh dampaknya yang langsung terhadap kehidupan sehari-hari, dari harga kebutuhan pokok hingga tingkat daya beli masyarakat.
Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian inflasi, jenis-jenisnya, penyebab, serta bagaimana pengaruh inflasi terhadap ekonomi secara umum.
Apa Itu Inflasi?
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu.
Dengan kata lain, inflasi berarti daya beli uang menurun; ketika harga naik, jumlah barang atau jasa yang dapat dibeli dengan sejumlah uang tertentu akan semakin berkurang.
Misalnya, jika inflasi terus meningkat, maka uang Rp10.000 yang dulu bisa membeli berbagai kebutuhan sekarang hanya bisa membeli sebagian kecil saja.
Pengukuran Inflasi
Untuk mengukur inflasi, pemerintah dan lembaga keuangan biasanya menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK)dan Indeks Harga Produsen (IHP).
-
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah alat yang digunakan untuk mengukur perubahan harga rata-rata dari barang-barang dan jasa yang biasa dibeli oleh rumah tangga. IHK menggambarkan rata-rata perubahan harga barang-barang kebutuhan sehari-hari dan sering dianggap sebagai representasi inflasi di tingkat konsumen.
-
Indeks Harga Produsen (IHP), di sisi lain, mengukur perubahan harga di tingkat produsen atau industri. IHP menunjukkan perubahan harga barang di tingkat produsen sebelum barang tersebut sampai ke konsumen akhir. Dengan memahami kedua indeks ini, pemerintah dapat menentukan kebijakan yang tepat untuk mengendalikan inflasi.
Jenis-Jenis Inflasi dan Penyebabnya
Inflasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, tergantung pada faktor pemicu yang menyebabkannya. Berikut ini beberapa jenis inflasi yang umum terjadi:
1. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand-Pull Inflation)
Inflasi jenis ini terjadi ketika permintaan terhadap barang dan jasa meningkat secara signifikan, sementara penawaran atau ketersediaan barang tetap terbatas.
Ketika permintaan lebih tinggi daripada penawaran, harga barang dan jasa akan naik. Kondisi ini sering muncul dalam situasi di mana daya beli masyarakat meningkat, namun produksi tidak bisa mengikuti pertumbuhan permintaan tersebut.
2. Inflasi Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation)
Inflasi dorongan biaya terjadi ketika ada peningkatan biaya produksi, seperti biaya bahan baku, upah tenaga kerja, atau energi.
Ketika biaya produksi meningkat, produsen cenderung menaikkan harga jual untuk menutupi kenaikan biaya tersebut.
Misalnya, jika harga minyak dunia naik, maka biaya transportasi dan produksi juga akan naik, yang pada akhirnya mendorong harga barang-barang lainnya naik.
3. Inflasi Terintegrasi (Built-In Inflation)
Inflasi terintegrasi disebabkan oleh harapan akan kenaikan harga di masa depan. Ketika inflasi terjadi secara terus-menerus, masyarakat mulai mengharapkan kenaikan harga sebagai hal yang wajar.
Akibatnya, pekerja meminta kenaikan gaji untuk mengimbangi inflasi, dan produsen menaikkan harga produk agar bisa membayar kenaikan upah tersebut.
Siklus ini berulang dan menciptakan pola inflasi yang stabil namun sulit dihentikan.
Pengaruh Inflasi terhadap Ekonomi
Inflasi dapat membawa dampak yang signifikan terhadap perekonomian suatu negara. Berikut ini adalah beberapa pengaruh utama inflasi terhadap ekonomi:
1. Daya Beli Masyarakat Menurun
Salah satu dampak paling langsung dari inflasi adalah menurunnya daya beli masyarakat. Ketika harga barang dan jasa naik, masyarakat harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk mendapatkan barang atau jasa yang sama.
Hal ini membuat mereka lebih berhati-hati dalam melakukan pembelanjaan, yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
2. Pengurangan Tabungan dan Investasi
Dengan inflasi yang tinggi, nilai uang yang disimpan akan menurun seiring waktu.
Hal ini mendorong masyarakat untuk mengurangi tabungan dan lebih memilih berinvestasi dalam instrumen yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.
Namun, tidak semua orang memiliki akses atau pengetahuan yang memadai untuk berinvestasi, sehingga banyak yang merugi karena nilai tabungan mereka berkurang.
3. Peningkatan Suku Bunga
Untuk mengendalikan inflasi, bank sentral biasanya akan menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga ini berdampak pada biaya pinjaman yang semakin mahal, baik untuk individu maupun perusahaan.
Akibatnya, masyarakat dan pelaku usaha menjadi lebih berhati-hati dalam mengambil pinjaman, yang dapat memperlambat laju investasi dan pertumbuhan ekonomi.
4. Ketidakstabilan Ekonomi
Inflasi yang tinggi dan tidak terkendali dapat menimbulkan ketidakstabilan ekonomi. Ketika harga barang dan jasa terus meningkat, masyarakat menjadi tidak pasti tentang masa depan.
Investor dan pebisnis mungkin menahan diri untuk berinvestasi atau ekspansi usaha, yang berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
5. Redistribusi Pendapatan
Inflasi juga bisa menyebabkan redistribusi pendapatan dalam masyarakat. Mereka yang berpendapatan tetap, seperti pensiunan atau pekerja dengan gaji bulanan tetap, cenderung dirugikan oleh inflasi.
Di sisi lain, peminjam mungkin diuntungkan karena nilai riil utang mereka menurun seiring dengan kenaikan inflasi. Redistribusi ini bisa menimbulkan ketidakpuasan sosial jika tidak dikelola dengan baik.
6. Pengaruh pada Nilai Tukar Mata Uang
Inflasi yang lebih tinggi dibandingkan negara lain dapat menyebabkan mata uang negara tersebut melemah.
Hal ini terjadi karena daya beli mata uang negara tersebut menurun, sehingga nilai tukar terhadap mata uang asing juga menurun.
Dampak ini dapat memengaruhi harga barang-barang impor dan ekspor, serta merugikan sektor-sektor yang bergantung pada barang impor.
Cara Mengatasi Inflasi
Untuk mengatasi inflasi, pemerintah dan bank sentral biasanya melakukan berbagai upaya, antara lain:
-
Kebijakan Moneter: Salah satu langkah utama dalam mengendalikan inflasi adalah melalui kebijakan moneter. Bank sentral dapat menaikkan suku bunga atau mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dengan menaikkan suku bunga, diharapkan masyarakat lebih memilih menabung daripada membelanjakan uangnya, sehingga permintaan terhadap barang dan jasa menurun.
-
Kebijakan Fiskal: Pemerintah juga bisa menggunakan kebijakan fiskal untuk mengendalikan inflasi, seperti mengurangi pengeluaran atau menaikkan pajak. Langkah ini dapat mengurangi jumlah uang beredar dalam perekonomian, sehingga menurunkan tekanan inflasi.
-
Kebijakan Harga dan Upah: Pembatasan harga atau upah terkadang digunakan sebagai langkah darurat untuk mencegah kenaikan harga yang tidak terkendali. Namun, kebijakan ini jarang digunakan karena bisa mengganggu keseimbangan pasar dan menyebabkan masalah ekonomi lainnya.
Inflasi adalah fenomena ekonomi yang tak terhindarkan, tetapi harus dikelola dengan baik agar tidak berdampak negatif bagi perekonomian.
Ketika terkendali, inflasi dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dengan mendorong konsumsi dan investasi.
Namun, inflasi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi, menurunkan daya beli, dan memengaruhi tingkat suku bunga serta nilai tukar.
Dengan pemahaman yang tepat mengenai inflasi dan dampaknya, masyarakat dapat lebih bijak dalam mengelola keuangan mereka, sementara pemerintah dan bank sentral dapat mengambil langkah-langkah kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi. (Z-10)
Sumber
- Badan Pusat Statistik (BPS)
- Bank Indonesia (BI)
- Friedman, Milton. (1976). “Inflasi dan Perannya dalam Ekonomi.”
- Mankiw, N. Gregory. (2020). Principles of Economics .