Tantangan Pelestarian Wayang di Tengah Era Digital

1 week ago 2
Tantangan Pelestarian Wayang di Tengah Era Digital Anak-anak mengolah sampah plastik saat kegiatan lokakarya pembuatan Wayang Plastik di Kampung Cibogo, Bandung, Jawa Barat,(Antara)

WAYANG merupakan salah satu seni tradisional Indonesia yang sarat nilai budaya, sejarah, dan filosofi. Sayangnya saat ini perkembangan seni wayang mengalami penurunan dan kurang diminati. 

Melansir dari Majalah Jendela Kemendikbud, Wayang merupakan salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan seni perlambang. 

Wayang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Oleh karena itu Wayang dianggap memiliki nilai sangat berharga dalam pembentukan karakter dan jati diri bangsa serta peradaban Indonesia.

Seiring bertambahnya waktu, segala sesuatu yang ada dalam kehidupan manusia telah mengalami perubahan dan perkembangan, mulai dari teknologi, transportasi, serta budaya. Hal ini juga nyatanya berpengaruh terhadap perkembangan Wayang di Indonesia. 

Kendala Perkembangan Wayang

Melansir dari beberapa sumber, Wayang sebagai aset budaya nasional Indonesia menghadapi beberapa kendala dalam perkembangannya. Untuk mengetahui apa saja kendala bagi perkembangan Wayang di Indonesia, simak penjelasannya berikut ini.

1. Persaingan dengan Media Hiburan Modern 

Wayang harus bersaing dengan berbagai bentuk hiburan modern seperti film, televisi, media sosial, dan gim, yang lebih digemari oleh generasi muda. Wayang sering dianggap kuno dan kurang menarik dibandingkan media hiburan digital.

2. Kurangnya Regenerasi Dalang 

Tidak banyak generasi muda yang tertarik untuk menjadi dalang karena proses yang panjang dan membutuhkan dedikasi yang tinggi. Hal ini menyebabkan semakin berkurangnya jumlah dalang, yang berdampak pada bertahannya tradisi wayang.

3. Perubahan Gaya Hidup dan Selera Masyarakat 

Gaya hidup masyarakat yang lebih cepat dan instan membuat pertunjukan wayang yang berdurasi lama dianggap membosankan. Banyak yang merasa wayang terlalu lambat dan kurang relevan dengan kehidupan modern.

4. Minimnya Dukungan Finansial 

Wayang sering kali kekurangan dukungan finansial dari pemerintah atau sponsor swasta. Dana yang terbatas menyulitkan seniman untuk menggelar pertunjukan secara rutin dan inovatif, sehingga wayang kurang berkembang.

5. Minimnya Inovasi dan Pembaruan 

Wayang sering kali dipertahankan dalam bentuk tradisionalnya tanpa inovasi yang menarik bagi generasi muda. Tanpa pembaruan, sulit bagi wayang untuk menarik minat masyarakat modern.

6. Edukasi dan Promosi yang Kurang 

Banyak anak muda yang kurang mengenal wayang karena edukasi dan promosi yang minim. Wayang jarang diperkenalkan di sekolah secara mendalam atau dipromosikan dalam media massa, sehingga generasi muda tidak memahami nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

7. Digitalisasi yang Kurang 

Wayang belum banyak memanfaatkan teknologi digital untuk promosi dan pengenalan kepada khalayak luas. Padahal, digitalisasi bisa membantu wayang lebih mudah diakses oleh generasi muda melalui platform yang mereka gunakan sehari-hari.

8. Stigma Wayang sebagai Kesenian Kuno 

Banyak yang menganggap wayang sebagai kesenian "kolot" atau hanya untuk orang tua, sehingga ada persepsi wayang tidak menarik bagi anak muda. Hal ini menjadi tantangan dalam menarik minat generasi muda untuk mengenal dan mengapresiasi wayang.

Jika berbagai kendala ini tidak segera teratasi, perkembangan wayang di Indonesia akan semakin terancam, dan seni budaya ini bisa kehilangan posisinya dalam masyarakat. (Z-3)

Read Entire Article
Global Food