Trump Berkah atau Musibah

23 hours ago 2
Trump Berkah atau Musibah Suryopratomo Pemerhati sepak Bola(MI/Seno)

APA hubungan hasil Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2024 dengan Piala Dunia 2026? Presiden terpilih Donald Trump merupakan kepala negara yang membawa AS terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026 bersama Meksiko dan Kanada. Dua tahun lagi, di bawah kepemimpinan Trump, AS akan menyelenggarakan pesta sepak bola empat tahunan itu.

Sebagai orang yang mendorong AS menjadi tuan rumah, tentunya Presiden Trump akan menjalankannya dengan sepenuhnya hati. Namun, ada juga yang meragukan bahwa AS akan menjadi tuan rumah yang baik.

Mengapa? Karena sikap Presiden Trump yang diskriminatif dan rasialis bisa membuat pesta sepak bola berantakan. Kebijakan antimuslim, misalnya, akan membuat negara seperti Iran dan Nigeria tidak mendapat penyambutan yang layak. Padahal, amat mungkin dua negara itu akan lolos ke putaran final.

Pun masalah pembatasan pemberian visa yang mengancam banyak penonton tidak bisa datang mendukung kesebelasan kesayangan mereka. Sekarang ini hanya 42 negara di dunia yang diberi bebas visa, selebihnya harus mengajukan permohonan.

Masalahnya, pemberian visa AS sangat selektif dan lama. Warga Kolombia, misalnya, membutuhkan waktu 710 hari untuk mendapatkan janji wawancara. Orang Turki membutuhkan 692 hari atau hampir dua tahun.

Dengan kebijakan seperti itu, bisa jadi jumlah penonton yang bisa menyaksikan langsung pertandingan akan terbatas. Padahal Piala Dunia merupakan ajang yang biasanya menyita perhatian masyarakat dunia.

Infrastruktur

Persoalan lain yang dihadapi AS sebagai tuan rumah ialah dukungan infrastruktur. AS merupakan negara besar yang jarak antara satu kota dan kota yang lain berjauhan. Seperti halnya Indonesia, ada tiga perbedaan waktu antara wilayah timur, tengah, dan barat Amerika.

Pengalaman liputan Piala Dunia 1994--saat AS pertama kali menjadi tuan rumah--ialah perjalanan antara satu kota dan kota yang lain. Pertandingan saat itu digelar di New York, Washington, Chicago, Detroit, Dallas, Orlando, San Francisco, dan Los Angeles.

Satu-satunya alat transportasi yang paling memungkinkan untuk berpindah dari satu kota ke kota lain ialah pesawat udara. Saat itu bepergian dengan pesawat di Amerika begitu mudahnya, cukup dengan menunjukkan tiket langganan yang berlaku untuk beberapa bulan.

Sejak serangan teror 9/11 (11 September 2001), aturan penerbangan di AS berubah total. Orang tidak hanya harus memesan tiket, tetapi juga harus tiba lebih awal sebelum keberangkatan. Tidak seperti dulu yang ibaratnya seperti naik bus, yang bisa datang setiap saat.

Hal itu tentunya akan menyulitkan pergerakan dari penonton. Padahal, mereka harus berpindah kota mengikuti lokasi tim kesayangan mereka bermain.

Presiden Joe Biden sejak awal pemerintahannya mencoba menggelontorkan anggaran infrastruktur untuk memperbaiki jaringan infrastruktur di dalam Amerika yang tidak lagi bisa menopang kelancaran perjalanan. Namun, Trump sejak awal menentang penggelontoran anggaran infrastruktur.

Ketika Trump untuk kedua kalinya memimpin AS pada 10 Januari 2025, belum tahu bagaimana nasib pembangunan infrastruktur di Amerika yang tertinggal jauh dari negara-negara lain, terutama Tiongkok. Kalau anggaran pembangunan infrastruktur itu dihentikan, bisa dibayangkan semakin beratnya perjalanan di dalam Amerika.

Presiden FIFA Gianni Infantino mencoba menenangkan pecinta sepak bola dengan mengatakan dirinya sahabat baik Trump dan mempunyai jalur komunikasi yang baik. 'Selamat Mr President. Kita akan menyelenggarakan Piala Dunia dan Piala Dunia Antarklub yang luar biasa', tulis Infantino di media sosial begitu Trump dinyatakan sebagai pemenang Pemilihan Presiden AS 2024.

Saat Trump menghadapi sidang pemakzulan pada Januari 2020, Infantino merupakan salah seorang yang 'membela' Presiden AS itu. “Presiden Trump tidak ubahnya seperti pemain sepak bola. Ia seorang petarung. Ia banyak menyampaikan banyak hal, tetapi yang lebih utama, ia menjalankan apa yang dikatakan,” ujar Presiden FIFA itu saat memperkenalkan Trump dalam pertemuan para CEO di Davos, Swiss.

Oleh karena itu, Presiden Trump sangat terkesan dengan Infantino. “Ia teman saya yang luar biasa,” kata Trump.

Jalan panjang

Format Piala Dunia 2026 akan berbeda. Pada Piala Dunia di Amerika Utara nanti ada 48 peserta yang akan tampil pada putaran final. Baru tiga negara tuan rumah, AS, Kanada, dan Meksiko yang otomatis mendapatkan tempat, sementara 45 lainnya diperebutkan negara anggota FIFA.

Indonesia merupakan satu-satunya negara Asia Tenggara yang masih bertahan di putaran ketiga. Perjalanan masih panjang karena baru memainkan empat pertandingan (saat tulisan ini dibuat) dari 10 partai yang harus dimainkan.

Dengan berada satu grup dengan negara-negara langganan Piala Dunia seperti Arab Saudi, Australia, dan Jepang, memang perjuangan Jay Idzes dan kawan-kawan untuk tampil di Piala Dunia 2026 tidaklah mudah. Ketua Umum PSSI Erick Thohir menargetkan empat besar di babak ketiga itu agar masih terbuka peluang untuk tampil di putaran final Piala Dunia.

Dari 18 negara yang berkompetisi di tiga grup, enam tim teratas akan otomatis lolos ke Piala Dunia 2026. Enam negara peringkat ketiga dan keempat akan dibagi ke dalam dua grup dan juara tiap grup ikut lolos ke putaran final.

Runner-up pada babak keempat akan bertanding dalam sistem kandang dan tandang. Pemenangnya berhak untuk tampil di pertandingan play-off melawan negara dari konfederasi yang lain.

Dengan bermaterikan pemain naturalisasi dari Belanda, tim 'Garuda' menjadi sorotan banyak negara. Indonesia dinilai ingin melakukan lompatan katak karena tim nasional dibangun tanpa sistem pembinaan yang benar dan infrastruktur sepak bola yang memadai.

Tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan ratusan penonton meninggal terinjak-injak merupakan gambaran buruknya infrastruktur dan manajemen pengelolaan pertandingan di Indonesia. Sementara itu, hampir seluruh pemain naturalisasi asal Belanda yang diturunkan sehingga Indonesia sangat bergantung kepada pembinaan sepak bola Belanda.

PSSI sepertinya ingin menggunakan momentum kebangkitan tim nasional sebagai titik awal pembenahan pembinaan sepak bola nasional. Apabila Indonesia bisa membuat sejarah besar tampil di Piala Dunia, pasti akan banyak anak Indonesia yang mau menggeluti sepak bola sebagai profesi.

Boleh saja cara pendekatan seperti itu dijadikan strategi. Namun, sayangnya belum terlihat tanda-tanda PSSI mulai menata sistem pembinaan sepak bola di dalam negeri secara benar agar tidak lagi bergantung pada pemain naturalisasi. Ekosistem sepak bola yang sehat masih jauh dari yang seharusnya dimiliki.

Read Entire Article
Global Food